Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Betapa Gondoknya Dianggap Barista Hanya karena Kerja di Kedai Kopi

Doni Erfin Rukiawan oleh Doni Erfin Rukiawan
28 November 2020
A A
Betapa Gondoknya Dianggap Barista Hanya Karena Kerja Di Kedai Kopi terminal mojok.co

Betapa Gondoknya Dianggap Barista Hanya Karena Kerja Di Kedai Kopi terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Bisa mencari uang sendiri mungkin menjadi goals untuk anak muda yang sedang tumbuh dewasa seperti saya ini. Mencari uang sendiri yang saya maksud di sini adalah dengan bekerja, bukan mencari uang sendiri di laci tempat Ibu biasa nyimpen uang, juga bukan dengan cara ngerogoh kantong baju dan celana yang habis dipakai Bapak. Setidaknya goals ini menggiring saya pada sebuah certa saat saya dianggap barista hanya karena saya bekerja di kedai kopi. 

Nah terlepas dari itu, industri Food & Beverage (F&B) bisa dibilang menjadi industri yang terbuka untuk anak-anak muda yang ingin mencicipi rasanya mencari uang sendiri untuk pertama kalinya. Sebagai industri yang menjadikan makanan atau minuman sebagai poros bisnisnya, F&B benar-benar memberikan banyak kesempatan untuk anak muda yang minim pengalaman untuk merasakan atmosfer dunia kerja. 

Tentu untuk yang belum memiliki pengalaman biasanya bukan mendaftar di bagian making product, melainkan di bagian service—bisa sebagai server maupun kasir karena posisi tersebutlah yang tidak menuntut banyak skill untuk bisa ditempati. Yang penting bisa berkomunikasi dengan baik dan product knowledgenya bagus.

Sebagai seorang kutu loncat, bisa dibilang saya punya pengalaman yang cukup di industri ini, terutama di bagian operasional. Mulai dari yang tidak menyenangkan hingga yang tidak menyenangkan banget. Pernah selama hampir dua bulan kerja saya tidak dibayar atau yang lebih nyeleneh lagi, saya disuruh berjalan di atas pecahan beling oleh owner sebuah restoran, katanya untuk menguji keyakinan saya kalau mau bekerja di situ. Anehnya saya lolos tanpa luka sedikit pun, padahal saya tidak punya skill debus sama sekali.

Tapi, meskipun saya sering kena apes, saya masih menyukai bekerja di industri F&B hingga sekarang. Saat ini saya bekerja di sebuah kedai kopi di Yogyakarta, sudah berjalan hampir setahun. Meskipun saya sudah beberapa kali menempati bagian making product sebelumnya, untuk urusan kopi saya masih seorang newbie. Maka dari itu saya menjadi staff kasir yang juga merangkap sebagai server.

Selama bekerja sebagai kasir di kedai kopi, ada satu hal yang paling menyebalkan menurut saya. Yaitu dianggap barista. Ya, saya agak kesal dianggap barista hanya karena saya bekerja di kedai kopi. Bukan apa-apa, saya hanya tidak mau mengaku-aku profesi yang memang bukan profesi saya. Sebenarnya, fenomena saya dianggap barista ini hanya sebuah bagian dari basa-basi obrolan, biasanya dari kawan lama yang nanya “kerja dimana sekarang?” atau dari calon gebetan yang juga tanya pertanyaan yang sama. Dan ketika saya jawab kerja di kedai kopi, responsnya selalu sama, “Ooh, barista.” Awalnya saya biasa saja, paling mentok saya balas dengan senyuman manis dengan aftertaste yang kecut. Tapi, ternyata lama-lama gondok juga. 

Perlu diketahui bahwa pegawai di kedai kopi bukan hanya barista. Ya Kali kalau ada 10 pegawai di kedai kopi, semuanya barista, kan nggak mungkin. Ada juga yang lainnya. Pengecualian untuk kedai kopi pribadi yang memang didirikan bukan untuk mencari profit, melainkan untuk memenuhi passion saja, bisa-bisa semua jabatan dirangkap oleh satu orang. 

Idealnya, dalam menunjang operasional, kedai kopi membutuhkan manajer, barista, staf koki dan staf kasir atau server yang biasanya rangkap jabatan. Semuanya saling bersinergi dan memiliki peran masing-masing, manajer mengawasi jalannya operasional juga memikirkan strategi marketing—karena dia merangkap sebagai marketing, kasir memberikan informasi produk kepada pembeli—juga menjadi ekskavator yang mengeruk sedalam mungkin isi dompet pembeli. Koki dan barista menyiapkan pesanan senikmat dan selezat mungkin agar pembeli puas dan berkunjung kembali ke kedai kopi.

Baca Juga:

4 Alasan Saya Lebih Memilih Ice Americano Buatan Minimarket ketimbang Racikan Barista Coffee Shop

Jangan Tergiur Bekerja di Cafe Perintis, Ini Kenyataan yang Jarang Terungkap

Nah, setelah tahu ada banyak pekerjaan lain di kedai kopi selain barista, hentikanlah stereotipe bahwa pekerja di kedai kopi selalu barista. Kalau ada yang bilang, “Namanya juga kedai kopi, ikonnya ya barista.” Iya, memang betul sih, tapi kan divisi lain di kedai kopi juga perlu diapresiasi dan bangga dengan pekerjaanya.

Meskipun saya agak kesal kalau dianggap barista setiap kali mengatakan bahwa saya bekerja di kedai kopi, saya menganggap basa-basi itu juga sebagai doa. Barangkali suatu saat saya menjadi barista beneran, saya akan senang karena secara gaji tentunya lebih besar barista daripada kasir, meski masih sama-sama buruh juga.

Photo by Quang Nguyen Vinh via Pexels.com

BACA JUGA Posisi Duduk di Angkot yang Paling Keren di Tingkat Kecamatan dan tulisan Doni Erfin Rukiawan lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 13 Agustus 2021 oleh

Tags: baristaKedai Kopi
Doni Erfin Rukiawan

Doni Erfin Rukiawan

Mahasiswa Universitas Islam tapi orangnya kurang islami.

ArtikelTerkait

Barista Jogja: Antara Seksi, Romantis, dan Upah Kelewat Rendah

Membongkar Alasan Barista Jogja Diupah Begitu Rendah

4 Oktober 2022
Mempertanyakan Alasan Ngeteh yang Seolah Kalah Pamor dari Ngopi kedai kopi terminal mojok

Mempertanyakan Alasan Ngeteh yang Seolah Kalah Pamor dari Ngopi

6 Mei 2021
Dilema Barista Perempuan yang Berakhir Jadi Pemanis Mata terminal mojok.co

Dilema Barista Perempuan yang Berakhir Jadi Pemanis Mata

27 November 2020
Nongkrong di Starbucks Itu Murah, Asal Tahu Strateginya terminal mojok.co

Nongkrong di Starbucks Itu Murah, Asal Tahu Strateginya

20 Desember 2021
Coffee Shop Lokal seperti Fore Sangat Bisa Menyaingi Starbucks (Unsplash)

Bisakah Coffee Shop Lokal Seperti Fore Menyaingi Bahkan Mengalahkan Starbucks dalam Segala Hal?

9 Desember 2023
sophie arwah noni belanda mojok

Sophie, Arwah Noni Belanda yang Setia Menemani Saya Jaga Malam di Kedai Kopi

24 Oktober 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

2 Desember 2025
7 Fakta Surabaya yang Bikin Kota Lain Cuma Bisa Gigit Jari

7 Fakta Surabaya yang Bikin Kota Lain Cuma Bisa Gigit Jari

30 November 2025
Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

2 Desember 2025
6 Hal Sepele, tapi Menyebalkan Saat Zoom Meeting Mojok

6 Hal Sepele, tapi Menyebalkan Saat Zoom Meeting

30 November 2025
Madiun, Kota Kecil yang Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya Mojok.co

Madiun, Kota Kecil yang Sudah Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya

2 Desember 2025
Pengalaman Nonton di CGV J-Walk Jogja: Murah tapi Bikin Capek

Pengalaman Nonton di CGV J-Walk Jogja: Murah tapi Bikin Capek

4 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.