Universitas Jember memang kalah bergengsi dibandingkan dengan UI, UGM, ITB, IPB, Universitas Brawijaya, dan universitas top lainnya. Tapi Unej nggak jelek-jelek amat. Terakhir saya melihat Unej peringkat ke-23 universitas terbaik se-Indonesia. Angka yang lumayan. Selain itu ada beberapa hal yang patut disyukuri jika kalian merupakan maba Unej.
Hal pertama yang patut disyukuri adalah biaya perkuliahan di Unej yang dibilang paling murah di Indonesia. Waktu saya masuk pada 2012, SPP per semester hanya Rp665 ribu. Saya yang harus membiayai kuliah secara mandiri karena orang tua tidak mampu, sangat merasa terbantu.
Saat ini semua perguruan tinggi menggunakan sistem UKT. Setiap mahasiswa dibebani angka UKT yang berbeda satu sama lain. Jadi tidak seragam kayak saya masuk dulu. Tapi UKT di Universitas Jember juga masih bisa dikatakan murah. Besaran yang paling murah hanya Rp500 ribu per semester dan yang paling mahal adalah Rp4 juta. Tapi, angka ini di luar fakultas kedokteran dan kedokteran gigi, ya. Itu mah sudah tentu fakultasnya para sultan.
Hal kedua yang patut disyukuri adalah biaya hidup di Kota Jember di mana Unej berada yang bisa dikatakan sangat murah. Gang Citra, sebuah gang yang ada di tengah-tengah kampus Unej adalah tempat andalan bagi para mahasiswa berburu makanan murah dan mengenyangkan. Dengan uang Rp5 ribu saja, kita sudah bisa makan kenyang. Di warung langganan saya dulu malah cuma Rp4 ribuan.
Kalian juga bisa ke Jalan Jawa yang terkenal dengan pedagang kaki lima. Menu andalan para pedagang di Jalan Jawa adalah nasi lalapan. Harganya beragam namun masih cukup terjangkau.
Soal biaya kos, jangan khawatir. Mulai dari yang paling mahal dengan fasilitas wifi, kamar mandi dalam, dan keamanan 24 jam sampai yang hanya sepetak kamar untuk tidur saja ada di Jember. Dengan uang Rp500 sampai Rp1 juta per bulan sudah dapat kos terbaik. Yang paling murah janan ditanya. Ada yang hanya dikenakan biaya Rp200 ribu per bulan. Murah banget, kan?
Bahkan kalau mager cari kos, ada alternatif yang memang disediakan khusus untuk para maba Universitas Jember, yaitu rumah susun mahasiswa. Setahu saya dulu, biaya per bulannya hanya sekitar Rp100 ribu. Mungkin sekarang naik, tapi nggak akan jauh-jauh dari angka itu.
Hal ketiga yang patut disyukuri adalah Kota Jember merupakan kota yang relatif aman, tingkat kriminalitasnya rendah. Hal ini didukung oleh pernyataan akang batagor asal Kota Bandung yang merasa lebih senang tinggal di Jember karena aman dari segala huru-hara. Mahasiswa juga bebas berada di kampus sampai jam berapa pun karena memang seaman itu. Tapi kembali pada kebijakan setiap fakultas juga soal pembatasan jam malam ini. Saya dulu sering mengerjakan tugas di kampus sampai subuh lho, hehehe.
Jember juga sebenarnya punya banyak tempat wisata. Ada pantai, yaitu Papuma, Watu Ulo, dan Payangan. Ada air terjun, yaitu Tancak. Ada juga puncak bukit dengan pemandangan yang indah, yaitu J-88 dan Rembangan. Untuk Rembangan sendiri, wisata yang ditawarkan tak hanya pemandangan bukit yang indah nan hijau, tapi juga wisata kuliner. Jadi kalau kalian penat dengan kehidupan kampus bisa langsung “kabur” dan berwisata ke tempat-tempat di atas.
Selain soal biaya hidup dan tempat wisata, sebagai maba Universitas Jember, kalian perlu tahu bahwa budaya Jember merupakan perpaduan antara budaya Jawa dan Madura yang dikenal dengan istilah “pandalungan”. Melalui budaya yang berbeda, tapi berjalan berdampingan ini kita bisa belajar nilai-nilai toleransi, dan nilai-nilai keberagaman. Saran saya sih bagi mahasiswa yang bukan dari suku Jawa atau Madura sempatkanlah belajar bahasa daerah. Lama-lama kalian akan terbiasa, nyaman, dan betah menetap di Jember.
Syukuri saja, Guys. Menjadi mahasiswa adalah sebuah tanggung jawab. Banyak orang yang mungkin menginginkannya tapi tidak bisa seberuntung kita. Berbanggalah sebagai maba Universitas Jember. Pergunakan waktu sebaik mungkin, bukan untuk mencari nilai, tapi untuk mencari ilmu, skill, pengalaman, dan kawan.
BACA JUGA Anime dan Manga Adalah Cara Paling Asyik Belajar Budaya dan artikel Sigit Candra Lesmana lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.