Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Bermesraan di Ruang Publik: Wajar atau Nggak Tahu Malu?

Devi Simbolon oleh Devi Simbolon
3 Oktober 2019
A A
Bermesraan di Ruang Publik

Bermesraan di Ruang Publik

Share on FacebookShare on Twitter

Jakarta sebagai kota metropolitan layaknya panggung pertunjukan. Berbagai macam jenis dan perilaku manusia dapat ditemui dengan segala ‘keanehan’ yang mungkin terjadi. Fenomena bermesraan di depan umum dewasa ini seolah menjadi pertunjukan biasa yang harus ditonton massa khususnya para kaum jomblo yang mau tidak mau pasrah dengan kesendiriannya.

Kalau dipikir-pikir sebenarnya bukan karena status jomblo sehingga berpelukan, berciuman, atau cubit-cubit mandjah menjadi tontonan ‘kurang menyenangkan’ atau bahkan tidak senonoh. Sejatinya ada etika berperilaku di hadapan publik yang seharusnya tidak diabaikan kaum-kaum yang sedang dimabuk asmara hingga lupa tempat begini.

Sebagai ilustrasi, salah seorang teman saya yang sedang menikmati me time-nya di salah satu café di kotanya anak gaul ibukota, Jaksel alias Jakarta Selatan terpaksa harus terlibat secara tidak langsung dengan sepasang sejoli yang rasa-rasanya tidak bertemu bertahun-tahun lamanya atau kemungkinan lain pasangan itu memang gemar mempraktekkan cara menyayangi pasangan di hadapan publik. Dari berbagai macam karakter orang pacaran, dua manusia di hadapan teman saya ini sungguh berbeda. Cara mereka menyalurkan rasa sayangnya terlihat sangat tulus dan menyentuh. Ya, menyentuh segala apapun yang bisa disentuh.

Sekali lagi saya tegaskan, bukan karena status jomblo teman saya itu makanya dia merasa geli dengan pertunjukan tanpa karcis yang sedang ia saksikan di hadapannya. Hanya saja sepertinya norma ketimuran negri ini sudah mengubah arah kiblatnya ke barat.

Hal yang teman saya saksikan mungkin seharusnya ia nikmati di film bergenre romance di bagian scene terakhir saat hendak menggambarkan pada penonton bahwa pasangan itu akan hidup bahagia selama-lamanya. Happily ever after dan ditutup dengan kiss scene terbaik setelah belasan bahkan puluhan take mungkin.

Kadang saya berpikir, apakah adengan intim seperti itu kadang sengaja diperlama dengan take berulang-ulang karena sang aktor menikmatinya? haha. Biarkan itu hanya rahasia di kalangan para aktor peran saja.

Well, kembali ke pembahasan tentang sepasang muda-mudi kasmaran di café tadi, singkat cerita mereka saling beradu untuk memperlakukan satu sama lain layaknya anak kecil yang sedang gemes-gemesnya dan wajib untuk “digemesin”. Berawal dari jarak yang semakin lama semakin mendekat, tangan yang awalnya mencubit-cubit lengan berpindah ke pipi yang tembem saja tidak, teman saya sampai bingung pipi tirus dan penuh make-up begitu apa enaknya sih dicubit-cubit mandjah. Untung foundationnya nggak luntur ya mbak.

Masih bagian dari pemanasan, dari pipi pindah ke rambut. Duh Mas, jangan kelamaan dibelai-belai rambut mbak nya, ntar lepek repot harus keramas dan catokan dulu.

Baca Juga:

Benang Layangan Jadi Ancaman bagi Pengendara Itu Bukan Salah Bocil, tapi Bukti Nyata Negara Gagal Menyediakan Ruang Terbuka

Lapangan Denggung Sleman Dinodai Muda-Mudi yang Bermesraan Nggak Tahu Tempat

Setelah posisi tidak berjarak dirasa cukup dan sangat nyaman, perlahan adegan klimaks dimulai. Tapi sebelumnya teman saya membuat pengakuan kalau sebenarnya bukan maksud hatinya menjadi saksi atas hubungan suci sepasang kekasih itu. Biarpun menyandang status sebagai kaum jomblo berkelas, tak bisa dipungkiri timbul sedikit rasa yang menyayat hati dan jiwa kesepiannya meronta-ronta. Tapi tetap saja, kalau melihat adengan gratis itu dia malah merasa geli, seperti melihat tingkah bocah yang terjebak di tubuh orang berusia cukup. Dari penampilannya, kedua pasangan itu bukan anak kemarin sore, malah sepertinya sudah “matang” tapi kok urusan cinta masih “polos” ya?

Adegan klimaks sungguh terjadi. Kata orang-orang sih itu bercumbu namanya. Tanpa malu-malu mereka terkekeh kecil seperti sangat menikmati permainan. Dan teman saya menikmati pertunjukannya lewat lirikan sehati-hati mungkin biar nggak diajak ikutan demi menghindari konflik yang berpotensi muncul akibat “tersinggung” dilihatin. Lha, teman saya lebih tersinggung lagi mas mbak. Bagaimana tidak, bisa-bisanya mereka beraksi di hadapan manusia yang bahkan hingga 2019 ini belum mengetahui di mana keberadaan tulang rusuknya saat ini.

Tapi apa benar aturan bermesraan di depan publik itu hal yang patut dimaklumi? Untung saja teman saya umurnya sudah 18+ kalau saja itu disaksikan anak di bawah umur, apa tidak menjadi contoh yang buruk bagi masa depannya? Bagaimanapun semua itu kembali lagi pada individu yang melakukannya.

Kalau memang harus “beraksi”: just get a room, dude! Jangan bikin orang pengen mengganggu orang lain dan cobalah mejaga tata krama karena Indonesia budayanya santun, kalau mau bebas ya jangan di negeri ini, jangan lupa the right man in the right place. Artinya: jangan sok ke bule-bulean deh! (*)

BACA JUGA  Things I Learned From Living in Jakarta For the Last 5 Years atau tulisan Devi Simbolon lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 3 Oktober 2019 oleh

Tags: Bermesraanbudaya baratbuleKritik SosialRuang PublikTren Masa Kini
Devi Simbolon

Devi Simbolon

ArtikelTerkait

enggan miskin

Miskin Enggan, Kaya Tak Mampu

22 Mei 2019
kkn

KKN (Kuliah Kerja Nyumbang): Emang Masih Relevan?

10 Juni 2019
pasal

Menghakimi Status di Instastory: Pasal Mana Pasal?

19 September 2019
Anak-anak Main Bola di Jalan, Salah Siapa?

Anak-anak Main Bola di Jalan, Salah Siapa?

8 Mei 2023
nilai-nilai

Mempertanyakan Kembali Nilai-Nilai Kita

10 Juni 2019
Menebak Kepribadian Seseorang Berdasarkan Pilihan Obat Nyamuk terminal mojok.co

Jangan Hidup Seperti Nyamuk!

6 September 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Bukan Mojokerto, tapi Lumajang yang Layak Menjadi Tempat Slow Living Terbaik di Jawa Timur

Bukan Mojokerto, tapi Lumajang yang Layak Menjadi Tempat Slow Living Terbaik di Jawa Timur

18 Desember 2025
Kasta Sambal Finna dari yang Enak Banget Sampai yang Mending Skip Aja

Kasta Sambal Finna dari yang Enak Banget Sampai yang Mending Skip Aja

19 Desember 2025
Boleh Membanggakan SCBD Jogja, tapi Jangan Lupakan Gamping dan Mlati Sleman yang Akan Menjadi The Next SCBD Jogja Barat

Boleh Membanggakan SCBD Jogja, tapi Jangan Lupakan Gamping dan Mlati Sleman yang Akan Menjadi The Next SCBD Jogja Barat

19 Desember 2025
Nasib Sarjana Musik di Situbondo: Jadi Tukang Sayur, Bukan Beethoven

Nasib Sarjana Musik di Situbondo: Jadi Tukang Sayur, Bukan Beethoven

17 Desember 2025
Toyota Vios, Mobil Andal yang Terjebak Label "Mobil Taksi"

Panduan Membeli Toyota Vios Bekas: Ini Ciri-Ciri Vios Bekas Taxi yang Wajib Diketahui!

18 Desember 2025
Ngemplak, Kecamatan yang Terlalu Solo untuk Boyolali

Ngemplak, Kecamatan yang Terlalu Solo untuk Boyolali

15 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Nyaris Menyerah karena Tremor dan Jantung Lemah, Temukan Semangat Hidup dan Jadi Inspirasi berkat Panahan
  • Kartu Pos Sejak 1890-an Jadi Saksi Sejarah Perjalanan Kota Semarang
  • Ketika Rumah Tak Lagi Ramah dan Orang Tua Hilang “Ditelan Layar HP”, Lahir Generasi Cemas
  • UGM Dorong Kewirausahaan dan Riset Kehalalan Produk, Jadikan Kemandirian sebagai Pilar
  • Liburan Nataru di Solo Safari: Ada “Safari Christmas Joy” yang Bakal Manjakan Pengunjung dengan Beragam Sensasi
  • Upaya Merawat Gedung Sarekat Islam Semarang: Saksi Sejarah & Simbol Marwah yang bakal Jadi Ruang Publik

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.