Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Berhenti Menormalisasi Nyalahin Setan dan Sedang Khilaf Saat Melakukan Kejahatan

Bayu Kharisma Putra oleh Bayu Kharisma Putra
20 Juni 2021
A A
Share on FacebookShare on Twitter

Ajakan, “Berhenti menormalisasi ini, berhenti menormalisasi itu,” mungkin sudah bosan Anda dengar. Namun, jangan dulu! Pasalnya, saya mau membela pihak yang sering kena tulah dan kerap dijadikan kambing hitam. Ialah setan, yang katanya kerap bikin khilaf. Sudah memang punya persona nggatheli, sering disalah pahami, sampai diberi stigma macam-macam. Hal yang lebih menyedihkan, banyak orang yang nyalahin setan saat melakukan kesalahan atau jadi tersangka tindak kejahatan. Sudah nyalahin setan, masih ditambah narasi sedang khilaf.

Seperti para pelaku kekerasan seksual. Banyak dari mereka yang mengaku terperdaya setan dan sedang khilaf. Khilaf kok terus-terusan! Apa dengan menggunakan pembelaan bodoh dan cupet semacam itu, perbuatan mereka langsung bisa dimaklumi? Saya justru kasihan sama si setan, mereka yang kerap jadi sasaran fitnah yang keji itu. Lagi duduk nyantai, nyender, sambil ngopi, tiba-tiba disalah-salahin dan dijadikan alibi. Kejam kalian, tuh!

Apalagi para koruptor, udah ditangkap sambil senyum-senyum, masih bisa bilang khilaf karena termakan bujuk rayu setan. Lama kelamaan saya mangkel sendiri. Dikit-dikit nyalahin setan. Padahal jahat ya, jahat saja. Nggak usah bawa-bawa setan apalagi khilaf. Dipikir kita-kita nggak paham maksud mereka membela diri dengan cara nggatheli macam begitu. Klasik. Memuakkan. Rasanya seperti mau nampol pakai sandal, biar pedes.

Menggunakan setan dan sedang khilaf sebagai alibi, bertujuan untuk membuat kita iba. Lantas, diharapkan muncul pemakluman. Mohon maaf, iba nggak, emosi iya. Dipikir dengan mengemukakan alibi klasik itu, kita jadi percaya jika mereka sebenarnya tak berniat melakukan hal yang merugikan dan menyakiti orang lain itu. Kalau hal beginian terus dinormalisasi, mereka jadi tuman dan begitu terus-terusan. Jadi budaya yang toxic. Dengan alibi busuk itu, mereka sedang berusaha berlindung dengan citra manusia biasa yang lemah dan tak berdaya. Wes, ra mashook!

Manusia memang lemah dan tak berdaya, pun tak lepas dari kesalahan dan dosa. Namun, nggak terus berlindung di belakang kalimat itu. Kalau kata Mas Jeje Boy, “Nakal boleh, jahat jangan”. Mungkin bisa saya tambahin dikit, nakal boleh, jahat jangan, apalagi nggatheli.

Berani berbuat, berani bertanggung jawab dan mengakui kesalahan adalah wajib. Sebagai manusia memang sudah nalurinya melindungi diri. Bahkan setelah melakukan sebuah kejahatan atau menyakiti orang lain. Biar aman, segala cara untuk mempertahankan diri dilakukan. Ada yang cuma bisa pakai narasi setan dan khilaf, sampai lolos dari jeratan hukum karena punya banyak privilese. Yang pakai duit dan kuasa ini yang nyebelin. Setelah bebas, baru minta maaf dan ditambah mengaku sedang khilaf.

Saat mencari iba dan menunjukkan jika dia manusia biasa, pernahkah mereka memikirkan korban? Entah, padahal korban yang lebih pantas untuk kita bantu dan lumrah jika kita iba pada korban. Koruptor misalnya, berapa juta masyarakat yang dirugikan dan jadi korban. Koruptornya tinggal ngemeng sedang khilaf dan nyalahin setan. Apalagi pelaku kekerasan seksual, bisa-bisanya mengharap iba dari masyarakat dengan nyalahin setan. Mereka, para pelaku tak sepantasnya diberi belas kasihan. Walau mereka mengaku khilaf dan terperdaya bujuk rayu setan. Sayangnya, masih ada saja orang yang percaya dengan alibi semacam itu.

Budaya semacam itu sudah mendarah daging dan disebar luaskan ke seantero negeri. Tugas kita sekarang untuk menghentikan budaya semacam ini berkembang terus menerus. Betapa menyedihkannya jika budaya begini terus berlanjut sampai anak cucu kita nanti.

Baca Juga:

Menyesal Kuliah Jurusan Pendidikan, Tiga Tahun Mengajar di Sekolah Nggak Kuat, Sekolah Menjadi Ladang Bisnis Berkedok Agama

Korupsi dan Krisis Integritas Adalah Luka Lama Banten yang Belum Pulih

Saya jadi makin percaya dengan sebuah teori soal setan ini. Bahwa setan bukan tentang benda atau makhluknya. Namun, ia murni soal sikap atau sifat dalam diri seonggok makhluk. Kebetulan makhluk itu adalah manusia yang kerap menyalahkan setan. Padahal dirinya sendiri yang merupakan setan bagi orang lain.

BACA JUGA Tidak Semua Setan Betah di Kota Jakarta, Tidak Semua Malaikat Nyaman di Jogja dan tulisan Bayu Kharisma Putra lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 26 Oktober 2021 oleh

Tags: Kekerasan SeksualkhilafKorupsiNyalahin setanPojok Tubir Terminal
Bayu Kharisma Putra

Bayu Kharisma Putra

Hanya salah satu dari jutaan manusia yang kebetulan ditakdirkan lahir dan tumbuh di bentangan khatulistiwa ini. Masih setia memegang identitas sebagai Warga Negara Indonesia, menjalani hari-hari dengan segala dinamika.

ArtikelTerkait

jadi presiden selama sehari lambang negara jokowi nasionalisme karya anak bangsa jabatan presiden tiga periode sepak bola indonesia piala menpora 2021 iwan bule indonesia jokowi megawati ahok jadi presiden mojok

Pasal Penghinaan terhadap Martabat Presiden yang Justru Merugikan Presiden

8 Juni 2021
figur publik konferensi pers permintaan maaf kasus mojok

Publik Figur Minta Maaf karena Terjerat Kasus Itu Nggak Perlu Dilakukan

11 Juli 2021
jaringan 5G masuk desa mojok

Peluncuran Jaringan 5G yang Gagal Membuat Antusias Masyarakat Desa seperti Saya

7 Juni 2021
PGI tes wawasan kebangsaan KPK mojok

Memangnya Ada yang Salah dari PGI Menolak Upaya Pelemahan KPK? Kenapa Diserang?

3 Juni 2021
Hilangnya Sense of Crisis Media yang Suka Glorifikasi Kekayaan Nagita Slavina? terminal mojok.co

Hilangnya Sense of Crisis Media yang Suka Glorifikasi Kekayaan Nagita Slavina?

7 Agustus 2021
politik dinasti banten tubagus chaeri wardana wawan badak bercula satu korupsi peta banten mojok

Alasan Mengapa Politik Dinasti Banten Begitu Digemari Warganya

30 April 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Alasan Posong Temanggung Cocok Dikunjungi Orang-orang yang Lelah Liburan ke Jogja

Alasan Posong Temanggung Cocok Dikunjungi Orang-orang yang Lelah Liburan ke Jogja

27 Desember 2025
Perlintasan Kereta Pasar Minggu-Condet Jadi Jalur Neraka Akibat Pengendara Lawan Arah

Perlintasan Kereta Pasar Minggu-Condet Jadi Jalur Neraka Akibat Pengendara Lawan Arah

24 Desember 2025
Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

24 Desember 2025
Daihatsu Gran Max, Si "Alphard Jawa" yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan Mojok.co

Daihatsu Gran Max, Si “Alphard Jawa” yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan

25 Desember 2025
Tradisi Aneh Kondangan di Daerah Jepara yang Sudah Saatnya Dihilangkan: Nyumbang Rokok Slop yang Dianggap Utang

Tradisi Aneh Kondangan di Daerah Jepara yang Sudah Saatnya Dihilangkan: Nyumbang Rokok Slop yang Dianggap Utang

27 Desember 2025
Panduan Bertahan Hidup Warga Lokal Jogja agar Tetap Waras dari Invasi 7 Juta Wisatawan

Panduan Bertahan Hidup Warga Lokal Jogja agar Tetap Waras dari Invasi 7 Juta Wisatawan

27 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Orang Tak Tegaan Jadi Debt Collector: Tak Tagih Utang Malah Sedekah Uang, Tak Nikmati Gaji Malah Boncos 2 Kali
  • Biro Jasa Nikah Siri Maikin Marak: “Jalan Ninja” untuk Pemuas Syahwat, Dalih Selingkuh, dan Hindari Tanggung Jawab Rumah Tangga
  • Didikan Bapak Penjual Es Teh untuk Anak yang Kuliah di UNY, Jadi Lulusan dengan IPK Tertinggi
  • Toko Buku dan Cara Pelan-Pelan Orang Jatuh Cinta Lagi pada Bacaan
  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.