Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Beragama di Tengah Pandemi: Jangan Egois

Fatimatuz Zahra oleh Fatimatuz Zahra
17 Mei 2020
A A
Tradisi Kupatan sebagai Tanda Berakhirnya Hari Lebaran Masa Lalu Kelam Takbir Keliling di Desa Saya Sunah Idul Fitri Itu Nggak Cuma Pakai Baju Baru, loh! Hal-hal yang Dapat Kita Pelajari dari Langgengnya Serial “Para Pencari Tuhan” Dilema Mudik Tahun Ini yang Nggak Cuma Urusan Tradisi Sepi Job Akibat Pandemi, Pemuka Agama Disantuni Beragama di Tengah Pandemi: Jangan Egois Kita Mudah Tersinggung, karena Kita Mayoritas Ramadan Tahun Ini, Kita Sudah Belajar Apa? Sulitnya Memilih Mode Jilbab yang Bebas Stigma Kenapa Saf Tarawih Makin Maju Jelang Akhir Ramadan? Kenapa Kita Sulit Menerima Perbedaan di Media Sosial? Masjid Nabawi: Contoh Masjid yang Ramah Perempuan Surat Cinta untuk Masjid yang Tidak Ramah Perempuan Campaign #WeShouldAlwaysBeKind di Instagram dan Adab Silaturahmi yang Nggak Bikin GR Tarawih di Rumah: Ibadah Sekaligus Muamalah Ramadan dan Pandemi = Peningkatan Kriminalitas? Memetik Pesan Kemanusiaan dari Serial Drama: The World of the Married Mungkinkah Ramadan Menjadi Momen yang Inklusif? Beratnya Menjalani Puasa Saat Istihadhah Menghitung Pengeluaran Kita Kalau Buka Puasa “Sederhana” di Mekkah Apakah Menutup Warung Makan Akan Meningkatkan Kualitas Puasa Kita? Kenapa Saf Tarawih Makin Maju Jelang Akhir Ramadan? Apakah Menutup Warung Makan Akan Meningkatkan Kualitas Puasa Kita? Mengenang Serunya Mengisi Buku Catatan Ramadan Saat SD Belajar Berpuasa dari Pandemi Corona Perlu Diingat: Yang Lebih Arab, Bukan Berarti Lebih Alim Nonton Mukbang Saat Puasa, Bolehkah? Semoga Iklan Bumbu Dapur Edisi Ramadan Tahun Ini yang Masak Nggak Cuma Ibu
Share on FacebookShare on Twitter

Sejak diumumkannya kasus pertama infeksi covid-19 di Indonesia, jumlah penderitanya terus bertambah hingga hari ini telah mencapai belasan ribu jiwa dinyatakan positif covid-19. Para peneliti kemudian mencoba mendalami klaster-klaster yang berpotensi menjadi sebab penularan. Beberapa di antaranya ternyata adalah klaster kegiatan keagamaan.

Seperti yang ditemukan di provinsi DIY, klaster jamaah tabligh Gunung Kidul yang mengonfirmasi 18 kasus, enam di antaranya positif, sementara lainnya positif dalam rapid test tapi meninggal sebelum dilakukan swab. Klaster jamaah tabligh Sleman juga mengalami hal serupa dengan 17 kasus, sepuluh di antaranya positif dari rapid test. Klaster selanjutnya yang juga merupakan kegiatan keagamaan adalah klaster GPIB Kota Yogyakarta yang menghasilkan 17 kasus, tiga terkonfirmasi, tiga PDP, sementara lainnya positif dalam rapid test.

Tidak ada yang salah dengan nilai atau ajaran agama yang dianut, hanya saja praktik peribadatan yang dilakukan dalam kondisi rawan penyebaran virus ini perlu diwaspadai. Oleh karenanya kita bukan dilarang beribadah tetapi diperintahkan untuk beribadah dari rumah. Hal ini menunjukkan bahwa bagaimanapun, ritual agama tetaplah menjadi sesuatu yang penting dalam rangka mengimplementasikan ajaran agama sehingga penting untuk tetap dilaksanakan dalam kondisi apa pun. Namun, kita sering kali terpaku pada cara beribadah yang biasa kita lakukan sehari-hari, sehingga ketika dilakukan pembatasan seperti saat ini, sebagian dari kita kemudian merasa terusik.

Padahal, secara bahasa saja, agama berarti “tidak rusak” atau upaya mencegah kerusakan. Maka sudah semestinya cara-cara kita mengimplementasikan agama juga mengarah pada pencegahan terhadap kerusakan tersebut. Tapi, kalau kita tetap ngeyel dan bersikeras bahwa ibadah hanya dapat dilaksanakan secara bersama-sama, tanpa peduli bahaya yang mengancam, mungkin kita baru memahami agama sebagai sebuah ritual bukan nilai serta jalan hidup yang menyertai diri kita. Hal ini mengakibatkan agama yang seharusnya dapat menjadi landasan untuk mencegah terjadinya keburukan atau mudharat, justru berpotensi mendatangkannya.

Menurut Mircae Eliade, unsur agama setidaknya ada tiga yaitu: nilai, sistem kredo (kepercayaan kepada yang transenden), serta ritual atau peribadatan. Ketika kita menolak untuk beribadah di rumah demi kebaikan bersama, kita mungkin sedang mengamini bahwa beragama hanyalah tentang praktik peribadatan, tanpa menimbang bahwa segala tata nilai di dalamnya dapat kita laksanakan di mana pun berada.

Begitu pula dengan sistem kredo atau kalau dalam Islam disebut sebagai ketauhidan. Ketika kita tidak mengintegrasikan ketiga unsur dalam beragama, kita seolah-olah kehilangan segalanya ketika lokasi ibadah dipindahkan. Sekalipun jika tujuannya adalah untuk kemaslahatan atau kepentingan kemanusiaan yang lebih luas, kita menjadi seorang penganut agama yang egois.

Padahal dalam Islam, ada yang disebut sebagai maqashid syariah yaitu tujuan yang ingin dicapai dalam pemberlakuan syariah yang kesemuanya bermuara pada kepentingan kemanusiaan. Salah satu poin maqashid syariah ini adalah hifdzun nafs atau menjaga keselamatan diri manusia. Hal ini secara reaktif sering kali dipahami dengan hukuman qishas kepada seseorang yang membunuh. Padahal, secara pro aktif hal ini juga dapat dilakukan dengan cara bersabar sementara untuk beribadah di rumah ketika terjadi wabah seperti saat ini. Poinnya adalah tentang bagaimana memberlakukan syariat yang dapat menjaga keselamatan manusia. Maka jika beribadah di rumah dapat meningkatkan kemungkinan manusia untuk selamat dari corona, hal ini dapat dikatakan sebagai implementasi dari maqashid syariah khususnya dalam poin hidzun nafs tersebut.

Menurut Quraish Shihab, dalam praktik beragama, mencegah keburukan adalah sesuatu yang lebih penting dibandingkan dengan mendatangkan kebaikan. Oleh karenanya, jika pun kita masih memandang bahwa kumpul-kumpul untuk melakukan ibadah adalah sesuatu yang memiliki nilai kebaikan yang mutlak dan tidak bisa diganggu gugat. Akan tetapi hal tersebut tetap tidak akan lebih baik dari diamnya kita di rumah dalam rangka mencegah keburukan dari penyebaran virus corona. Inilah mengapa, Islam memiliki mekanisme hukum dalam keadaan darurat yang dapat membantu kita untuk tetap melakukan ritual peribadatan tanpa mengancam kondisi diri sendiri maupun orang lain.

Baca Juga:

Pengalaman Saya Menjalani KKN Gaib, Sendirian Ngerjain Proker, Tau-tau Selesai

Resistensi Antibiotik, Pemicu Pandemi Mematikan di Masa Depan

Lha terus, kalau kita mengaku seorang yang beragama, seorang hamba yang sekaligus mengemban tugas sebagai khalifah fil ard dengan arogan dan tanpa rasa sungkan bersikeras untuk tetap berkumpul melaksanakan ibadah, bagaimana kita akan bertanggung jawab kelak? Bagaimana kita mampu mempertanggungjawabkan sujud yang mestinya merupakan wujud kerendahan diri kita kepada seluruh kehendak Allah dalam hidup? Bagaimana kita mampu mempertanggungjawabkan gelar sebagai khalifah fil ard dengan segala keangkuhan dan sikap egois kita?

BACA JUGA Esai-esai Terminal Ramadan Mojok lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 17 Mei 2020 oleh

Tags: beragamaegoispandemiTerminal Ramadan
Fatimatuz Zahra

Fatimatuz Zahra

Sedang belajar tentang manusia dan cara menjadi manusia.

ArtikelTerkait

larangan mudik tapi tempat wisata buka mojok

Logika Ajaib Pemerintah: Mengeluarkan Larangan Mudik, tapi Tempat Wisata Tetap Buka

26 April 2021
penyintas covid-19 pandemi menanyakan kabar mojok

Ketika Menanyakan Kabar Bukan Lagi Sekadar Basa-basi di Masa Pandemi

28 Juli 2021
Menghitung Denda Pelanggaran PSBB yang Dilakukan Warga Rawa Bebek terminal mojok.co

Menghitung Denda Pelanggaran PSBB yang Dilakukan Warga Rawa Bebek

1 Oktober 2020
Mari Sambut dengan Tawa Wacana Menkes Terawan Soal Wisata Kebugaran, Jamu, dan Kerokan

Apa sih Pentingnya Meminta Terawan Tampil ke Publik?

28 September 2020
Tradisi Kupatan sebagai Tanda Berakhirnya Hari Lebaran Masa Lalu Kelam Takbir Keliling di Desa Saya Sunah Idul Fitri Itu Nggak Cuma Pakai Baju Baru, loh! Hal-hal yang Dapat Kita Pelajari dari Langgengnya Serial “Para Pencari Tuhan” Dilema Mudik Tahun Ini yang Nggak Cuma Urusan Tradisi Sepi Job Akibat Pandemi, Pemuka Agama Disantuni Beragama di Tengah Pandemi: Jangan Egois Kita Mudah Tersinggung, karena Kita Mayoritas Ramadan Tahun Ini, Kita Sudah Belajar Apa? Sulitnya Memilih Mode Jilbab yang Bebas Stigma Kenapa Saf Tarawih Makin Maju Jelang Akhir Ramadan? Kenapa Kita Sulit Menerima Perbedaan di Media Sosial? Masjid Nabawi: Contoh Masjid yang Ramah Perempuan Surat Cinta untuk Masjid yang Tidak Ramah Perempuan Campaign #WeShouldAlwaysBeKind di Instagram dan Adab Silaturahmi yang Nggak Bikin GR Tarawih di Rumah: Ibadah Sekaligus Muamalah Ramadan dan Pandemi = Peningkatan Kriminalitas? Memetik Pesan Kemanusiaan dari Serial Drama: The World of the Married Mungkinkah Ramadan Menjadi Momen yang Inklusif? Beratnya Menjalani Puasa Saat Istihadhah Menghitung Pengeluaran Kita Kalau Buka Puasa “Sederhana” di Mekkah Apakah Menutup Warung Makan Akan Meningkatkan Kualitas Puasa Kita? Kenapa Saf Tarawih Makin Maju Jelang Akhir Ramadan? Apakah Menutup Warung Makan Akan Meningkatkan Kualitas Puasa Kita? Mengenang Serunya Mengisi Buku Catatan Ramadan Saat SD Belajar Berpuasa dari Pandemi Corona Perlu Diingat: Yang Lebih Arab, Bukan Berarti Lebih Alim Nonton Mukbang Saat Puasa, Bolehkah? Semoga Iklan Bumbu Dapur Edisi Ramadan Tahun Ini yang Masak Nggak Cuma Ibu

Mungkinkah Ramadan Menjadi Momen yang Inklusif?

5 Mei 2020
menggelar hajatan di tengah pandemi mojok

3 Alasan Orang Nekat Menggelar Hajatan di Tengah Pandemi

2 Agustus 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Setup Makaroni Kuliner Khas Solo, tapi Orang Solo Nggak Tahu

Setup Makaroni: Kuliner Khas Solo tapi Banyak Orang Solo Malah Nggak Tahu

19 Desember 2025
Keluh Kesah Mobil Warna Hitam. Si Cakep yang Ternyata Ribet

Keluh Kesah Mobil Warna Hitam. Si Cakep yang Ternyata Ribet

19 Desember 2025
5 Rekomendasi Kuliner Babi Surabaya untuk Kalian yang Menghabiskan Cuti Natal di Kota Pahlawan

5 Rekomendasi Kuliner Babi Surabaya untuk Kalian yang Menghabiskan Cuti Natal di Kota Pahlawan

22 Desember 2025
Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

20 Desember 2025
Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

21 Desember 2025
Keluh Kesah Alumni Program Akselerasi 2 tahun di SMA, Kini Ngenes di Perkuliahan

Keluh Kesah Alumni Program Akselerasi 2 tahun di SMA, Kini Ngenes di Perkuliahan

18 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Talent Connect Dibimbing.id: Saat Networking Tidak Lagi Sekadar Basa-basi Karier
  • Ironi Perayaan Hari Ibu di Tengah Bencana Aceh dan Sumatra, Perempuan Makin Terabaikan dan Tak Berdaya
  • Kisah Kelam Pasar Beringharjo Jogja di Masa Lalu yang Tak Banyak Orang Tahu
  • Melacak Gerak Sayap Predator Terlangka di Jawa Lewat Genggaman Ponsel
  • Regenerasi Atlet Panahan Terancam Mandek di Ajang Internasional, Legenda “3 Srikandi” Yakin Masih Ada Harapan
  • Petung Jawa dan Seni Berdamai dengan Hidup

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.