Di Indonesia—negeri dengan mayoritas penduduk beragama Islam—kita mungkin sering mendengar celetukan semacam ini tiap Jumat siang, “Salat Jumat dulu ah, biar ganteng.” Ya, celetukan yang beraroma gurauan itu jamak ditemui, terutama di status media sosial orang-orang yang terlalu kurang percaya diri sampai harus menunggu hari Jumat dulu supaya dianggap ganteng.
Sekilas ungkapan itu lazim belaka. Tampak tak ada hal yang perlu dipermasalahkan darinya. Namun, kalau diteliti, meskipun pengucapnya bermaksud bercanda, ada yang bermasalah dalam ungkapan tersebut.
Nggak ada hubungannya salat Jumat dengan bentuk wajah. Ia adalah sebuah ibadah yang sifatnya wajib bagi laki-laki dalam Islam. Tiap laki-laki harus melakukannya saban Jumat siang. Sebagaimana ibadah pada umumnya, tujuannya adalah untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan meraih pahala. Nggak pernah ada tuh saya dengar salat Jumat bisa bikin ganteng atau cantik seketika. Sebab salat Jumat itu dilakukannya di masjid, bukan rumah sakit bedah plastik.
Gurauan semacam itu selain terlihat garing, juga nggak logis. Kalau mau ganteng atau menjadi rupawan itu ya berhias diri. Mau salat Jumat triliunan kali, kalau jarang mandi dan malas merawat diri, ya bermuka pas-pasan mah bermuka pas-pasan aja.
Saya bisa percaya salat Jumat bikin ganteng itu kalau misalnya si pelakunya sepulang salat langsung operasi plastik atau paling tidak beli sabun cuci muka yang dapat meningkatkan kegantengan beberapa derajat. Walaupun sabun muka hanya menghadirkan kegantengan yang fana, percayalah khasiatnya lebih riil ketimbang “sekadar shalat Jumat”.
Oh bukan, bukan saya sedang merendahkan faedah salat Jumat. Saya justru sedang menempatkan sesuatu pada tempatnya. Dalam hal ini Salat Jumat itu ibadah. Ia sama sekali bukan sinonim dari sabun muka atau alat sihir yang bisa bikin wajah berubah seketika. Dari jelek ke ganteng atau dari ganteng ke ganteng banget.
Percayalah, kalaupun ada orang yang terlihat ganteng sehabis salat, itu bukanlah semata-mata karena dia salat. Ada hal selain salat Jumat yang memang bikin wajahnya jadi tampak enak dilihat. Misalnya karena dia berwudu lagi, dia jadi murah senyum karena menyimak nasihat khotib soal senyum itu sedekah, dan lain sebagainya.
Alih-alih menjadi semakin ganteng, beberapa orang justru jadi terlihat “semakin jelek” dan kusut selepas salat Jumat. Bukan, bukan karena salat Jumat yang bikin wajahnya jadi jelek. Ibadah apa pun tidak akan merusak fisik si pelaku, kecuali mungkin ibadah orang primitif yang sengaja menyiksa-nyiksa diri sendiri dengan benda tajam dan semacamnya.
Maksud saya, tidak sedikit orang-orang yang habis salat, mukanya jadi awut-awutan kayak pakaian yang lama nggak disetrika. Apa pasal? Selidik punya selidik, ternyata gara-gara dia ketiduran bahkan ngiler pas khotib khotbah. Subhanallah sekali memang orang-orang seperti itu. Mereka hanya punya ketiga kemungkinan: terlalu khusyuk, terlalu malas, atau terlalu khusyuk dalam kemalasannya.
Ungkapan lain yang barangkali sering kita dengar atau baca adalah, “Makanya wudu dong, biar wajahmu glowing.” Ungkapan ini jamak terdengar di kalangan perempuan. Terutama tentu saja dari “ukhti-ukhti” kepada “non ukhti-ukhti”.
Kalau ada perempuan yang wajahnya kusut dan terlihat tidak segar, segeralah perkataan berbau tuduhan itu muncul, “Kok kamu kusut banget gitu? Nggak salat ya? Nggak wudu ya? Makanya wudu, biar wajahmu glowing.” Ini memang hanya contoh hiperbolik saja dari saya. Tapi, pada kenyataannya hal semacam itu bukanlah perkara yang jarang terjadi. Banyak orang mencampurbaurkan antara nasihat dan tuduhan. Sebuah siasat dakwah yang norak sekali.
Adapun soal wudu bikin wajah glowing ini mirip dengan ungkapan pertama soal “salat Jumat bikin ganteng”. Sebuah upaya pencampuradukan dua hal yang tidak ada sangkut pautnya. Perempuan yang mukanya nggak glowing, bukan berarti dia jarang wudu. Bisa saja karena dia lagi depresi atau kehabisan skincare. Kalau masalahnya demikian, tentu solusinya adalah dengan membantunya supaya tenang atau membelikannya skincare, bukan melontarkan perkataan tidak solutif semisal, “Wudu dong, biar wajahmu glowing.” Wudu kok biar wajah glowing, wudu tuh agar salat menjadi sah.
Perkara laki-laki yang menjadi (terlihat) ganteng sehabis salat Jumat atau perempuan yang menjadi (terlihat) lebih glowing wajahnya setelah wudu, sering kali hanyalah tipudaya belaka. Maksud saya, bukan salat Jumat atau wudu-lah penyebab utama kegantengan atau ke-glowing-an mereka. Boleh jadi masalahnya sesederhana siapa yang lebih pandai merawat diri atau siapa yang lebih banyak uang untuk beli skincare.
BACA JUGA Ketika Jin yang Menyerupai Seorang Teman Ikut Salat Jumat atau tulisan Erwin Setia lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.