Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Benang Layangan Jadi Ancaman bagi Pengendara Itu Bukan Salah Bocil, tapi Bukti Nyata Negara Gagal Menyediakan Ruang Terbuka

Imam Dwi Widiantoro oleh Imam Dwi Widiantoro
17 Juli 2025
A A
Benang Layangan Jadi Ancaman bagi Pengendara Itu Bukan Salah Bocil, tapi Bukti Nyata Negara Gagal Menyediakan Ruang Terbuka Mojok.co

Benang Layangan Jadi Ancaman bagi Pengendara Itu Bukan Salah Bocil, tapi Bukti Nyata Negara Gagal Menyediakan Ruang Terbuka (unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Benang layangan yang terlihat sepele ternyata bisa berubah menjadi ancaman serius. Dari sekian banyak kejadian, saya sering mendengar pengendara motor terluka karena lehernya terjerat benang layangan. Ada juga berita tentang kabel listrik yang putus gara-gara layangan tersangkut, bahkan padamnya listrik yang dipicu gesekan akibat benang gelasan—benang yang diberi serbuk kaca untuk lebih tajam—tersangkut dan menggores kabel listrik.

Disisi lain, di tengah semua bahaya ini, banyak orang dewasa yang justru terburu-buru menyalahkan anak-anak. Padahal, kalau mau jujur, masalahnya lebih kompleks dari itu.

Saya paham betul kekhawatiran para orang tua dan warga kota. Benang layangan, terutama yang terbuat dari gelasan, memang bisa jadi ancaman mematikan. Bagi pengendara motor, itu mimpi buruk. Leher bisa tergores, luka parah, bahkan ada kasus yang sampai merenggut nyawa. 

Setiap musim kemarau tiba, seperti saat ini ketika angin mulai stabil dan langit cerah, musim layangan pun dimulai. Sayangnya, justru di musim inilah banyak potensi kecelakaan bermunculan. Sebab, aktivitas main layangan sering kali berpindah ke tempat yang tidak seharusnya: jalan.

Jangan langsung salahkan anak-anak yang bermain layangan

Menurut saya, kita sebagai orang dewasa jangan buru-buru salahkan anak-anak atas insiden ini. Coba deh lihat realita yang ada. Dulu, anak-anak bisa main layangan di sawah yang luas atau lapangan yang terbuka. Sekarang? Banyak dari ruang terbuka itu sudah berganti wajah. Sawah disulap jadi perumahan elit dan lapangan berubah jadi kafe hits dengan lampu warna-warni. 

Ya nggak salah juga sih kalau ada orang yang ingin tinggal di rumah baru atau membuka kafe. Tapi, dampaknya, ruang bermain untuk anak-anak kian menyusut. Anak-anak akhirnya mencari ruang alternatif: jalan raya, gang sempit, atau bahu jalan.

Saya pernah lihat sendiri, anak-anak berlarian mengejar layangan yang putus hasil sambitan di tengah jalan. Mereka bahkan tanpa ragu menyeberang di tengah lalu lintas yang ramai. Buat mereka, mengejar layangan yang putus semacam petualangan seru. Tapi, buat orang dewasa yang melihatnya? Deg-degan bukan main. Potensi kecelakaan sangat besar, baik untuk si anak maupun pengendara yang kaget melihat bocah tiba-tiba menyeberang.

Ancaman benang layangan di jalanan tanda minimnya ruang terbuka aman

Ini bukan cuma soal layang-layang. Ini soal kurangnya ruang aman dan layak bagi anak untuk bermain. Idealnya, sebuah kota punya ruang terbuka hijau (RTH) minimal 30% dari luas wilayah, tapi kenyataannya banyak kota besar di Indonesia yang bahkan tidak mencapai setengah dari angka itu. 

Baca Juga:

Benang Layangan Melintang di Jalan, Bahaya Mematikan yang Tak Terlihat dan Sayangnya Kerap Diabaikan

Lapangan Denggung Sleman Dinodai Muda-Mudi yang Bermesraan Nggak Tahu Tempat

Anak-anak akhirnya tumbuh dalam lingkungan yang sempit, baik secara fisik maupun sosial. Mereka lebih sering disuruh diam di rumah, main gadget. Kalaupun keluar, ya main di tempat yang kurang aman.

Tentu saja saya tidak bisa serta-merta membela anak-anak yang main layangan sembarangan. Perlu ada edukasi juga soal bahaya dan batasan-batasan bermain. Tapi, membentak, atau bahkan memukul mereka bukan solusi. Anak-anak hanya mencari ruang untuk menjadi anak-anak. Mereka belum paham risiko, belum cukup umur untuk berpikir panjang. Tanggung jawab utama tetap ada di tangan kita—orang dewasa.

Pemerintah perlu turut campur

Pemerintah daerah bisa mulai memikirkan kembali pentingnya ruang terbuka publik yang aman dan terjangkau. Entah itu taman, lapangan bola, atau sekadar lahan kosong yang dijaga fungsinya. Ruang seperti itu bisa menjadi tempat pelarian yang sehat untuk anak-anak, alih-alih mereka harus bermain di pinggir jalan atau atap rumah tetangga.

Jadi, kalau kita melihat anak-anak bermain layangan di pinggir jalan atau di atap rumah, jangan langsung marah. Coba tengok dulu sekeliling: adakah tempat yang lebih aman yang bisa mereka akses? Kalau tidak ada, itu berarti kita yang perlu bergerak. Mungkin bukan salah siapa-siapa, tapi sudah saatnya kita berhenti saling menyalahkan dan mulai mencari solusi bersama.

Layangan seharusnya jadi lambang keceriaan anak-anak. Tapi, kalau tidak ditangani dengan bijak, benangnya bisa jadi ancaman berbahaya. Bukan hanya bagi tubuh, tapi juga bagi masa depan ruang terbuka dan permainan tradisional di kota kita.

Penulis: Imam Dwi Widiantoro
Editor: Kenia Intan 

BACA JUGA Benang Layangan Melintang di Jalan, Bahaya Mematikan yang Tak Terlihat dan Sayangnya Kerap Diabaikan.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 16 Juli 2025 oleh

Tags: ancamanbenang layanganRuang Publik
Imam Dwi Widiantoro

Imam Dwi Widiantoro

Berbagi cerita, siapa tau bisa umroh.

ArtikelTerkait

Bermesraan di Ruang Publik

Bermesraan di Ruang Publik: Wajar atau Nggak Tahu Malu?

3 Oktober 2019
Benang Layangan Melintang di Jalan, Bahaya Mematikan yang Tak Terlihat dan Sayangnya Kerap Diabaikan Mojok.co

Benang Layangan Melintang di Jalan, Bahaya Mematikan yang Tak Terlihat dan Sayangnya Kerap Diabaikan

12 Juli 2025
LKS Bukan Barang Haram dan Guru Bukan Penipu, Guru Nggak Perlu Takut dengan Ancaman LSM Sok Pahlawan!

LKS Bukan Barang Haram dan Guru Bukan Penipu, Guru Nggak Perlu Takut dengan Ancaman LSM Sok Pahlawan!

2 Februari 2024
Lapangan Denggung Sleman Dinodai Muda-Mudi yang Bermesraan Nggak Tahu Tempat

Lapangan Denggung Sleman Dinodai Muda-Mudi yang Bermesraan Nggak Tahu Tempat

30 Agustus 2024
Para Perokok di Dalam Ruangan Tertutup dan Ber-AC, Motivasinya Apa sih?

Para Perokok di Dalam Ruangan Tertutup dan Ber-AC, Motivasinya Apa sih?

10 Desember 2019
Darurat Jember Kota Seribu Gumuk: Kalau Uang Sudah Berbicara, Gumuk pun Dihancurkan!

Darurat Jember Kota Seribu Gumuk: Kalau Uang Sudah Berbicara, Gumuk pun Dihancurkan!

28 September 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Bukan Hanya Perpustakaan Daerah, Semua Pelayanan Publik Itu Jam Operasionalnya Kacau Semua!

Bukan Hanya Perpustakaan Daerah, Semua Pelayanan Publik Itu Jam Operasionalnya Kacau Semua!

1 Desember 2025
Pengakuan Pengguna Tumbler Lion Star: Murah, Awet, dan Tidak Mengancam Masa Depan Karier Siapa pun

Pengakuan Pengguna Tumbler Lion Star: Murah, Awet, dan Tidak Mengancam Masa Depan Karier Siapa pun

29 November 2025
Menanti Gojek Tembus ke Desa Kami yang Sangat Pelosok (Unsplash)

“Gojek, Mengapa Tak Menyapa Jumantono? Apakah Kami Terlalu Pelosok untuk Dijangkau?” Begitulah Jeritan Perut Warga Jumantono

29 November 2025
5 Tips Agar Kantong Nggak Jebol Dikeroyok Diskon Natal dan Tahun Baru Mojok.co

5 Tips Agar Kantong Nggak Jebol Dikeroyok Diskon Natal dan Tahun Baru

2 Desember 2025
3 Alasan Saya Lebih Senang Nonton Film di Bioskop Jadul Rajawali Purwokerto daripada Bioskop Modern di Mall Mojok.co

3 Alasan Saya Lebih Senang Nonton Film di Bioskop Jadul Rajawali Purwokerto daripada Bioskop Modern di Mall

5 Desember 2025
Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi Mojok.co

Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi

29 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.