Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Belum ke Jogja Kalau Belum ke Kopi Klotok

M. Fitrah Wardiman oleh M. Fitrah Wardiman
26 Maret 2020
A A
kopi klotok

Belum ke Jogja Kalau Belum ke Kopi Klotok

Share on FacebookShare on Twitter

Nyaman. Itu kesan yang tergambar saat kaki pertama kali memijak di warung Kopi Klotok, Yogyakarta. Betapa tidak, semilir angin pepohonan rindang, hamparan sawah yang instagramable, serta kicauan burung yang terbang kejar-kejaran membuat siapa saja enggan beranjak pergi.

Hari itu tampak sepi. Hanya beberapa pengunjung yang lalu-lalang. Pandangan lantas tertuju pada orang yang berseragam kuning. Raut mukanya kelelahan memapah nampan yang disampirkan ke bahu. Bolak-balik mengantar pesanan. Ia adalah orang yang bertugas melayani pengunjung. “Duduk dulu, mas. Nanti pesanannya diantar,” katanya setelah saya memesan dua gelas kopi klotok dan pisang goreng.

Kalau kalian belum tahu, ternyata nama kopi klotok diambil dari proses penyajiannya. Pertama-tama kopi hitam yang hendak disajikan direbus hingga berbunyi ‘klotok-klotok’. Mendengar itu, saya semakin penasaran dan tak sabar ingin segera menyesapnya.

Sembari menunggu pesanan tiba, sorot mata saya memindai sekeliling. Kemudian terpaku kagum pada bangunan bergaya lawas khas jawa. Atapnya menjulang menyerupai segitiga. Serambi depan lebar dan ruang tengahnya kotak tidak bersekat. Tiap sisi ruangannya dipenuhi ornamen kayu dan perkakas antik. Inilah bangunan utama Kopi Klotok yang disebut rumah joglo, menyimpan jejak rindu di masa lampau. Sekadar informasi, di belahan timur Indonesia, bangunan semacam ini disebut rumah panggung.

Berjarak sepelemparan batu dari rumah joglo, terpajang alat transportasi unik: yakni delman dan becak. Kondisinya sudah reot dan lapuk dimakan usia. Namun tetap artistik menjadi objek swafoto. Sementara spot lain yang tak kalah menarik adalah area duduk lesehan yang berhadapan langsung dengan panorama sawah. Pemandangan ini mengingatkan pada gambar lanskap di kalender. “Cocok untuk foto kalender,” pikirku.

Bagi para pecinta kuliner, tempat ini patut disambangi. Kehadirannya tak melulu menyoal selera makan dan minum, tapi juga suasana kalem yang ditawarkan melebihi wisata kuliner lainnya. Soal harga, jangan khawatir. Minuman kopi klotoknya dibanderol seharga minuman pop ice, alias cuman Rp 5 ribu. Kudapan pisang goreng hanya Rp. 6.500 per porsi. Menu yang tak kalah murah adalah sambel dadak, seharga Rp 500. Tidak bikin kantong kempis, kan?

Kalau masih kemahalan, pengunjung bisa pergi tanpa harus bayar. Sebab, sistem pembayaran yang digunakan sangat longgar. Bukan elektronik atau QR Code, melainkan manual. Begitu selesai menyantap semua kudapan, pengunjung mendatangi bilik kasir dan menyebutkan menu yang sudah dilahap. Toh, siapa yang tahu kalau semisal pesanan ganda dibikin tunggal: pesan dua porsi, ngakunya seporsi. Dengan kata lain, kejujuran sangat dikedepankan. Tegasnya lagi, di tempat inilah setiap dari pengunjung bertemu dengan orang-orang jujur tanpa harus saling mengenali.

Jika ingin berkunjung, upayakan di pagi hari. Menurut banyak orang, suasana pedesaannya akan sangat kental terasa. Mulai beroperasi dari pukul 07.00 waktu setempat hingga pukul sepuluh malam. Di akhir pekan cukup ramai. Puncaknya pada hari Sabtu dan Minggu yang kebanyakan di dominasi oleh milenial (maaf baby boomers).

Baca Juga:

Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

4 Aturan Tak Tertulis Berwisata di Jogja agar Liburan Tetap Menyenangkan

Sejak pertama kali dibuka, entah kapan, tempat ini selalu ramai dikunjungi. Bahkan santer menjadi buah bibir. Saking santernya, saya yang tinggal di Sulawesi Barat saja pernah mendengar tentang kopi klotok dari cerita teman sepergaulan. “Suasananya asri,” begitu kira-kira pengakuan mereka.

Beberapa seniman, artis, menteri, dan wakil presiden juga pernah menyambangi tempat ini. Di antaranya ada nama Mahfud MD, Najwa Shihab, Ma’ruf Amin, Ari Lasso, dan Sri Mulyani. Hal ini diketahui dari bubuhan tanda tangan mereka yang terbingkai rapi di dinding.

Bagi yang terakhir kali berkunjung di tahun 2015, tentu sudah banyak yang berubah. “Sekarang bertambah luas,” kata Hairil Amri, mahasiswa Yogyakarta yang ikut menemani. Sekarang, luas halamannya mencapai hampir separuh lapangan sepak bola.

Kalau berencana mendatangi warung ini, boleh menjelajahi peramban Google terlebih dahulu. Ketik saja Kopi Klotok, maka akan muncul berbagai informasi berguna sebagai bekal sebelum menikmati embusan angin, hamparan sawah, rumah joglo dan kicauan burung yang kejar-kejaran. Semacam oase yang mengingatkan pada kampung halaman. Pepatahnya, belum ke Jogja kalau belum ke Kopi Klotok.

BACA JUGA Jogja dari Sudut Pandang Mahasiswa Baru atau tulisan M. Fitrah Wardiman lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 30 Maret 2020 oleh

Tags: Jogjakopi klotoktempat khas di jogja
M. Fitrah Wardiman

M. Fitrah Wardiman

Pegiat literasi

ArtikelTerkait

Kisah Kasihan Bantul: Legenda Skincare Jawa dan Trik Licik demi Kekuasaan

Kasihan Bantul, Saksi Bisu Tipu Daya Licik Panembahan Senopati untuk Menghabisi Ki Ageng Mangir

22 Februari 2024
kenapa UMP Jogja rendah titik kemacetan di jogja lockdown rekomendasi cilok di Jogja Sebenarnya Tidak Romantis Jika Kamu Cuma Punya Gaji UMR dawuh dalem sabda pandita ratu tugu jogja monarki mojok

Stop Menganggap Hidup di Jogja Itu Lebih Murah

29 Desember 2020
Sudah Memakan Korban Berkali-kali, tapi Kenapa Baliho di Jogja Tak Kunjung Ditertibkan? Susah atau Memang Nggak Mau Susah?

Sudah Memakan Korban Berkali-kali, tapi Kenapa Baliho di Jogja Tak Kunjung Ditertibkan? Susah atau Memang Nggak Mau Susah?

4 Januari 2024
Tinggal di Bangunjiwo Bantul Nggak Seburuk Itu, Ini 4 Alasan Bangunjiwo Justru Menjadi Desa Ternyaman di Jogja

Tinggal di Bangunjiwo Bantul Nggak Seburuk Itu, Ini 4 Alasan Bangunjiwo Justru Menjadi Desa Ternyaman di Jogja

18 April 2025
Secangkir Jawa, Rekomendasi Tempat Nongkrong Orang Madura di Jogja yang Rindu Kampung Halaman

Secangkir Jawa, Rekomendasi Tempat Nongkrong Orang Madura di Jogja yang Rindu Kampung Halaman

17 November 2023
Koridor Gatot Subroto Solo Jelas Belum Bisa Menggeser Malioboro Jogja, Top of Mind Pelancong Indonesia

Koridor Gatot Subroto Jelas Belum Bisa Menggeser Malioboro, Top of Mind Pelancong Indonesia

9 September 2023
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

3 Alasan Saya Lebih Senang Nonton Film di Bioskop Jadul Rajawali Purwokerto daripada Bioskop Modern di Mall Mojok.co

3 Alasan Saya Lebih Senang Nonton Film di Bioskop Jadul Rajawali Purwokerto daripada Bioskop Modern di Mall

5 Desember 2025
8 Aturan Tak Tertulis Tinggal Surabaya (Unsplash)

8 Aturan Tak Tertulis di Surabaya yang Wajib Kalian Tahu Sebelum Datang ke Sana

1 Desember 2025
4 Aturan Tak Tertulis Berwisata di Jogja agar Tetap Menyenangkan Mojok.co

4 Aturan Tak Tertulis Berwisata di Jogja agar Liburan Tetap Menyenangkan

30 November 2025
Pengajar Curhat Oversharing ke Murid Itu Bikin Muak (Unsplash)

Tolong, Jadi Pengajar Jangan Curhat Oversharing ke Murid atau Mahasiswa, Kami Cuma Mau Belajar

30 November 2025
3 Alasan Soto Tegal Susah Disukai Pendatang

3 Alasan Soto Tegal Susah Disukai Pendatang

30 November 2025
Lamongan Megilan: Slogan Kabupaten Paling Jelek yang Pernah Saya Dengar, Mending Diubah Aja Mojok.co Semarang

Dari Wingko Babat hingga belikopi, Satu per Satu yang Jadi Milik Lamongan Pada Akhirnya Akan Pindah ke Tangan Semarang

30 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.