Menyesal Beli Motor Lawas Impian Honda Astrea Prima karena Akhirnya Cuma Menambah Beban Hidup

Menyesal Beli Motor Impian Honda Astrea Prima karena Akhirnya Cuma Nambah Beban Hidup Mojok.co

Menyesal Beli Motor Impian Honda Astrea Prima karena Akhirnya Cuma Nambah Beban Hidup (unsplash.com)

Sudah sejak lama saya ingin memiliki Honda Astrea Prima. Motor lawas keluaran 80-an hingga 90-an ini memang masih disukai dan diincar banyak orang. Selain terkenal irit, bentuknya yang khas berhasil memenangkan hati saya. Harapan saya tidak muluk-muluk kalau kelak memiliki kendaraan ini. Hanya ingin menggunakannya untuk kegiatan harian, seperti berangkat dan pulang kampus. Saya tidak ingin touring atau semacamnya. Menggunakannya untuk kegiatan sederhana saja sudah cukup. 

Akhirnya, keinginan itu terwujud 6 bulan lalu. Saya membeli Honda Astrea Prima dari tetangga saya. Kondisi motor selayaknya kendaraan yang digunakan untuk ke sawah dan ngarit. Lampunya mati, jok bolong, stang goyang-goyang dan pelek karatan. 

Akan tetapi, saya tetap membeli kendaraan itu. Honda Astrea Prima dilepas dengan harga Rp 2 jutaan. Murah sekali memang. Apalagi surat-surat kendaraannya masih aktif  dan lengkap. 

Masuk bengkel habis Rp3 juta, lebih mahal daripada harga belinya

Saya tahu risiko di balik membeli motor murah: harus membawanya ke bengkel sebelum benar-benar digunakan. Kata tukang bengkel, Honda Astrea Prima perlu banyak perbaikan. Bodinya keropos, lampu mati, hingga mesin kasar. Dengan kata lain, motor saya harus diservis total.

Sebenarnya saya tidak kaget dengan hal itu. Yang bikin saya agak “makdeg” adalah biayanya. Untuk memperbaiki itu semua, kocek sebesar Rp3 jutaan harus melayang. Masak harga servisnya lebih mahal daripada harga belinya. Ini mah sama aja bohong. Sama saja harga motor saya sebenarnya adalah Rp5 jutaan. 

Perlahan saya coba mengikhlaskan itu. Itu harga yang pantas dikeluarkan agar motor lawas bisa digunakan. Apalagi, setelah keluar bengkel, Honda Astrea Prima tampak sangat keren. Dari luar bodinya tampak kinclong karena dicat baru. Saya harap mesinnya juga sekeren tampilannya. Tapi, ternyata saya salah. 

Masalah seputar Honda Astrea Prima

Setelah beberapa waktu penggunaan, mesinnya masih saja mota-mati. Masuk satu bulan pemakaian, engkol motor atau kick starter ikut bermasalah. Engkol tidak bisa balik lagi ke atas alias tersendat di bawah. Pas saya bawa ke bengkel dekat kampus, ternyata engkol motor harus diganti. Ya terpaksa saya mengencangkan dompet demi bisa membeli engkol baru. 

Masalah engkol selesai, masalah baru pun datang. Gigi Honda Astrea Prima langsung copot kalau ditekan kenceng. Ini jelas menjengkelkan dan berbahaya.  Bayangkan saja, saya lagi mengendarai motor di jalan raya dan giginya langsung copot ketika masuk ke gigi e. Mau tidak mau, saya harus pelan-pelan di jalan raya. 

Tidak hanya di jalan, gigi motor pernah copot di parkiran kampus. Karena tidak punya alat-alat yang memadai, biasanya saya cuma pakai batu untuk memukul gigi motor. Cara memperbaiki yang terdengar aneh dan mustahil memang, tapi sering berhasil kok. 

Irit, tapi saya tetap sering kehabisan bensin

Sebelum membulatkan tekad membeli Honda Astrea Prima, saya ngulik tentang kendaraan ini, termasuk kelebihan dan kekurangannya. Sayangnya, karena sudah ingin motor lawas sejak dahulu, saya lebih banyak fokus pada kelebihannya. Kekurangannya pikir nanti. 

Benar saja. Honda Astrea Prima seperti yang dikatakan berbagai sumber di internet, irit bukan main. Setelah beberapa waktu penggunaan, kadang saya sampai lupa kapan terakhir kali isi bensin. 

Persoalannya, speedometer dan seperangkat komponennya motor saya belum sempat diperbaiki alias masih mati. Alhasil saya harus rajin mengingat-ingat kapan terakhir kali mengisi bensin dan berapa jumlahnya. Persoalan lainnya saya sering lupa! Entah sudah berapa kali saya mendorong Honda Astrea Prima karena kehabisan bensin. 

Baru beberapa waktu bersama motor ini, tantangan hidup saya jadi bertambah berkali-kali lipat. Di dalam hati terbesit sedikit rasa penyesalan karena sudah memboyong pulang motor idaman ini. Tapi, nasih sudah menjadi bubur, sekarang cuma bisa ikhlas dengan segala kondisi motir ini. 

Penulis: Aqnan Syandi Syahsena
Editor: Kenia Intan

BACA JUGA Indomobil EMotor Tyranno, Motor Listrik yang Bikin Driver Ojol Cepat Balik Modal Hanya dalam 6 Bulan.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version