Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Belajar Dewasa di Usia Kepala Dua Itu Rasanya Asyik, Kok!

Suci Fitrah Syari oleh Suci Fitrah Syari
30 November 2019
A A
Belajar Dewasa di Usia Kepala Dua Itu Rasanya Asyik, Kok!
Share on FacebookShare on Twitter

Dewasa? Ada yang berpikir bahwa dewasa adalah fase dimana kamu harus mapan dalam segala-galanya. Tak hanya pemikiran, emosi, ataupun mental. Akan tetapi juga pekerjaan dan pendapatan adalah tuntutan orang dewasa yang menjadi standar yang entah dari mana datangnya sudah terbaut di otak kita.

Namun, saya sendiri memaknai kata dewasa sama dengan besar atau gede. Pemaknaaan ini terinspirasi dari emak-emak kita di rumah. Dan saya yakin kalian juga sering mendengar kalimat cinta dari emak kita, “Kalau abis bangun tidur itu, tempat tidurnya diberesin, kamu kan udah gede!”, “Kamu kan udah besar, mengalah lah sama adek kamu!”, “Masa udah gede tidurnya sampai siang gini, gimana mau nikah!”

Yah, kurang lebih seperti itulah sedikit dari ratusan pernyataan emak-emak kita yang akhirnya membuat saya bisa mendefiniskan kata dewasa. Ketika kamu sudah dewasa, artinya kamu sudah dianggap gede untuk bisa bertanggung jawab dengan barang-barangmu, pilihanmu, hidupmu bahkan hidup orang lain. Jadi sebenarnya, dewasa itu bukan tentang usia, tapi tentang ‘kemampuan diri’ untuk bisa benar-benar berdikari alias berdiri di atas kaki sendiri.

Kalau kata seorang psikolog, “Dewasa itu ketika kamu punya masalah, kamu tidak lantas menyalahkan ibumu, temanmu, orang lain atau negara.” Artinya, yah emang iya, ini kan hidup kita, yang milih A,B,C, D hingga Z juga kita. Yah, walaupun terkadang sering meminta pendapat orang lain, kan tetap aja kita yang nentuin mengambil pendapat yang mana. Meskipun ternyata itu salah.

Dua tahun lalu, ketika saya mengalami peralihan dari usia belasan tahun ke usia kepala dua, saya hanya berpikir, “Wah saya bukan anak kecil lagi, time for playing is over”. Cukup menggelitik sebenarnya, karena saya menganggap bahwa orang dewasa adalah orang-orang yang harus selalu serius. Artinya, tontonan sata harus diganti dari kartun menjadi berita dan neraca perdagangan. Cemilan saya yang banyak micin harus diganti jadi sayur-mayur. Waktu senggang yang biasanya digunakan untuk berleha-leha harus diganti dengan membaca atau mempercantik Linkedin.

Sebenarnya pemahaman seperti itu aman-aman saja, karena toh pengalihannya pada hal yang positif. Hanya saja, seiring berjalannya waktu, bertemu dengan banyak orang, pengalaman, dan bagaimana saya mencoba untuk mengenali diri sendiri, ada kekeliruan dari pemahaman itu. Bahwa dewasa itu tak membosankan apalagi mengerikan. Belajar menjadi dewasa itu asyik. Dan menurut saya usia 20-an tahun adalah waktu yang tepat untuk terus preparation.

Usia 20-an merupakan fase di mana seseorang tak ingin dikekang dalam berekspresi dan berkarya. Dan itu yang saya rasakan saat ini. Ketika kamu dewasa, maka kamu harus bertanggung jawab atas berbagai pilihanmu. Memilih untuk menetap atau merantau. Lanjut kuliah atau bekerja. Bekerja di perusahaan A atau Z. Menikah atau jalan-jalan dulu. Dan masih banyak lagi pilihan dalam hidup kita yang harus ditentukan dengan matang. Meski memang setiap pilihan itu ada konsekuensi yang harus kita tanggung, tapi itulah bagian dari proses belajar bukan? Dan itulah tantangannya. Lagipula generasi milenial saat ini, suka dengan tantangan kok.

Selain itu, dengan belajar untuk menjadi dewasa kita akan semakin mengenali diri sendiri. Sebab, lebih banyak waktu untuk evaluasi diri ketimbang menyalahkan orang lain. Masih ingatkan waktu kecil atau bahkan mungkin hingga saat ini biasa kita lakukan, ketika telat bangun kita akan meyalahkan ibu karena tak membangunkan. Padahal kan jelas banget kalau kita sendiri yang salah. Udah tahu kudu bangun pagi, malah begadang nonton YouTube.

Baca Juga:

Memasuki Usia 30 Tahun Itu Tidak Menyeramkan asal Kalian Tahu Siasatnya

4 Tipe Orang yang Nggak Cocok Jadi Guru, Sebaiknya Cari Profesi Lain kalau Nggak Ingin Menyesal Seumur Hidup

Ketika tugas numpuk, yang disalahin dosen. Padahal kan emang penyakit kita suka nunda-nunda pekerjaan. Ketika jatuh terpeleset karena kulit pisang, yang dimaki si kulit dan pemiliknya. Padahal itu karmanya karena sering buang sampah sembarangan dan nyinyirin SJW. Dengan belajar dewasa, merasa bahwa segala sesuatu dalah hidup kita adalah tanggung jawab kita, bakal buat hati ini takkan sering merasa kecewa. Sebab, kita dilatih untuk mengandalkan diri sendiri bukan orang lain.

Oh ya, yang juga selalu diidentikkan dengan orang dewasa, saya lebih senang menyebutnya ‘melepaskan’ daripada ‘mengalah’. Seperti yang sering disebutkan emak kita ketika rebutan tamia (mainan anak 90-an) dengan adik kita. Yah, menjadi dewasa memang tak melulu berbicara tentang tuntutan dan target, tapi juga kelapangan dalam melepaskan. Melepaskan ego, zona nyaman, mimpi, pekerjaan, sahabat, atau orang yang sangat berarti dalam hidup kita bukan perkara mudah. Namun, akan melatih hati kita untuk lebih luas memaknai hidup. Bahwa hidup tak hanya tentang memiliki, tapi juga melepaskan~

BACA JUGA Mempelajari 7 Fase Hidup Terberat Saat Menginjak Usia Kepala Dua atau tulisan Suci Fitrah Syari lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 30 November 2019 oleh

Tags: Anak-Anakdewasausia 20
Suci Fitrah Syari

Suci Fitrah Syari

ArtikelTerkait

7 Hal Positif yang Hanya Akan Kamu Temukan di Bus Ponorogo-Trenggalek telolet bus

Ironi Telolet Bus: Bikin Bahagia, tapi Kadang Malah Berakhir Bencana, Saatnya Bikin Aturan yang Tegas!

25 Maret 2024
Patrick Star adalah Korban Dibandingkan sama Anak Tetangga dalam Perspektif Taoisme terminal mojok.co

Belajar dari Patrick Walaupun Pengangguran Tapi Banyak Akal

13 Juli 2019
Stigma Pria yang Mengoleksi Mainan di Usia Dewasa: Dianggap Kekanak-kanakan dan Tidak Memiliki Prioritas

Stigma Pria yang Mengoleksi Mainan di Usia Dewasa: Dianggap Kekanak-kanakan dan Tidak Memiliki Prioritas

3 Desember 2019
Kenapa ya Titit Bocil Sekarang (Nyaris) Nggak Pernah Terjepit Ritsleting?

Kenapa ya Titit Bocil Sekarang (Nyaris) Nggak Pernah Terjepit Ritsleting?

27 Agustus 2022
ICJ satuan waktu sak ududan perokok anak kecil djarum super mojok mulut asbak

Buat para Perokok, Apapun Alasannya, Plis Jangan Nyuruh Anak Kecil Beli Rokok

5 Agustus 2020
enid blyton lima sekawan mojok

Lima Sekawan, Buku yang Berjasa Memberi Warna Indah pada Dunia Anak

22 Agustus 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Feeder Batik Solo Trans, Angkutan yang Bikin Iri Orang Magelang Mojok.co

Feeder Batik Solo Trans, Angkutan yang Bikin Iri Orang Magelang

2 Desember 2025
Suka Duka Pengusaha Kecil Jualan Live di TikTok: Nggak Ada yang Nonton, Sekalinya Ada yang Nonton Malah PHP

Suka Duka Pengusaha Kecil Jualan Live di TikTok: Nggak Ada yang Nonton, Sekalinya Ada yang Nonton Malah PHP

3 Desember 2025
8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah (Unsplash)

8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah

3 Desember 2025
Suzuki Karimun Wagon R Boleh Mati, tapi Ia Mati Terhormat

Suzuki Karimun Wagon R Boleh Mati, tapi Ia Mati Terhormat

1 Desember 2025
Pengajar Curhat Oversharing ke Murid Itu Bikin Muak (Unsplash)

Tolong, Jadi Pengajar Jangan Curhat Oversharing ke Murid atau Mahasiswa, Kami Cuma Mau Belajar

30 November 2025
Jalur Pansela Kebumen, Jalur Maut Perenggut Nyawa Tanpa Aba-aba

Jalur Pansela Kebumen, Jalur Maut Perenggut Nyawa Tanpa Aba-aba

2 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.