Ada beberapa hal yang membuat pengunjung seperti saya agak kapok atau malas harus balik ke Sego Sambel Mak Yeye.
Malam itu saya berada di daerah Wonokromo, sebuah daerah padat yang ada di Surabaya. Di sana, mencuat keramaian dan antrean panjang yang mengular di depan sebuah warung sederhana. Aroma sambal yang menusuk hidung bersama asap iwak pe (pari asap), memicu rasa penasaran kemudian menggoda perut untuk keroncongan.
Terlihat piring berisi nasi yang mengepul, di atasnya ada Iwak pe, tahu/tempe, dan telur dadar dihidangkan ke para pengunjungnya yang padat. Para pengunjung itu rela menunggu, sabar mengantre, dan Ikhlas berdesak-desakan demi merasakan kenikmatan menu makanan tersebut. Itulah Sego Sambel Mak Yeye, penyetan legendaris yang namanya sudah mengudara tidak hanya di Surabaya, tapi di berbagai kanal media sosial.
Sego Sambel Mak Yeye ini memang viral meski menu makanannya sederhana, hanya Iwak pe, tahu tempe, telur, dan menu sampingan lain seperti lele. Kekuatan dari warung makanan ini memang terletak di sambalnya yang punya ciri khas. Ada rasa asin dan manis yang keduanya tidak saling dominan alias seimbang.
Lokasinya pun mudah ditemukan karena berada di Jalan Jagir Wonokromo Wetan, tepat di sisi utara kompleks Darmo Trade Center (DTC) dan tak jauh dari Stasiun Wonokromo.
Tapi dari semua keindahan rasa yang ditawarkan, ada beberapa hal yang membuat saya merasa agak sedikit kapok datang ke warung nasi satu ini. Dan saya merasa semuanya ini sangat penting diperhatikan karena menyangkut kenyaman para pelanggan.
Antrean dan sistem pemesanan Sego Sambel Mak Yeye yang membingungkan
Saya merasa skema antrean dan pesanan yang diberlakukan di Sego Sambel Mak Yeye ini tidak diatur dengan baik. Sebab para pengunjung hanya ikut nimbrung dalam kerumunan depan etalase makanan kemudian nanti nunggu di-notice sama para pramusaji warungnya.
Situasi ini sangat rentan diserobot orang lain, apalagi oleh pengunjung yang nggak sabaran. Saya ketika kedua kali ke sana, pernah mengalami situasi diserobot oleh pelanggan lain hanya karena pelanggan itu sudah dikenali oleh pramusajinya. Situasi seperti ini nggak adil, terutama bagi pembeli yang datang ke situ penuh dari jarak yang jauh dan penuh effort.
Agak baiknya, sistem antreannya dibenahi, diberi nomor urut, minimal ada bagian yang mencatatkan menu sehingga para pelanggannya nggak kayak orang-orang yang ngantre ambil beras raskin.
Ramai sehingga stok cepat habis
Ini bukan saya yang mengalami, tapi pembeli lainnya yang saya dapati ketika makan di Sego Sambel Mak Yeye. Jadi ketika stoknya habis, memang warungnya tidak langsung tutup, tapi ada restok lagi. Masalahnya nunggunya bisa lama, 10 sampai 15 menit. Itu lama loh untuk orang yang udah keburu ingin duduk, dan makan. Bayangin udah pesannya ngantre, berdiri, eh harus nunggu pesanannya direstok karena keburus habis.
Baca halaman selanjutnya
Kalau ramai, jadi “kurang ramah”




















