Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Batik Terkenal, Lingkungan Tercemar: Kisah Warga Pekalongan yang Mulai Berdamai dengan Pencemaran Lingkungan

Yanuar Abdillah Setiadi oleh Yanuar Abdillah Setiadi
31 Juli 2023
A A
Batik Terkenal, Lingkungan Tercemar: Kisah Warga Pekalongan yang Mulai Berdamai dengan Pencemaran Lingkungan hari batik

Batik Terkenal, Lingkungan Tercemar: Kisah Warga Pekalongan yang Mulai Berdamai dengan Pencemaran Lingkungan (Unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Kemarin saat kuliah semester pendek usai, seorang teman mengajak saya untuk makan bersama. Setelah prosesi makan selesai, kami membicarakan berbagai hal sembari merokok. Teman saya yang kebetulan asli Pekalongan, menceritakan betapa buruknya penataan kota yang terletak di pesisir utara pantai Jawa ini. Setelah bicara panjang lebar, beberapa keluhan teman saya sebagai warga Pekalongan tulen bisa saya simpulkan menjadi empat hal berikut ini.

Air parit di Pekalongan menghitam karena industri batik

Sebagaimana kalian ketahui, Pekalongan terkenal dengan batik sebagai salah satu produk andalannya. Ada berbagai pusat batik yang bisa menjadi tujuan utama saat kalian berkunjung ke Pekalongan. Ada Pasar Setono yang dijadikan sebagi pusat belanja batik bagi para pedagang yang ingin belanja dengan harga grosir maupun eceran. Ada juga Internasional Batik Center yang sudah saya tuliskan pada artikel sebelumnya.

Akan tetapi di balik ingar bingar pengakuan batik sebagai sebuah produk unggulan Pekalongan, ada aspek lingkungan yang kadang luput dari perhatian pengambil kebijakan. Teman saya menceritakan betapa hitamnya parit di sekitar daerah Kecamatan Pekalongan Selatan dan Kecamatan Pekalongan Barat, Kota Pekalongan.

Katanya, jika kita melewati jalan yang pinggirannya ada parit atau selokan, mustahil warna airnya jernih dan bersih, pasti warnanya hitam pekat. Untuk sekadar berwarna cokelat seperti warna air sungai yang keruh saja nggak pernah dia jumpai. Hal ini saya amini mengingat dua tahun terakhir bolak-balik ke Pekalongan untuk mengantar jemput adik saya.

Menurut teman saya, yang menyebabkan air di sepanjang parit dan selokan berwarna hitam pekat karena banyak industri batik rumahan di Pekalongan. Hampir semua industri mengarahkan tempat pembuangan hasil cucian kain batik ke parit atau selokan. Saya rasa pemerintah setempat perlu memberikan regulasi yang jelas, setidaknya ada aturan yang mengikat supaya setiap industri rumahan nggak membuang limbahnya ke parit atau selokan.

Air irigasi ikut tercemar

Air parit yang mengalir sepanjang jalur irigasi ini membuat sawah-sawah digenangi oleh air berwarna hitam pekat. Mendengar cerita itu, saya sampai geleng-geleng kepala.

Teman saya lalu menjelaskan bahwa petani di daerah Sapugarut, Kecamatan Buaran, sering kali bercocok tanam dengan air irigasi yang hitam itu. Efeknya, harga beras di daerah tersebut lebih murah dari daerah lain. Saya mengira penurunan harga ini karena kualitas beras yang dihasilkan dari air irigasi sawah yang nggak wajar itu.

Hanya ikan betik yang bertahan di parit yang tercemar limbah batik

Saya pun menanyakan dampak lain dari pembuangan limbah batik ke sepanjang aliran parit dan selokan itu. Ternyata nggak ada satu pun ikan dan binatang yang bisa bertahan hidup di air yang hitam pekat itu kecuali ikan betik. Terkadang ikan ini pun dipancing oleh sebagian warga sekitar untuk dikonsumsi.

Baca Juga:

Gerbang Tol Kota Pekalongan, Tempat Nongkrong Favorit Anak Muda Pekalongan

Pekalongan Tak Hanya Kota Batik dan Kota Santri, tapi Juga Kota Darurat Sampah

Melihat warna air di parit saja saya enggan, apalagi memakan ikan yang berasal dari sana. Tapi begitulah faktanya. Konon, warga Pekalongan masih ada yang memanfaatkan ikan betik di air payau yang sangat keruh itu untuk dijadikan santapan.

Karena penasaran, saya bertanya pada teman saya apakah di daerahnya sering terjadi serangan nyamuk Aedes aegypti. Teman saya menjawab begini, “Jangankan kena demam berdarah, nyamuknya aja nggak mau hidup di daerah rumahku!”

Banjir mengembalikan air hitam pekat pada warga Pekalongan

Konsep demokrasi dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat pun berlaku pada pembuangan limbah batik yang bermuara ke parit ini. Di musim hujan, ada beberapa daerah di Pekalongan yang tergenang oleh banjir. Salah satunya Jalan Mochammad Chaeron, Banyuurip, Kecamatan Pekalongan Selatan.

Selain itu, daerah pesisir juga sering mengalami banjir rob yang tak kunjung mendapat solusi. Air bekas limbah batik mengalir dari parit ke sungai dan berakhir di pantai. Air pantai menjadi tercemar. Dan jika gelombang laut pasang, air yang tercemar limbah batik itulah yang menggenangi pemukiman warga.

Di akhir perbincangan, teman saya menjelaskan betapa nestapa warga yang tinggal di Pekalongan. Namun kondisi yang sudah seperti itu adanya membuat warga lama-lama terbiasa. Ibaratnya, warga mulai “berdamai” dengan situasi di sana. Memang batik Pekalongan sudah terkenal, namun sisi buruknya lingkungan menjadi tercemar.

Penulis: Yanuar Abdillah Setiadi
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Hidup di Kota Pekalongan Itu Menyenangkan, Saya Lagi Nggak Bercanda, Semenyenangkan Itu!

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 31 Juli 2023 oleh

Tags: batikbatik pekalonganlimbahlimbah batikpekalongan
Yanuar Abdillah Setiadi

Yanuar Abdillah Setiadi

Santri. Murid Cak Nun, Rocky Gerung, Sujiwo Tejo. Instagram: @yanuarabdillahsetiadi

ArtikelTerkait

Gaya Orang Pekalongan Menyantap Nasi Megono yang Tak Kalah Ribet dari Soto dan Sushi

Gaya Orang Pekalongan Santap Nasi Megono yang Tak Kalah Ribet dari Soto dan Sushi

13 Februari 2020
Dosa Warga Pekalongan Bikin Bahaya Tenggelam Makin Dekat (Unsplash)

Dosa Warga Pekalongan Bikin Bahaya Tenggelam Makin Dekat

7 Februari 2023
Pekalongan yang Semakin Berkembang Bikin Iri Warga Pemalang Mojok.co

Pekalongan yang Semakin Berkembang Bikin Iri Warga Pemalang

7 Mei 2024
Batik Terkenal, Lingkungan Tercemar: Kisah Warga Pekalongan yang Mulai Berdamai dengan Pencemaran Lingkungan hari batik

Yang Terlupakan dari Peringatan Hari Batik di Kota Pekalongan

3 Oktober 2023
Orang INFJ Jangan Tinggal di Perbatasan Batang dan Pekalongan kalau Mau Tetap Waras

Orang INFJ Jangan Tinggal di Perbatasan Batang dan Pekalongan kalau Mau Tetap Waras

23 Juni 2025
Repotnya Orang Paninggaran Pekalongan di Perantauan karena Kerap Disalahpahami Orang-orang yang Nggak Paham Geografi

Repotnya Orang Paninggaran Pekalongan di Perantauan karena Kerap Disalahpahami Orang-orang yang Nggak Paham Geografi

15 Februari 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Madiun, Kota Kecil yang Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya Mojok.co

Madiun, Kota Kecil yang Sudah Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya

2 Desember 2025
4 Hal yang Membuat Orang Solo seperti Saya Kaget ketika Mampir ke Semarang Mojok.co

4 Hal yang Membuat Orang Solo seperti Saya Kaget ketika Mampir ke Semarang

3 Desember 2025
Brakseng, Wisata Hidden Gem di Kota Batu yang Menawarkan Ketenangan

Brakseng, Wisata Hidden Gem di Kota Batu yang Menawarkan Ketenangan

2 Desember 2025
Betapa Merananya Warga Gresik Melihat Truk Kontainer Lalu Lalang Masuk Jalanan Perkotaan

Gresik Utara, Tempat Orang-orang Bermental Baja dan Skill Berkendara di Atas Rata-rata, sebab Tiap Hari Harus Lawan Truk Segede Optimus!

30 November 2025
Menanti Gojek Tembus ke Desa Kami yang Sangat Pelosok (Unsplash)

“Gojek, Mengapa Tak Menyapa Jumantono? Apakah Kami Terlalu Pelosok untuk Dijangkau?” Begitulah Jeritan Perut Warga Jumantono

29 November 2025
Pengalaman Nonton di CGV J-Walk Jogja: Murah tapi Bikin Capek

Pengalaman Nonton di CGV J-Walk Jogja: Murah tapi Bikin Capek

4 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.