Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Gaya Hidup

Basa-Basi Orang Indonesia yang Bikin Keki

Seto Wicaksono oleh Seto Wicaksono
7 Juli 2019
A A
basa-basi

basa-basi

Share on FacebookShare on Twitter

Sejak saya kecil bahkan hingga saat ini, entah kenapa saya seringkali melihat sekaligus merasakan sendiri percakapan ala kadarnya saat berpapasan dengan orang yang sudah dikenal atau baru bertemu. Pertanyaannya pasti sama “mau ke mana, Mas?”, lalu saya hanya menjawab, “ke depan, nih. hehe”. Setelah itu selesai dan saya melanjutkan perjalanan.

Di mana pun, saya cukup sering menghadapi pertanyaan yang seperti itu, baik di lingkungan perkantoran pun di rumah saat bertemu dengan para tetangga. Salah satu populer yang disampaikan biasanya “nggak mampir dulu ke rumah? Sini, mampir”. Saat ditawarkan demikian, saya sih belum pernah sekali pun mencoba mengiyakan dan masuk ke dalam rumah—langsung bertamu.

Apakah jika saya mengiyakan dan masuk ke rumahnya akan langsung ada suguhan atau paling tidak ada obrolan menarik yang diperbincangkan? Atau sebelumnya ada yang sudah mencoba? Sebab, entah kenapa kalimat seperti itu selalu saya anggap sebagai basa-basi orang di sekitar kita, yang kalau diiyakan malah bisa jadi sebagai sesuatu yang tidak diharapkan. “Loh, kok beneran ke rumah? Kan hanya basa-basi”. Mungkin begitu kira-kira gumam si tuan rumah jika ada yang mengiyakan ajakan sekaligus tawaran tersebut.

Basa-basi bagaimana pun cara penyampaiannya berikut juga dengan segala kalimat yang ada, memang sudah dilakoni oleh orang tua kita sejak dulu—paling tidak sewaktu kita masih kecil—dan hal itu terekam dalam memori kita. Sehingga secara tidak sadar ditiru kembali oleh kebanyakan orang. Disamping mungkin basa-basi sudah menjadi bagian dari kebiasaan yang mendarahdaging. Begitu kira-kira analisa saya yang tidak seberapa.

Bahkan yang lebih ekstrim, pernah ketika ingin meminjam sesuatu ke seorang kenalan, saya langsung menyampaikan maksud dan tujuan tanpa berbasa-basi. Lalu saya dibilang, “ih, mau minjem dan minta tolong masa nggak ada basa-basinya, sih”. Padahal, saya sudah menyampaikan sebaik mungkin. Hanya kurang basa-basi diawal, rusak komunikasi sebelanga.

Setelah itu, basa-basi seperti menjadi kewajiban dalam kehidupan bersosial. Padahal, tidak semua orang memahami basa-basi yang baik itu seperti apa—termasuk saya salah satunya. Di lingkungan pertemanan saya, basa-basi sudah hampir tidak dilakukan karena dianggap lama dalam menyampaikan maksud dan tujuan.

Jika memang sedang membutuhkan bantuan, ya langsung disampaikan saja. Misalnya saja saat ada teman yang motornya mogok, dia pasti akan langsung menelfon atau mengabari di grup “bantuin gue, dong, motor mogok. Posisi lagi di jalan A”. Biasanya akan langsung direspon dan bantuan segera datang.

Segala sesuatu biasanya tidak akan terlepas dari setuju dan tidak setuju, tak terkecuali perihal basa-basi. Bagi yang setuju, jika bertemu atau berbincang dengan orang yang tidak pandai berbasa-basi, mohon dimaklumi. Begitu pula sebaliknya, yang tidak setuju dan tidak biasa berbasa-basi bukan berarti saat berbincang seenaknya saja tanpa mengindahkan kesopanan. Terpenting, maksud dan tujuan dapat dipahami melalui komunikasi dua arah yang baik.

Baca Juga:

5 Pekerjaan yang Bertebaran di Indonesia, tapi Sulit Ditemukan di Turki

Pengalaman Melepas Penat dengan Camping ala Warlok Queensland Australia

Bagi sebagian orang, terkait basa-basi ini pasti sulit dihilangkan. Apalagi sudah menjadi kebiasaan yang diturunkan. Bagi saya sendiri, hal tersebut sudah menjadi bagian dari seni dalam berkomunikasi. Jika tepat sasaran dan digunakan dalam kadar yang pas, rasanya menjadi kebahagiaan tersendiri. Apalagi jika basa-basinya berlanjut ke tindak nyata.

Misal saat ditawari makan, ya ikut diberi dan disisihkan juga makanannya. Saat mau dibelanjakan sesuatu, ya langsung dibelikan juga. Saat rindu ya direspon dengan ajakan bertemu, bukan malah mencari-cari alasan untuk uring-uringan tidak jelas. Eh, gimana?

Namun, menurut saya pribadi alangkah baiknya jika penyampaian basa-basi juga disertai dengan kesiapan seseorang untuk menyambut orang lain saat menganggap penawaran adalah sesuatu yang serius. Hal itu dikarenakan tidak semua orang paham akan basa-basi, bisa jadi si penerima pesan menganggap serius dan sewaktu-waktu malah menagih. Repot, kan.

Memang, basa-basi sudah biasa dilakukan untuk sekadar menjaga komunikasi agar tetap baik dan selalu terhubung satu sama lain, ada juga yang menjadikannya sebagai kalimat pembuka sebelum masuk ke percakapan yang lebih serius.

Tapi, tolong. Jika mau berbasa-basi biasakan secukupnya—tidak perlu berlebihan—jika kelamaan apalagi dipaksakan, percakapan bisa menjadi basi—membosankan—dan bikin keki.

Terakhir diperbarui pada 20 Januari 2022 oleh

Tags: basa-basiIndonesiaKearifan LokalOrang TuaRemaja
Seto Wicaksono

Seto Wicaksono

Kelahiran 20 Juli. Fans Liverpool FC. Lulusan Psikologi Universitas Gunadarma. Seorang Suami, Ayah, dan Recruiter di suatu perusahaan.

ArtikelTerkait

hantu

Dominasi Kuntilanak dan Bukti Kurangnya Referensi Sineas Indonesia Terhadap Hantu Lokal

28 Mei 2019
Langkah Cerdas Arie Kriting Lindungi Anak dari Komentar Negatif Warganet Terminal Mojok

Langkah Cerdas Arie Kriting Lindungi Anak dari Komentar Negatif Warganet

14 Januari 2023
Ilmu Parenting Hanya untuk Orang Kaya? Ngawur! anwar zahid

Ilmu Parenting Bukan Ajang untuk Menyalahkan Orang Tua, tetapi untuk Bekal Menjadi Orang Tua yang Baik!

23 Juli 2023
6 Jutsu Naruto yang Mirip dengan Ajian yang Ada di Indonesia

6 Jutsu Naruto yang Mirip dengan Ajian yang Ada di Indonesia

19 Januari 2023
Lulus Magister Jalur Tirakat, Kepercayaan Bapak yang Tidak Bisa Diganggu Gugat

Lulus Magister Jalur Tirakat, Kepercayaan Bapak yang Tidak Bisa Diganggu Gugat

3 September 2022
Perlu Ada Balance of Power di Laut Cina Selatan

Perlu Ada Balance of Power di Laut Cina Selatan

8 Januari 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Yamaha Xeon: Si Paling Siap Tempur Lawan Honda Vario, eh Malah Tersingkir Sia-Sia Mojok.co

Yamaha Xeon: Si Paling Siap Tempur Lawan Honda Vario, eh Malah Tersingkir Sia-Sia

13 Desember 2025
Rujak Buah Jawa Timur Pakai Tahu Tempe: Nggak Masuk Akal, tapi Enak

Rujak Buah Jawa Timur Pakai Tahu Tempe: Nggak Masuk Akal, tapi Enak

16 Desember 2025
Toyota Vios, Mobil Andal yang Terjebak Label "Mobil Taksi"

Panduan Membeli Toyota Vios Bekas: Ini Ciri-Ciri Vios Bekas Taxi yang Wajib Diketahui!

18 Desember 2025
Lumajang Bikin Sinting. Slow Living? Malah Tambah Pusing (Unsplash)

Lumajang Sangat Tidak Cocok Jadi Tempat Slow Living: Niat Ngilangin Pusing dapatnya Malah Sinting

19 Desember 2025
Hal-hal yang Harus Diketahui Calon Perantau sebelum Pindah ke Surabaya agar Tidak Terjebak Ekspektasi

Hal-hal yang Harus Diketahui Calon Perantau sebelum Pindah ke Surabaya agar Tidak Terjebak Ekspektasi

18 Desember 2025
Isuzu Panther, Mobil Paling Kuat di Indonesia, Contoh Nyata Otot Kawang Tulang Vibranium

Isuzu Panther, Raja Diesel yang Masih Dicari Sampai Sekarang

19 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Upaya Merawat Gedung Sarekat Islam Semarang: Saksi Sejarah & Simbol Marwah yang bakal Jadi Ruang Publik
  • Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”
  • Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah
  • Dipecat hingga Tertipu Kerja di Jakarta Barat, Dicap Gagal saat Pulang ke Desa tapi Malah bikin Ortu Bahagia
  • Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka
  • Memanah di Tengah Hujan, Ujian Atlet Panahan Menyiasati Alam dan Menaklukkan Gentar agar Anak Panah Terbidik di Sasaran

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.