Derita Tinggal di Pelosok Bangkalan Madura, Transportasi Buruk hingga UMR Rendah

Derita Tinggal di Pelosok Bangkalan Madura, Transportasi Buruk hingga UMR Rendah Mojok.co

Derita Tinggal di Pelosok Bangkalan Madura, Transportasi Buruk hingga UMR Rendah (unsplash.com)

Saya tidak pernah relate dengan keluhan-keluhan netizen tentang kotanya. Keluhan-keluhan itu terasa amat jauh dengan keseharian yang saya jalani di pelosok Bangkalan Madura. Asal tahu saja, Bangkalan adalah sebuah kabupaten yang terletak di sisi paling ujung sisi barat Pulau Madura. 

Sebenarnya, kabupaten ini merupakan gerbang masuk pendatang dari Pulau Jawa. Di sana terdapat Pelabuhan Kamal dan Jembatan Suramadu. Namun, dua fasilitas publik itu tidak menjadikan daerah-daerah di kabupaten ini menjadi lebih baik, terutama daerah pelosoknya. 

Fasilitas umum kurang memadai

Banyak orang bilang, fasilitas umum menjadi salah satu pertimbangan seseorang untuk menetap di suatu daerah. Kalau begitu, seharusnya tidak ada masyarakat yang mau tinggal di Bangkalan Madura karena fasilitas umumnya buruk. Ambil contoh, transportasi publik, tarif angkot di Bangkalan tergolong mahal. 

Saat saya masih SMP, ongkos bolak-balik rumah ke sekolah hanya Rp2.000 saja. Tarif naik, ongkos bolak-balik rumah ke sekolah menjadi Rp6.000. Lebih parahnya lagi, saat saya masuk SMA, tarif angkot menjadi Rp12.000 pulang pergi. 

Bayangkan terjadi peningkatan harga hingga 6 kali lipat hanya dalam waktu kurang dari 6 tahun. Tidak heran, banyak tetangga saya yang masih anak sekolah dan belum cukup umur mengendarai kendaraan nekat naik motor ke sekolah. Bagaimana lagi, kenyataannya memang jauh lebih hemat kalau naik motor. 

Memang, ongkos yang meningkat itu salah satunya dipicu oleh kenaikan harga bahan bakar. Namun, terlepas dari itu, permaian tarif memang memungkinkan di Bangkalan karena mayoritas angkot milik perorangan atau pribadi. Sedihnya, permainan harga itu seolah-olah luput dari pengawasan pemerintah setempat. 

Baca halaman selanjutnya: Hiburan di Bangkalan Madura …

Hiburan di Bangkalan Madura terbatas

Jangan bayangkan hiburan berupa bioskop, nongkrong di kafe, atau ngemal. Itu semua tidak bisa didapatkan di Bangkalan Madura. Hiburan di sini paling mentok stadion (iya, saya tahu stadion bukan tempat buat cari hiburan, tapi kami nggak punya pilihan lain), TRK (taman rekreasi kota) yang danaunya berwarna hijau lumut dan permainannya nggak asyik, pantai (yang banyak sampahnya), dan kolam renang (cuma kolam biasa tanpa banyak wahana di dalamnya). 

Sebenarnya ada mal sih, tapi cuma tiga lantai saja dan tidak ada tenant di dalamnya. Kalau suka membaca, sebenarnya bisa mengunjungi perpustakaan daerah. Asalkan kalian siap menghadapi pustakawan jutek dan buku-buku nggak terawat.

UMR rendah

Kerja di sini benar-benar ngenes. Selain UMR Bangkalan rendah, masih banyak pemberi kerja yang memberi upah di bawah UMR. Belum lagi beban kerja yang nggak manusiawi. 

Sepertinya warga setempat memang nggak terlalu menghiraukan UMR dan aturan-aturan ketenagakerjaan. Pemberian kerja di sini kadang hanya berdasar kesepakatan bersama saja. Dilema memang, kalau kerja tenaga kita nggak dihargai. Kalau nggak kerja nanti jadi beban orang tua. 

Tentu saja tidak selamanya tinggal di pelosok Bangkalan itu mengenaskan. Ada juga hal-hal baiknya, seperti tidak ada macet, air dan udara yang bersih, serta biaya hidup murah. Namun, keunggulan-keunggulan itu seolah-olah tertutupi oleh kesulitan tinggal di sana.

Ya bagaimana lagi, minimnya fasilitas di Bangkalan Madura  membuat warganya serba mengandalkan pulau seberang (Pulau Jawa) sebagai jalan keluar. Mau merasakan transportasi memadai, mencicipi kuliner lagi ngetrend, mau nonton bioskop semua mengandalakan pulau seberang. Bahkan, membeli alat-alat elektronik pun harus ke Pulau Jawa terlebih dahulu. Benar-benar bikin repot.

Penulis: Siti Halwah
Editor: Kenia Intan

BACA JUGA Jember di Mata Orang Bangkalan Madura: Bikin Minder dan Ingin Pindah Domisili 

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version