Baiknya, Gus Samsudin diangkat jadi duta Blitar. Duta apa aja deh, bebas.
Blitar adalah kota yang nggak terkenal-terkenal amat. Maksudnya, kalau saya nyebutin kota tersebut, nggak banyak orang yang ngeh. Nggak jarang akan ada jeda berapa detik sebelum merespons balik jawaban saya. Ya, lumrah saja sih menurut saya.
Kalaupun ada yang setidaknya pernah dengar Blitar, biasanya dialog setelahnya tidak jauh-jauh dari:
“Oh, tempat lahirnya Bung Karno, ya?”
Walau keliru, jawaban ini bisa cukup untuk memantik obrolan. Kalau ingatan saya tidak berkhianat, memang semasa sekolah dulu sering digaungkan bahwa Soekarno adalah presiden kelahiran Blitar. Namun, ini tidak tepat. Tapi, itu untuk bahasan lain saja.
***
Kalau ditanya apa nggak enaknya jadi orang Blitar, mungkin jawaban saya adalah betapa banyak orang yang sama sekali nggak tahu tentang kota ini. Banyak yang pengetahuannya nol besar. Salah? Nggak juga sih sebenarnya.
Contohnya, jarang rasanya mendengar orang membahas pesisir Blitar. Entah kenapa jika bicara tentang pesisir, yang ada di pikiran orang selalu Malang. Padahal ada belasan “pantai” dengan karakteristik yang berbeda. menarik sebenarnya, dalam satu kabupaten, ada banyak pilihan pantai yang bisa dikunjungi.
Meskipun ada syukurnya juga tidak membahas pesisir. Sebab saya sendiri belum juga tuntas mengunjungi barang separuh dari pantai yang sudah saya tahu.
Blitar juga punya Kampung Cokelat. Kota ini punya kawasan wisata yang punya olahan cokelat yang enak. Meski pernah diliput di televisi nasional, tetap saja kota ini nggak jadi terkenal begitu saja.
Mungkin jika ada satu hal yang diingat orang, jawabnya adalah Gunung Kelud. Kelud memang berada di dua kabupaten, yaitu Blitar dan Kediri. Pun, tak bikin kota ini jadi naik popularitasnya.
Tapi, setelah gegeran Pesulap Merah vs Samsudin, saya yakin setelah ini Blitar akan dikenal banyak orang, dan makin akan terkenal. Meski karena kontroversi, setidaknya bikin saya nggak capek-capek menjelaskan mana Blitar dan nggak susah untuk menjelaskan apa yang terkenal dari kota ini.
Saya jadi paham rasanya jadi orang Jombang, yang kotanya dikenal karena orang kontroversial. Ya kayak Ryan dan Bechi. Padahal ada Cak Nun dan Gus Dur yang lahir di kota itu. Letak kota yang strategis, kota santri, tapi tetap saja yang diingat orang adalah Ryan dan Ponari. Kasihan.
Meski saya paham, tapi ya nggak merasakan hal yang sama. Setidaknya Jombang lumayan terkenal. Lha Blitar? Ya kalah, menurut saya lho ini.
Saya lumayan berterima kasih pada Gus Samsudin. Perkara praktik yang ia lakukan hoax atau tidak, saya tak peduli amat. Nyatanya ada orang yang percaya, dan itu bukan urusan saya. Perkara mana yang lebih benar, Shanks alias Pesulap Merah atau Kurohige alias Gus Samsudin, saya nggak peduli-peduli. Setidaknya, dia bikin kota ini terkenal, meski sekejap. Setelah ini, baiknya, Gus Samsudin diangkat jadi duta Blitar. Duta apa aja deh, bebas.
Kini, kalau ada orang tanya Blitar di mana, dengan mantap saya jawab, “Itu, lho, tempat yang kemarin ada geger pesulap!”
Penulis: Annisa Rakhmadini
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Panduan Membaca Suasana Hati Orang Blitar dari Nada Peh yang Dipakai