Bandara Juanda: Bandara Elite, Transportasi Sulit

Bandara Juanda: Bandara Elite, Transportasi Sulit

Bandara Juanda: Bandara Elite, Transportasi Sulit (Unsplash.com)

Pilihan transportasi dari Bandara Juanda nggak banyak kayak bandara besar di kota lainnya. Kok bisa, sih?

Belakangan ini harga tiket pesawat makin nggak ngotak. Masa harga tiket penerbangan domestik jauh lebih mahal ketimbang internasional? Kasihan dong masyarakat yang mudik harus menggunakan pesawat, tercekik mahalnya tiket pesawat.

Salah satu yang tercekik harga tiket pesawat untuk mudik adalah keluarga saya. Sebagai masyarakat yang hidup sedikit di atas garis kemiskinan, tiket pesawat bukan barang murah bagi kami. “Kalau mau mudik antarpulau kan bisa pakai kapal Pelni yang lebih murah, Bang?” begitu ucap beberapa orang. Ya memang bisa, tapi libur Lebaran yang nggak seberapa itu bakal habis di perjalanan kalau naik Pelni. Belum lagi kapal Pelni tidak menyebrang setiap hari, ada jadwalnya tersendiri.

Guna mengakali mahalnya harga tiket pesawat, saya yang merantau di Indonesia timur memilih penerbangan menuju Bandara Juanda. Mengingat harga tiket dari Indonesia timur ke Sidoarjo Jawa Timur agak lebih terjangkau daripada ke Jogja atau Jakarta. Yang penting sampai dulu di Pulau Jawa, pikir saya.

Bandara Juanda, bandara elit pilihan moda transportasi sulit

Bandar Udara Internasional Juanda merupakan pintu masuk ke Pulau Jawa yang paling pas buat orang dari Indonesia timur. Bukan hanya perkara murahnya, pilihan penerbangan dari Indonesia timur ke sini lumayan banyak. Ditambah waktu tempuhnya juga relatif lebih singkat.

Makanya, tak heran kalau Bandara Juanda menjadi salah satu bandara tersibuk di Indonesia. Melansir dari Okezone.com, sepanjang tahun 2022, Bandara Juanda melayani 10,79 juta penumpang. Jumlah tersebut hanya keok dari gerbang dunia internasional masuk Indonesia, yakni Bandara Soekarno-Hatta dan Bandara Ngurah Rai Bali.

Sialnya, pilihan moda transportasi keluar Bandara Juanda tak banyak. Setahu saya hanya ada taksi bandara, taksi online (taksol), dan bus Damri. Ya, hanya itu saja. Nggak ada moda transportasi murah meriah semacam BRT kayak di Bandara Ahmad Yani Semarang. Atau, kereta bandara layaknya di Bandara YIA Jogja.

Baca halaman selanjutnya: Taksi online sama mahalnya dengan taksi bandara…

Taksi online di bandara sama mahalnya dengan taksi bandara

“Naik taksol kan murah bang apalagi kalau ada promo.”

FYI, taksol di bandara itu sama mahalnya dengan taksi bandara. Tarif taksi bandara dari Juanda ke Surabaya sekitar Rp150 ribuan. Itu sudah termasuk tol dan biaya parkir taksi bandara.

Sementara tarif taksol dari Bandara Juanda ke dalam Kota Surabaya sekitar Rp130-140 ribuan. Itu belum termasuk tol dan biaya parkir, lho. Jadi tarifnya kurang lebih sama bila ditambah promo.

Hanya saja saya kadang lebih memilih taksol lantaran armada taksol biasanya lebih nyaman. Mungkin karena armada taksol biasanya mobil tahun yang lebih muda, ya.

Naik Damri aja kalau mau murah!

Setahu saya, hanya ada dua jurusan Damri keluar dari Bandara Juanda. Pertama, menuju Terminal Bungurasih. Kedua, menuju ke Gresik, tepatnya ke Terminal Bunder.

Memang tarif Damri itu cukup terjangkau. Cukup merogoh kocek Rp35 ribu, penumpang sudah diantar dari Bandara Juanda ke Terminal Bungurasih. Dan waktu tunggu Damri di Bandara Juanda pun tak terlalu lama, kurang lebih 30 menit.

Akan tetapi, orang yang buta Surabaya seperti saya ini bakal merasa diprank kala turun di Terminal Bungurasih. Tak hanya terminalnya yang luas, di sana berkeliaran calo-calo yang siap memangsa korbannya. Memang naik Damrinya murah, tapi kalau kena calo di Bungurasih bisa jadi biayanya hampir sama dengan naik taksol/taksi bandara.

Saran: tambah tujuan akhir Damri dan buat rute Suroboyo Bus atau Trans Semanggi ke Bandara Juanda

Biar pilihan moda transportasi di Bandara Juanda nggak medioker-medioker amat, saya punya dua usul. Usulan pertama yang paling mudah direalisasikan. Tambah tujuan akhir Damri ke dalam Kota Surabaya. Jangan ke Terminal Bungurasih doang. Misal, tujuan akhirnya ditambah ke Stasiun Pasar Turi atau Stasiun Gubeng yang minim ancaman calo.

Usul kedua juga sebenarnya tak sulit. Buat rute Suroboyo Bus atau Trans Semanggi yang bisa keluar masuk bandara. Saya kira bukan perkara rumit buat Pemkot Surabaya atau Pemprov Jawa Timur mengadakan armada baru khusus untuk rute Bandara Juanda ke dalam Kota Surabaya.

Toh, Pemkot Semarang yang APBD-nya lebih rendah saja bisa membuat rute BRT ke bandara. Atau, kalau pemerintah daerah nggak bisa, boleh diambil alih Kementerian Perhubungan (Kemenhub). Sama halnya yang dilakukan dengan Kemenhub yang mengadakan BRT rute bandara di Bandara Sulta Hasanuddin Makassar.

Penulis: Ahmad Arief Widodo
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Solusi untuk Bandara Juanda Supaya Nggak Merepotkan Lagi.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version