Balapulang Tegal tak hanya kecamatan biasa. Ia pernah jadi saksi rombongan pengantar jenazah Amangkurat I putar balik karena dihadang pasukan Raden Trunojoyo
Balapulang adalah salah satu kecamatan yang terletak di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah. Wilayah yang terkenal dengan makanan khas nasi ponggol jati ini berjarak sekitar 13 km di sebelah selatan Slawi, yang merupakan pusat pemerintahan Kabupaten Tegal.
Sebagian besar wilayah Balapulang terdiri dari dataran rendah, sementara bagian tenggara merupakan daerah berbukit. Balapulang juga dilewati oleh beberapa sungai, seperti Kali Gung, Kali Kumisik, Kali Gintung, dan lain-lain. Selain itu, letak wilayah ini sangat strategis, sebab dilalui oleh jalan utama yakni Jalan Raya Tegal-Purwokerto.
Setiap wilayah memiliki cerita asal-usulnya, termasuk Balapulang. Dilihat dari asal katanya, Balapulang terbentuk dari dua kata, yaitu Bala dan Pulang, Bala sendiri berarti pasukan, teman, rombongan, sementara pulang berarti kembali.
Sama seperti daerah lainnya, asal usul Balapulang juga ada berbagai versi. Versi pertama berkaitan dengan Raden Mas Rangsang atau Sultan Agung yang merupakan Sultan Mataram Islam. Kita pasti tahu bahwa Putra dari Panembahan Seda Ing Krapyak ini tercatat dua kali menyerang VOC Vereenigde Oostindische Compagnie di Batavia (sekarang bernama Jakarta).
Serangan pertama terjadi pada 1628 M, bala tentara Mataram Islam dipimpin oleh Bupati Kendal, Tumenggung Bahureksa. Serangan pertama ini gagal, bahkan Tumenggung Bahureksa terluka parah. Dalam perjalanan pulang ia wafat, dan kemudian dimakamkan di daerah yang sekarang bernama Desa Lebaksiu Tegal, Kecamatan Lebaksiu, Kabupaten Tegal.
Serangan kedua terjadi pada 1629. Bala tentara Mataram Islam dipimpin oleh Adipati Ukur dan Adipati Juminah. Sama seperti serangan pertama, serangan kedua ini juga mengalami kegagalan.
Lalu apa kaitannya antara penyerbuan ke Batavia dengan asal usul Balapulang?
Daftar Isi
Nasi ponggol untuk pasukan Mataram
Dalam penyerbuan ke Batavia, Sultan Agung melalui penduduk melalui Adipati (Bupati) di daerah yang dilalui oleh pasukan Mataram Islam untuk menyiapkan persediaan logistik. Wilayah Tegal sebagai jalur yang dilewati oleh pasukan Mataram Islam, para penduduknya menyediakan nasi ponggol guna memenuhi logistik dalam hal ini ransum.
Nah, Balapulang merupakan wilayah di Tegal yang dilalui oleh bala tentara Mataram Islam dalam penyerbuan tersebut.
Entah ini terjadi pada serangan pertama atau kedua. Jadi, Tentara Mataram Islam yang menyerang Batavia terdesak, lalu mereka pun meminta bala bantuan. Ketika bala bantuan ini sampai di wilayah yang sekarang bernama Balapulang, mereka mendengar kabar kalau Tentara Mataram Islam yang menyerang Batavia telah luluh lantak. Maka bala bantuan ini pun tidak jadi melanjutkan perjalanan, tetapi kembali lagi ke Mataram Islam. Kemudian wilayah tersebut diberi nama Balapulang.
Baca halaman selanjutnya
Balapulang Tegal, saksi bisu rombongan Amangkurat I putar balik melarikan diri
Versi kedua juga masih berkaitan dengan Mataram Islam, yaitu berkaitan dengan Raden Mas Sayyidin atau Sunan Amangkurat I.
Berbeda dengan ayahnya, Sultan Agung yang sangat anti terhadap VOC, Sunan Amangkurat I sebaliknya, ia menjalin kedekatan dengan VOC. Pemerintahan Sunan Amangkurat I diwarnai dengan berbagai macam intrik politik kerajaan dan menjadi awal mula terkikisnya kebesaran Mataram Islam.
Pada tahun 1674-1680 M terjadi pemberontakan yang dipimpin oleh Trunojoyo terhadap Sunan Amangkurat I. Trunojoyo pun berhasil menembus pertahanan Istana Mataram Islam, Sunan Amangkurat I pun melarikan diri, tujuannya adalah Batavia untuk meminta bantuan kepada VOC. Dalam pelariannya tersebut, ia ditemani oleh putranya yaitu bernama Adipati Anom yang ketika naik tahta bergelar Sunan Amangkurat II.
Ketika sampai di daerah Wanayasa atau Ajibarang, Sunan Amangkurat I meninggal dunia, sebelum meninggal ia minta dimakamkan di samping gurunya, Tumenggung Danupaya di Tegal Arum, sekarang Dusun Pekuncen, Desa Pesarean, Kecamatan Adiwerna, Kabupaten Tegal.
Ketika rombongan yang dipimpin oleh Adipati Anom yang membawa jasad Sunan Amangkurat I sampai di wilayah yang sekarang bernama Balapulang, mendapatkan kabar jika di depan ada pasukan Trunojoyo. Maka rombongan pun putar balik, ganti rute untuk sampai ke Tegal Arum yaitu melewati kaki Gunung Slamet (Bumiayu-Bumijawa).
Saksi bisu cerita terhebat di negeri ini
Ada juga yang versi yang menceritakan ketika rombongan sampai di wilayah yang bernama Balapulang, Adipati Anom memerintahkan sebagian rombongan untuk pulang.
Nah, salah satu desa di Kecamatan Balapulang adalah Desa Batuagung, desa ini asal-usulnya juga berkaitan dengan Sunan Amangkurat I. Dilihat dari asal katanya, Batuagung berasal dari katu batu yang memiliki arti batu dan agung yang mempunyai arti besar.
Ceritanya, rombongan yang membawa jasad Sunan Amangkurat I ini beristirahat di sebuah wilayah yang terdapat batu yang menjulang. Kemudian wilayah tersebut diberi nama Batuagung, agung di sini merujuk pada Sunan Amangkurat I.
Balapulang Tegal menyimpan banyak cerita yang tak kita ketahui. Diam berdiri, ia menjadi saksi bisu beberapa kejadian penting yang mengubah negara ini, bahkan sebelum negara ini menemukan jati diri.
Penulis: Malik Ibnu Zaman
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Presiden Kita Perlu Mengenal Raja Amangkurat yang Jangan-jangan Adalah Dirinya Sendiri