Ketimbang Klaim Citayam Fashion Week, Baim Wong Sebaiknya Klaim Klitih, Go International Material Banget!

Ketimbang Klaim Citayam Fashion Week, Baim Wong Sebaiknya Klaim Klitih, Go International Material Banget!

Ketimbang Klaim Citayam Fashion Week, Baim Wong Sebaiknya Klaim Klitih, Go International Material Banget! (Pixabay.com)

Ketimbang klaim Citayam Fashion Week, mending Baim Wong klaim klitih aja. Value-nya lebih yahud!

Citayam Fashion Week tak jadi diakuisisi oleh Tiger Wong Entertainment, perusahaan milik Baim Wong. Artinya, hak kekayaan intelektual (HAKI) dari event dadakan saingan harajuku ini tak jadi berada di tangan pasangan Baim-Paula. Keputusan yang terlihat aji mumpung dan merebut karya kolektif muda-mudi SCBD ini tentu saja menuai kritik. Kalau diteruskan, justru bisa jadi bumerang.

Namun, Baim Wong membela diri atas keputusan pendaftaran HAKI ini. Menurut vlogger yang nggak lucu ini, mimpi besar akuisisi brand Citayam Fashion Week adalah untuk mengembangkan event dadakan ini melalui cara yang lebih legal. Tentu dengan pembelaan bahwa sudah mendapat restu dari Lord Bonge & co.

Yah mau Anda nyinyir sampai stroke, Citayam Fashion Week memang sempat hampir jadi milik Baim-Paula. Waktunya kita move on dari segala mimpi dan profit Baim Wong dari akuisisi viralitas ini. Sekarang mari kita pertimbangkan, apa lagi yang bisa diakuisisi Baim-Paula biar makin kaya sekaligus terkesan menolong masyarakat akar rumput. Terkesan aja sih. Memangnya kalau nggak menguntungkan, bakal ditolong? Wqwqwq

Saya pikir sudah saatnya Baim-Paula mengembangkan sayap sampai ke Jogja. Dan yang bisa mereka akuisisi adalah brand Klitih Jogja. Ini adalah kesempatan emas bagi pasangan yang hidup dari konten viral! Karena sampai hari ini belum ada yang mengakuisisi brand Klitih Jogja. Baik pemerintah maupun oportunis lain. Yang ada malah rebutan untuk nggak mengakui.

Toh klitih dan Citayam Fashion Week itu sama saja. Sama-sama bentuk ekspresi kawula muda yang terdesak. Anak SCBD dan Jogja tengah berjibaku mencari bentuk ekspresi diri di tengah ketimpangan sosial serta ekonomi. Jika di Citayam, muda-mudi ini memilih jalur fashion murah dengan thrifting dan bootleg, nom-noman Jogja memilih jalur berdarah yang mengorbankan nyawa.

Karena lahir dari akar rumput tanpa punya kekuatan ekonomi dan sosial, tentu mudah bagi Baim-Paula untuk hadir mengakuisisi kreativitas kolektif tersebut. Tentu kalau pasangan cari sensasi ini akan dipandang sebagai penyelamat ketika mengakuisisi brand Klitih Jogja. Kalau dapat profit nantinya tinggal bilang rezeki anak saleh.

Kalau mempermasalahkan gesekan dengan aparat, keduanya juga sama saja. Muda-mudi yang nongkrong di Citayam juga kena grebek aparat. Alasannya sama persis dengan klitih: mengganggu kenyamanan publik. Justru klitih lebih menjanjikan karena kebal gesekan dengan satgas COVID-19. Klitih tidak akan menjadi klaster COVID-19 seperti yang dikhawatirkan saat Citayam Fashion Week viral. Kan tanpa kontak fisik, karena yang kontak hanyalah sajam dengan tengkuk korban.

Ketika mengakuisisi Citayam Fashion Week, sudah banyak rival yang menghadang. Dari Surabaya sampai Solo berebut ingin membuat street fashion mereka sendiri. Belum lagi bersaing dengan Jepang dengan Harajuku-nya. Tentu Baim-Paula harus keluar dana lebih agar brand curian baru mereka lebih outstanding. Akan beda cerita dengan mengakuisisi klitih.

Klitih itu khas Jogja. Dari Sabang sampai Merauke, dari proyek IKN sampai Hambalang, tidak ada klitih selain di Jogja. Ada nilai kultural yang membuat klitih tampil tanpa saingan. Bahkan kalau dibawa ke tingkat internasional, klitih tetap outstanding! Yakuza saja tidak kepikiran model klitih yang khas gerilyawan itu.

Klitih juga terbukti punya intangible value. Dari zaman saya masih dengerin Last Child sampai dengerin wacana presiden 3 periode, klitih masih ada dan viral. Citayam Fashion Week bisa jadi hanya fenomena gelembung yang bisa pecah kapan saja. Tentu lebih bonafit mengakuisisi klitih.

Baim-Paula juga bisa lebih berinovasi dengan klitih. Citayam Fashion Week hanya pentas busana saja. Tapi dengan klitih, Tiger Wong Entertainment bisa bikin perhelatan lebih meriah. Misal satu kota Jogja dijadikan wahana MOBA, atau bikin Festival Klitih Indonesia di berbagai daerah. Kalau perlu, bisa bikin model sport entertainment seperti Jogja Gelut Day. Apakah Anda tidak melihat cuan dan cuan? Mosok Baim kalah karo Erix, kolaborasi sekalian kalau perlu.

Terakhir, mengakuisisi klitih sebagai HAKI tidak akan membuat polemik. Kami ikhlas lillahi ta’ala. Kami berlapang dada kalau hal tersebut akan dimiliki Baim-Paula. Anda malah keliatan jadi penyelamat lho, Mas Baim. Daripada kelihatan gagal dengan jualan bakpia Wong Jogja, mending bikin profit dari isu yang meresahkan.

Kapan lagi Baim-Paula bisa mengakuisisi brand yang viral, legendaris, dan punya intangible value? Klitih adalah apa yang dibutuhkan Baim-Paula agar terus meraup untung dari konten viral mereka. Harusnya mental aji mumpung bisnis mereka tergelitik lho dengan warisan budaya nom-noman Jogja ini

Penulis: Prabu Yudianto
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Jogja Gelut Day dan Omong Kosong Selesaikan Klitih di Dalam Ring. Semua Soal Bisnis!

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.
Exit mobile version