3 Bahaya yang Mengintai di Persimpangan Pojok Beteng Wetan Kidul Jogja

3 Bahaya yang Mengintai di Persimpangan Pojok Beteng Wetan Kidul Jogja

3 Bahaya yang Mengintai di Persimpangan Pojok Beteng Wetan Kidul Jogja (Unsplash.com)

Harus ekstra waspada dan hati-hati apabila melintas di persimpangan Pojok Beteng Wetan Kidul Jogja. Sebab, persimpangan ini meresahkan pengendara.

Saya bisa mengatakan kalau lalu lintas di Jogja itu bikin pening kepala, terlebih saat musim liburan seperti saat ini. Makin runyam! Makanya ketika musim liburan tiba, saya malah ingin menetap di rumah saja. Sebab sudah bisa dipastikan tempat wisata di Jogja ramai pengunjung, baik lokal maupun mancanegara.

Bahkan akhir-akhir ini, ketika melintas di kawasan Nol Kilometer, saya sudah merasakan pegal-pegal di tangan hanya karena kebanyakan menarik rem motor. Pasalnya, banyak bus wisata yang keluar-masuk, bahkan nggak jarang ada yang berhenti tepat di sisi kiri ruas jalan yang seharusnya bisa dilewati kendaraan. Wes angel pokoke!

Selain kawasan Nol Kilometer yang mulai meresahkan, persimpangan Pojok Beteng Wetan Kidul Jogja juga nggak kalah menyebalkannya. Setidaknya, ada beberapa alasan mengapa jalan ini sering bikin nggak nyaman para pengendara. Mari kita ulas bersama.

#1 Bus wisata banyak yang ngeblong lampu merah

Hal paling menjengkelkan sekaligus mengerikan di persimpangan ini adalah banyaknya bus pariwisata yang sering ngeblong lampu merah. Ya, sebenarnya hal ini diakibatkan arus kendaraan yang padat merayap juga, sih. Akhirnya, banyak kendaraan yang tetap ingin berusaha menerobos meski sudah lampu merah. Namun kalau sebesar bus pariwisata, sih, ya tolong diperkirakan dulu, dong! Jangan bikin macet tambah panjang!

Menurut saya, sebenarnya seringnya kendaraan ngeblong di persimpangan Pojok Beteng Wetan Kidul Jogja ini adalah efek domino dari kemacetan yang terus saja mengular panjang. Keberadaan tempat makan, wisata, perbelanjaan hingga penginapan yang menjadi satu di daerah ini jelas memberikan efek kunjungan masyarakat yang besar. Dan yang masih perlu disayangkan adalah masih minimnya penggunaan transportasi umum. Jadi, ya sudah, kemacetan akan selalu jadi hal lumrah. Masalahnya struktural banget, ya?

#2 Arus kendaraan ramai, ruas jalur kiri banyak dikorbankan

Seperti yang saya katakan tadi, persimpangan Pojok Beteng Wetan Kidul Jogja ini terdiri dari empat ruas jalan yang nggak pernah sepi kendaraan. Karena itulah terjadi “korupsi” kecil-kecilan di area ini setiap hari.

Empat jalan yang saya maksud adalah Jalan Parangtritis, Jalan Brigjen Katamso, Jalan Mayjen Sutoyo, dan Jalan Kolonel Sugiyono. Keempat ruas jalan itu memiliki plang bertuliskan “belok kiri jalan terus”. Namun kenyataannya, cuma sedikit pengendara yang bisa langsung berbelok ke kiri setiap berada di persimpangan ini. Hal tersebut dikarenakan banyaknya kendaraan yang memakan ruas jalan sisi kiri mengakibatkan kendaraan yang sudah benar berada di jalurnya dan mematuhi peraturan malah terhambat jalannya.

#3 Pengendara yang ugal-ugalan di persimpangan Pojok Beteng Wetan Kidul Jogja

Jika biasanya bus pariwisata yang ngeblong lampu merah itu berasal dari luar Jogja, di persimpangan ini tetap saja ada warga lokal yang ugal-ugalan. Padahal kondisi lalu lintas jelas nggak memungkinkan para pengendara untuk memacu kendaraan dengan kecepatan tinggi.

Terkadang banyak pengendara yang asal berbalik arah hingga tiba-tiba berbelok tanpa menyalakan sein. Hal ini mengakibatkan persimpangan Pojok Beteng Wetan Kidul Jogja ini penuh orkestra klakson dengan beragam nada. Duh, bisa pekak ini telinga!

Ketiga alasan itulah yang membuat saya menyatakan bahwa persimpangan Pojok Beteng Wetan Kidul Jogja itu menyebalkan, sekaligus memiliki banyak bahaya yang mengintai. Karena ini masalah kemacetan yang struktural, saya menyadari bahwa hal ini nggak bisa teratasi begitu saja. Namun, seandainya pemerintah memiliki pola penguraian arus lalu lintas yang baik dan didukung juga oleh masyarakat yang mulai perlahan beralih menggunakan transportasi umum, saya berharap kemacetan di persimpangan ini bisa sedikit lega.

Penulis: Cindy Gunawan
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Penderitaan Warga Jeron Beteng Jogja yang Rumahnya Digusur dan Terpaksa Pindah ke Bantul. Ongkos Semakin Mahal dan Fasilitas Kesehatan Terasa Kurang.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version