Kalau ada orang bertanya bahasa apa yang paling susah, saya nggak pakai ragu menjawab bahasa Mandarin. Dari sekilas mendengarkan saja, kita bisa tahu kalau bahasa tersebut emang susah. Mungkin, kalau cuman dari mendengarkan, bahasa Rusia. Tapi, sebenarnya, susahan Mandarin, serius.
Padahal, bahasa Mandarin itu ditetapkan sebagai bahasa internasional kedua setelah bahasa Inggris, gara-gara penuturnya begitu banyak. Unik ya, bahasa tersusah, tapi yang pakai banyak banget.
Maka dari itu, banyak orang berusaha untuk belajar bahasa ini. Dan saya yakin, semuanya bakal bilang kalau bahasa ini susah banget. Yang bilang gampang, mungkin dikit. Dikit banget. Yakin saya.
Lalu, apa sih yang bikin bahasa ini susah banget untuk dipelajari?
Pertama, memiliki kata yang sama. Belajar bahasa Mandarin, itu ibarat belajar musik, karena perbedaan bahasa Mandarin terletak pada tinggi rendahnya pengucapan kata. Bahasa ini memiliki tingkatan nada tinggi, rendah, sedang.
Misalnya tāng nada datar artinya sup, táng dengan nada tinggi berarti gula. Untuk memahami penggunaan nada bisa dilihat pinyin atau tanda yang terletak di atas huruf vokal tersebut. Jadi kalau salah pengucapan, artinya juga salah. Tapi, gimana ya kalau mengucapkan kata saat marah ya, kan jadi nada tinggi semua. Hehehe.
Kedua, tulisannya susah. Saya pikir, Mandarin ini karakternya paling susah untuk ditulis. Iya, Korea, Jepang, Rusia, Filipina, dan Thailand juga punya karakternya sendiri, tapi tetep yang paling susah Mandarin.
Huruf dalam bahasa Mandarin itu tidak tertulis seperti huruf abjad biasa, namun dalam bahasa Mandarin huruf diibaratkan seperti “simbol” yang disebut dengan hanzi. Kenapa disebut simbol, karena satu huruf hanzi ini menyimpan arti di dalamnya.
Misalnya dalam hanzi tradisional bertuliskan 買 mǎi, lalu disederhanakan oleh hanzi sederhana menjadi 买 mǎi, tetapi masih memiliki arti sama yaitu beli. Karakter hanzi yang dimaksud adalah seni tulisan yang dibuat untuk menggambarkan terjadinya pembelian.
Ada 5000 karakter dalam hanzi, namun ada juga yang bilang 10.000 huruf hanzi, jika digabung dengan huruf china tradisional. Wow banyak banget ya.
Ketiga, berbicara dan mendengarkan. Kendala yang sangat berat bagi pemula bahasa Mandarin adalah mendengarkan dan mengucapkan. Sebab, bahasa ini memiliki nada yang berbeda tapi dengan pengucapan kata yang sama. Sehingga sebagai orang awam jelas akan sangat kesulitan memahami perbedaan nada yang diucapkan saat mendengarkan orang berbicara.
Jadi, belajar bahasa Mandarin bisa dibilang membutuhkan usaha lebih. Sebab, kita harus bisa mendengarkan, mengucapkan, dan belajar menghafal huruf hanzi.
Empat, susunan kalimat. Belajar bahasa apa pun, yang harus diperhatikan adalah susunan kalimat dalam bahasa tersebut. Bahasa Mandarin memiliki perbedaan letak susunan kalimat dengan bahasa Indonesia. Jika bahasa indonesia memiliki susunan SPOK, dalam bahasa Mandarin memiliki struktur kalimat SKPO. Digeser dikit aja, udah ambyar maknanya.
Itulah alasan-alasan kenapa belajar bahasa Mandarin itu susah. Udah harus belajar nada, ngapalin hanzi sebegitu banyaknya, masih kudu paham konteks, plus belajar pronunciation dan listening.
Namun, saya pikir belajar bahasa ini worth banget sih. Melihat geliat perusahaan Cina yang makin masif dalam mengembangkan bisnisnya di banyak negara, belajar Mandarin bisa membuat karier kita makin berkembang. Jadi, belajar bahasa itu nggak sekadar agar paham apa yang diomongin, tapi bisa jadi “tiket” untuk kita mengembangkan karier.
Selamat mencoba!
Penulis: Nurul Fauziah
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Mematahkan Stereotip Mahasiswa Jurusan Sastra Cina