Membaca tulisan Yanuar Abdillah Setiadi di Terminal Mojok berjudul Derita Punya Rumah Dekat SMP Negeri yang tayang beberapa waktu lalu, saya jadi tertarik untuk menuliskan pengalaman saya yang juga punya rumah dekat sekolah negeri.
Saya tinggal di Kecamatan Rembang. Kebetulan mulai dari PAUD, TK, SD, SMP, SMA, hingga SMK negeri ada di wilayah kelurahan tempat saya tinggal. Bahkan PAUD, TK, dan SD lokasinya tepat di depan rumah saya. Sementara SMP, SMA, dan SMK berada di dekat jalan raya dan posisinya berjajar. Sejujurnya, tinggal dekat dengan sekolah negeri bikin saya bahagia.
Memang harus saya akui, ada juga duka punya rumah dekat sekolah negeri. Seperti kata Mas Yanuar Abdillah dalam artikelnya, saya juga mengalami hal serupa blio. Teras dan halaman rumah berubah jadi lahan parkir, banyak sampah, dan tentu saja berisik. Akan tetapi, keluh kesah tersebut bisa berubah menjadi sesuatu yang menyenangkan. Berikut hal-hal yang membuat saya merasa bahagia punya rumah dekat sekolah negeri.
Daftar Isi
#1 Nggak perlu keluar banyak ongkos
Keuntungan memiliki rumah dekat sekolah negeri adalah irit biaya. Kok bisa? Ya jelas bisa, dong. Sekolah yang dekat dengan rumah bikin anak-anak saya bisa jalan kaki ke sekolah. Kalau nggak mau jalan kaki, mereka juga bisa bersepeda ke sekolah. Murah, nggak perlu keluar ongkos untuk transportasi ke sekolah.
Selain nggak perlu keluar ongkos untuk pulang pergi ke sekolah, ada biaya lain yang bisa ditekan. Misalnya, anak-anak bisa sarapan dulu di rumah sebelum berangkat ke sekolah. Atau di siang hari bisa makan di rumah dan nggak perlu jajan. Kalau ada kegiatan, mereka bisa istirahat dulu di rumah. Coba kalau rumahnya jauh dari sekolah, waktu pasti habis di jalan, mau sarapan di rumah pun nggak akan sempat karena takut kesiangan.
#2 Mudah diterima di sekolah negeri jalur zonasi
Bagi anak-anak, memiliki orang tua yang rumahnya di dekat sekolah negeri adalah sebuah privilese. Saat ini, untuk bisa masuk ke sekolah negeri ada beberapa jalur penerimaan, di antaranya zonasi, prestasi, afirmasi, dan pindah tugas orang tua. Nah, penerimaan siswa jalur zonasi ini sangat menguntungkan mereka yang tinggal dekat sekolah negeri. Sebab, penerimaannya berdasarkan jarak sekolah dengan rumah tempat tinggal calon siswa sesuai kartu keluarga.
#3 Cari uang dari lahan parkir dadakan
Kalau dalam artikelnya Mas Yanuar Abdillah mengeluhkan teras dan halaman rumahnya yang jadi lahan parkir anak-anak SMP negeri dekat rumahnya, saran saya sih sebaiknya dibikin enak saja. Teras dan halaman rumah tersebut sebenarnya bisa lho dijadikan alternatif untuk menambah pemasukan. Kelola saja teras dan halaman rumah menjadi lahan parkir berbayar, sehingga anak-anak nggak bisa parkir sembarangan dan tentu saja ada pengawasan.
Misalnya, untuk siswa yang numpang parkir motor di halaman dan teras rumah, kita bisa menarik tarif parkir dua ribu rupiah per hari. Kalau dalam sehari ada 50 anak yang menitipkan motornya di rumah, dalam sehari berarti kita bisa memiliki penghasilan 100 ribu rupiah. Kalau mereka nggak mau bayar, ya biarkan mereka mencari tempat parkir yang lain.
Dengan begitu, masalah lain seperti nggak punya privasi bisa kita kurangi. Setelah kendaraan diparkir, suruh saja siswa agar segera masuk ke sekolah. Jadi, rumah kita nggak digunakan sebagai tempat nongkrong dan bolos oleh mereka. Selain mendapat tambahan penghasilan dengan memanfaatkan teras dan halaman rumah, kita turut menjaga ketertiban lingkungan sekitar rumah kita, lho.
#4 Sampah dikumpulkan dan diuangkan
Banyaknya anak sekolah yang memarkirkan kendaraan di teras dan halaman rumah berarti memberi kesempatan pada saya untuk menghasilkan uang dari sampah. Sampah-sampah yang dihasilkan para siswa yang parkir di rumah atau sekadar nongkrong bisa dipilah dan dikumpulkan. Sampah plastik bisa kita kumpulkan dan dijadikan uang, sementara sampah organik bisa dikumpulkan dan dijadikan pupuk.
#5 Nggak perlu takut terlambat ke sekolah
Memiliki rumah dekat sekolah, berarti nggak perlu takut terlambat. Artinya, semakin dekat dengan sekolah, semakin sedikit waktu yang kita gunakan untuk datang ke sekolah. Kita nggak perlu takut terkena macet di jalan, terkendala angkutan umum atau kerusakan kendaraan, dan tentu saja nggak bakal terlambat ke sekolah walau bangun kesiangan.
Anak saya contohnya. Kalau berangkat ke sekolah, sukanya datang mepet jam masuk mentang-mentang sekolahnya berada di depan rumah. Anak saya justru senang datang mepet jam masuk dan melihat bel masuk sudah berbunyi atau belum. Jika bel belum berbunyi, dia masih santai di rumah.
Begitulah bahagianya punya rumah dekat sekolah negeri. Kalau kalian tim yang senang atau sedih punya rumah dekat sekolah?
Penulis: Rusdi Ngarpan
Editor: Intan Ekapratiwi