Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Bagi Saya, Masyarakat Desa Adalah Potret Indonesia yang Sebenarnya

Firdaus Al Faqi oleh Firdaus Al Faqi
16 Mei 2020
A A
orang desa, anak kuliahan

Orang Desa Nggak Takut Corona Bukan Karena Agama

Share on FacebookShare on Twitter

Tulisan ini muncul dari kegelisahan saya. Kegelisahan yang muncul sesaat setelah kemarin ikut ayah bertemu dengan temannya. Rumah teman ayah saya tersebut, terletak di salah satu perumahan yang jaraknya sekitar lima belas menit dari rumah. Ketika sampai ke gerbang kompleks perumahan tersebut, saya hanya disambut oleh angin yang berhembus dan pekatnya malam. Selain itu, saya juga disambut oleh kucing jalanan yang bebas melenggang dan mengeong sepuas-puasnya.

Setelah memasuki kompleks, saya disuguhi pemandangan yang cukup mencengangkan. Keadaan kompleks—walaupun baru jam 20.00—mirip suasana tempat meditasi dan pulau yang sepertinya tak berpenghuni. Suasananya amat muram, sepi, dan sunyi. Setelah tahu kondisi ini, saya bertanya pada ayah, apa mungkin rumah-rumah ini dibiarkan kosong dan tak ditempati? Ayah saya menjawab bahwa sebenarnya rumah-rumah itu ada yang mengisinya, tapi mungkin mereka sedang sibuk dan memang senang bertapa. Hingga di jam yang tidak terlalu malam ini, seperti tak ada tanda-tanda kehidupan. Ada yang hidup, namun hanya lampu-lampu usang di dekat garasi kendaraan pribadi mereka.

Karena tak ingin lebih lama berada di suasana tersebut, saya langsung saja agak banter nge-gas sepeda agar langsung menuju rumah dari teman ayah itu. Posisi rumahnya hampir dekat dengan pojokan perumahan. Dan setelah sampai, ternyata kedatangan kami berdua sudah ditunggu di depan rumahnya. Setelah kami disambut dan dipersilakan duduk, maka dimulailah bincang-bincang khas bapak-bapak. Tapi sebelum mereka memulai, saya langsung bertanya, apakah nyaman tinggal di kompleks perumahan?

Teman ayah itu menjawab kalau ada enak dan nggak enaknya. Enaknya itu kalau lagi butuh kesunyian. Dan nggak enaknya adalah ketika lagi butuh teman. Saya ingin menyoroti alasan nggak enaknya itu. Setelah saya tanya, teman ayah saya ini langsung menjawab, kalau di perumahan, dia biasanya kesepian karena sangat jarang ada warga yang omong-omong nyangkruk di gardu ataupun di depan rumah masing-masing. Masyarakat kompleks perumahan, biasanya bersetia pada aktivitas saat dalam rumah: wifi-an, memasak, nonton tv, dan kegiatan khas dengan keluarga lainnya.

Selain itu, teman ayah saya ini mengaku, kalau antar tetangga di sana bisa saling tidak kenal. Dia, dengan tetangga yang di depan dan di samping kanan-kirinya pun setelah beberapa tahun tinggal di perumahan tersebut, masih tidak saling kenal.

Teman ayah saya ini mengaku, memang begitu kondisi masyarakat perumahan. Mereka jarang berkomunikasi, nyangkruk, apalagi jagongan plus ngobrol ngalor-ngidul dibarengi kopi sampai larut malam. Akhirnya saya mengangguk dan membayangkan kalau saya yang tinggal di sini, nggak sampai lima tahun pasti bakal gila. Ya mau gimana, sama tetangga lima langkah dari rumah saja masih tidak saling kenal. Saya yakin, nggak bakal nyaman tinggal di situ.

Kalau begini, saya jadi harus banyak-banyak bersyukur karena diberi kesempatan oleh Tuhan dengan tinggal di desa. Masyarakatnya berbanding terbalik dengan yang ada di kompleks perumahan. Di desa, jangankan untuk tetangga lima langkah dari rumah, orang-orang di desa lain pun masih ada yang kenal dan bisa ngobrol dengan sangat akrab. Selain itu, di desa juga selalu menawarkan keramahan. Kalau kebetulan berpapasan di jalan, pasti langsung saling menyapa. Kalau lewat depan rumah orang, pasti langsung nunduk-nunduk sambil bilang permisi.

Ada lagi. Kalau di desa, kita semua masih akrab dengan istilah tolong menolong, saling bantu, tenggang rasa, menjaga perasaan orang lain, tutur lemah lembut, saling mengingatkan, dan banyak lagi kebaikan lainnya yang bisa dirasakan. Mungkin, kalau di desa ini, banyak yang disebut belum maju, agak terbelakang, jumud, dan beberapa istilah kurang enak lainnya. Tapi bagi saya, tidak apa-apa seluruh istilah itu disematkan. Sebab dengan dengan prasangka jumud, belum maju, dst. kerukunan dan perasaan adem ayem tentrem karena suasana hangat yang dibentuk masih sangat terjaga di sini.

Baca Juga:

3 Hal tentang Perumahan Cluster yang Bikin Orang-orang Bepikir Dua Kali sebelum Tinggal di Sana

4 Hal yang Bikin Orang Kota seperti Saya Kagok Hidup di Desa

Di desa, juga sering srawung bersama-sama. Berkumpul walaupun nggak ada apa-apa, nggak ada acara formal, nggak ada hajatan, dan lain-lain. Istilahnya mangan ora mangan penting kumpul. Ini!

Sangat kontras dengan masyarakat perumahan yang, ehem, terkadang mengatakan diri telah merasakan dan menerapkan kemajuan. Iya nggak apa-apa, silakan. Tapi kalau kemajuan yang disebut itu hanya membuahkan individualisme, nggak bisa srawung, belum menemukan metode komunikasi yang tepat dengan tetangga, tidak bisa ngobrol bareng, tidak bisa kumpul jika tak ada acara yang penting-penting amat, saya lebih memilih dikatakan jumud atau mungkin primitif sekalian. Lebih enak, suasana kekeluargaan masih berdiri dengan kokoh.

Bagi saya, mungkin banyak orang yang perlu pergi ke desa-desa dan mencatat bagaimana keadaan di sana. Setelah itu hayatilah. Karena itu adalah kepingan-kepingan yang tersisa dari masyarakat Indonesia yang sebenarnya, yang murni, genunine, dan sejati.

BACA JUGA Catatan Anak Desa yang Pulang ke Rumah Selepas Sarjana dan tulisan Firdaus Al Faqi lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 16 Mei 2020 oleh

Tags: Desaperumahansrawung
Firdaus Al Faqi

Firdaus Al Faqi

Sejak lahir belum pernah pacaran~

ArtikelTerkait

Dusun Nampu Grobogan, Tempat Slow Living Terbaik. Hidup Dijamin Lebih Tenang dan Hemat di Sana  Mojok.co

Dusun Nampu Grobogan, Tempat Slow Living Terbaik. Hidup Dijamin Lebih Tenang dan Hemat di Sana 

27 April 2024
Telagamurni, Desa Terbaik di Kabupaten Bekasi

Telagamurni, Desa Terbaik di Kabupaten Bekasi

7 Januari 2024
5 Hal yang Bikin Saya Nggak Betah Tinggal di Desa

5 Hal yang Bikin Saya Nggak Betah Tinggal di Desa

9 Februari 2023
4 Hal yang Bikin Orang Kota seperti Saya Kagok Hidup di Desa Mojok.co

4 Hal yang Bikin Orang Kota seperti Saya Kagok Hidup di Desa

7 November 2025
Derita Pengguna Supra Fit 2007 yang Tinggal di Desa Penuh Jalan Berlubang Honda EM1

Derita Pengguna Supra Fit 2007 yang Tinggal di Desa Penuh Jalan Berlubang

5 Mei 2022
Derita Punya Tetangga yang Pelihara Ayam: Bau Tidak Sedap Jadi Musuh Sehari-hari, Sudah Diingatkan Malah Ngeyel Mojok.co

Derita Punya Tetangga yang Pelihara Ayam: Bau Tidak Sedap Jadi Musuh Sehari-hari, Sudah Diingatkan Malah Ngeyel

7 September 2025
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Keluh Kesah Alumni Program Akselerasi 2 tahun di SMA, Kini Ngenes di Perkuliahan

Keluh Kesah Alumni Program Akselerasi 2 tahun di SMA, Kini Ngenes di Perkuliahan

18 Desember 2025
4 Rekomendasi Film India Penuh Plot Twist Sambil Nunggu 3 Idiots 2 Tayang

4 Rekomendasi Film India Penuh Plot Twist Sambil Nunggu 3 Idiots 2 Tayang

18 Desember 2025
Toyota Corolla Altis, Sedan Tua Terbaik yang Masih Sulit Dikalahkan di Harga Kurang dari Rp100 Juta

Toyota Corolla Altis, Sedan Tua Terbaik yang Masih Sulit Dikalahkan di Harga Kurang dari Rp100 Juta

17 Desember 2025
Dosen Bukan Dewa, tapi Cuma di Indonesia Mereka Disembah

4 Hal yang Perlu Kalian Ketahui Sebelum Bercita-cita Menjadi Dosen (dan Menyesal)

17 Desember 2025
Toyota Vios, Mobil Andal yang Terjebak Label "Mobil Taksi"

Panduan Membeli Toyota Vios Bekas: Ini Ciri-Ciri Vios Bekas Taxi yang Wajib Diketahui!

18 Desember 2025
Kembaran Bukan Purwokerto, Jangan Disamakan

Kembaran Bukan Purwokerto, Jangan Disamakan

16 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Nyaris Menyerah karena Tremor dan Jantung Lemah, Temukan Semangat Hidup dan Jadi Inspirasi berkat Panahan
  • Kartu Pos Sejak 1890-an Jadi Saksi Sejarah Perjalanan Kota Semarang
  • Ketika Rumah Tak Lagi Ramah dan Orang Tua Hilang “Ditelan Layar HP”, Lahir Generasi Cemas
  • UGM Dorong Kewirausahaan dan Riset Kehalalan Produk, Jadikan Kemandirian sebagai Pilar
  • Liburan Nataru di Solo Safari: Ada “Safari Christmas Joy” yang Bakal Manjakan Pengunjung dengan Beragam Sensasi
  • Upaya Merawat Gedung Sarekat Islam Semarang: Saksi Sejarah & Simbol Marwah yang bakal Jadi Ruang Publik

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.