Kereta api bukan sekadar transportasi. Kereta api menjadi transportasi darat berbasi rel penghubung kota-kota besar di pulau Jawa dan Sumatra. Misalnya saja dua kota terbesar di Indonesia, Surabaya dan Jakarta. Banyak transportasi penghubung dua kota ini, dan tentu saja kereta api jadi moda angkutan darat berbasis rel yang spesial menghubungkan Surabaya dan Jakarta.
Setidaknya ada tiga jalur kereta api di Pulau Jawa yang menghubungkan Surabaya dan Jakarta. Pertama, jalur utara. Jalur utara ini dimulai dari koridor Stasiun Surabaya Pasar Turi, Stasiun Semarang Tawang, Stasiun Cirebon, Stasiun Cikampek, dan berakhir di Stasiun Gambir atau Stasiun Pasar Senen. Kedua, jalur tengah, dimulai dari koridor Stasiun Surabaya Gubeng, Stasiun Madiun, Stasiun Yogyakarta, Stasiun Kroya percabangan mengarah ke kanan hingga Stasiun Purwokerto dan masuk koridor jalur utara di Stasiun Cirebon. Ketiga, jalur selatan, dimulai dari koridor Stasiun Stasiun Surabaya Gubeng, Stasiun Madiun, Stasiun Yogyakarta, Stasiun Kroya mengarah lurus ke Stasiun Banjar hingga Stasiun Bandung dan masuk koridor jalur utara di Stasiun Cikampek.
Stasiun-stasiun yang disebutkan di atas hanya representasi stasiun di masing-masing jalur. Tentu masih banyak stasiun antara yang terdapat di koridor jalur utara, tengah, dan selatan. Dari ketiga jalur tersebut, jalur utara memiliki daya tarik tersendiri. Selain karena terletak di pesisir utara Pulau Jawa dan mendapatkan pemandangan laut utara, jalur ini memiliki waktu tempuh relatif singkat di antara jalur tengah dan utara sebagai penghubung Surabaya dan Jakarta. Banyak kereta api yang menjadi favorit masyarakat di jalur utara dan yang menjadi legenda adalah Argo Bromo Anggrek. Kereta api Argo Bromo Anggrek merupakan generasi kedua dari kereta api Argo Bromo. Sekilas keduanya sama, namun terdapat perbedaan di antara keduanya.
#1 Argo Bromo – JS950
Kereta api Argo Bromo diluncurkan pada 31 Juli 1995 dengan kode JS-950 yang merupakan akronim dari Jakarta-Surabaya 9 Jam 50 tahun kemerdekaan RI. Dulu Argo Bromo memiliki nomor KA 8069 dan 8070 sebelum akhirnya diubah pada GAPEKA (Grafik Perjalanan Kereta Api) menjadi KA 1 dan KA 2 atau lebih dikenal dengan “KA Bendera”.
Argo Bromo hanya melayani dua perjalanan tiap harinya, satu kali perjalanan dari Surabaya dan satu kali perjalanan dari Jakarta. Hanya di waktu tertentu Argo Bromo menambah waktu perjalanannya seperti di akhir pekan atau musim libur panjang.
Rangkaian kereta yang digunakan merupakan hasil produksi dalam negeri oleh PT INKA di Madiun pada awal 1995, dan memiliki penomoran K1 0 95 XX. Rangkaian kereta ini diinisiasi oleh B.J. Habibie dalam proyek kereta kelas Argo yang melahirkan JS950 Argo Bromo dan JB250 Argo Gede dengan tujuan meningkatkan kecepatan tanpa meninggalkan kenyamanan, serta menjadi fundamental pengembangan kereta cepat Indonesia di masa mendatang.
Memiliki kapasitas 50 orang dengan seat 2-2 serta 2 toilet di setiap gerbong dan bilik telepon umum kartu, membuat perjalanan bersama Argo Bromo menjadi istimewa. Walau memiliki akronim Jakarta-Surabaya 9 jam, realitanya Argo Bromo memiliki waktu tempuh 9 jam 30 menit. Selain itu, rangkaian Argo Bromo dapat dipacu hingga kecepatan 120 km/jam.
Argo Bromo hanya memiliki usia seumur jagung, yakni 7 tahun beroperasi melayani koridor Jakarta-Surabaya. Hal ini diakibatkan adanya 3 KA lain dengan kelas yang hampir sama seperti Argo Bromo pada koridor Jakarta-Surabaya sehingga membuat persaingan okupansi penumpang di antara keempat KA tersebut. Pada tahun 2002, PT KA (sekarang PT KAI) melalui kebijakan rasionalisasi menghapus Argo Bromo dan rangkaiannya, lalu dialihkan untuk kereta eksekutif Bima dengan koridor Jakarta-Surabaya via jalur tengah hingga Bima mendapat rangkaian eksekutif terbaru pada tahun 2016.
#2 Argo Bromo Anggrek – JS852
Argo Bromo Anggrek diluncurkan pada 24 September 1997 dengan kode JS852 atau akronim dari Jakarta-Surabaya 8 jam 52 tahun Kemerdekaan RI. Kereta ini menjadi produk termahal dan eksklusif yang dihadirkan Perumka (sekarang PT KAI) saat itu. Dan pada tahun 1998, Argo Bromo Anggrek menjadi pemuncak GAPEKA menggeser Argo Bromo dengan menggunakan nomor KA 1, KA 2, KA 3, dan KA 4.
Menggeser Argo Bromo pada puncak GAPEKA merupakan awal dari dominasi Argo Bromo Anggrek di jalur utara. Hanya dalam 5 tahun, okupansi penumpang koridor Jakarta-Surabaya berhasil dimenangkan Argo Bromo Anggrek dan membunuh Argo Bromo sebagai pionir kelas Argo pertama. Tentu saja keberhasilan ini tidak dapat dilepaskan dari perbedaan fasilitas dan waktu tempuh Argo Bromo Anggrek. Walau memiliki akronim Jakarta-Surabaya 8 jam, realitanya kereta api ini memiliki waktu tempuh 8 jam 30 menit karena saat itu kecepatannya dibatasi hanya 115 km/jam dari kemampuan rangkaian yang dapat digeber hingga 130 km/jam.
Argo Bromo Anggrek memiliki rangkaian yang berbeda dari Argo Bromo, namun sama-sama diproduksi oleh PT INKA di Madiun pada 1997 dan memiliki penomoran rangkaian kereta K1 0 97 XX. Cara mudah membedakan keduanya adalah Argo Bromo Anggrek memiliki rangkaian yang “agak gendut” dan kaca panjang yang menyatu, sementara ukuran rangkaian Argo Bromo tidak gendut dan memiliki kaca lebar terpisah.
Rangkaian yang agak gendut inilah yang menjadikan Argo Bromo Anggrek lebih stabil sehingga dapat dipacu hingga kecepatan 130 km/jam. Kereta api ini memiliki seat 2-2 dan 2-1 untuk kelas khusus dengan kode KZ, namun pada awal tahun 2000-an kelas KZ dihapus. Tersedia juga pintu otomatis yang menggunakan hidrolik, sandaran kaki, dan toilet di masing-masing gerbong. Argo Bromo Anggrek memiliki fasilitas mewah yang tidak dimiliki Argo Bromo seperti saluran telepon, karaoke di kereta makan, hingga business centre yang dilengkapi fax dan komputer. Sudah kebayang kan betapa mewahnya kereta api satu ini pada masa itu?
Sayangnya masih banyak orang menganggap Argo Bromo dan Argo Bromo Anggrek adalah entitas yang sama, padahal jika dilihat dari operasional dan sisi teknis, keduanya jauh berbeda.
#3 Argo Bromo Anggrek masa kini
Argo Bromo Anggrek dapat bertahan hingga tulisan ini dibuat atau kurang lebih 24 tahun. Tentu bukan hal yang mudah mempertahankan kualitas pelayanannya hingga saat ini. Penurunan kualitas sempat terjadi pada dekade 2010-an lantaran menurunnya perawatan lintas jalan rel sehingga terjadi penurunan kecepatan operasional kereta api. Selain itu, bertambahnya frekuensi perjalanan kereta yang tidak dibarengi dengan pembangunan jalur utara pada masa itu yang masih menggunakan single track juga membuat kualitas kereta api satu ini mengalami penurunan kualitas.
Anjlokan parah di Stasiun Manggarai pada 30 Juli 2010 juga menambah kelam penurunan kualitas Argo Bromo Anggrek. Rangkaian gendut terpaksa ditarik ke PT INKA untuk perbaikan kualitas dan Argo Bromo Anggrek harus merelakan rangkaian spesialnya dan menggunakan rangkaian eksekutif biasa. Pada tahun 2012, beberapa rangkaian gendut kembali beroperasi dengan beberapa perbaikan teknis dan standarisasi pelayanan menggunakan konsep “Go Green”. Di tahun 2015, sisa rangkaian gendut ini keluar dari INKA dengan beberapa fasilitas yang bisa dibilang “downgrade” seperti pintu otomatis hidrolik yang menjadi manual dan hilangnya sandaran kaki.
Tahun 2019 menjadi tahun terakhir beroperasinya rangkaian gendut untuk Argo Bromo Anggrek dan digantikan oleh rangkaian baru eksekutif stainless steel. Rangkaian gendut dialihkan untuk Argo Muria dan Argo Sindoro. Rangkaian baru ini menjadi refreshment peningkatan kualitas dari kelas Argo sebelumnya. Walau rangkaiannya tidak spesial seperti dulu dan sekilas hampir sama dengan kereta eksekutif lainya, rangkaian ini memiliki standar pelayanan tersendiri.
Kereta ini memiliki kapasita 50 penumpang dengan seat 2-2 dan desain lekukan pada leher penumpang serta kursi yang dapat ditidurkan dengan sudut tertentu dan sandaran kaki yang dapat disesuaikan kemiringannya. Waktu tempuh Argo Bromo Anggrek pada tahun 2019 masih sekitar 9 jam 30 menit, namun pada 1 Juni 2021, waktu tempuhnya menjadi 8 jam 30 menit. Dan pada 24 September 2021 lalu, waktu tempuh kereta yang melayani koridor Jakarta-Surabaya ini kembali dipangkas menjadi 8 jam 10 menit!
Hal ini dapat terjadi karena jalur utara sudah double track, sehingga perjalanan kereta api lebih lancar, selain itu penyesuaian ulang jadwal Argo Bromo Anggrek pada GAPEKA 2021 juga turut berpengaruh pada waktu tempuh. Peningkatan perawatan insfrastruktur prasarana pendukung serta jalur rel sepanjang lintasan jalur utara, tengah, dan selatan koridor Jakarta-Surabaya juga membuat kereta berada dalam kecepatan konstan 120 km/jam. Hal ini tentu dibarengi dengan fokus utama dalam transportasi, yaitu tetap mengutamakan keselamatan dengan perhitungan yang matang agar meminimalisir risiko perjalanan.
Direktur Utama KAI saat ini, Didiek Hartantyo, mengatakan bahwa percepatan waktu tempuh KA Argo Bromo Anggrek yang merupakan salah satu kereta api unggulan ini sebagai wujud komitmen KAI dalam meningkatkan pelayanan kepada pelanggan setia KAI. Secara tidak langsung Didiek Hartantyo ingin mengembalikan masa keemasan Argo Bromo Anggrek di awal namun dengan menyesuaikan kondisi dan kebutuhan pasar di era milenial ini. Tentu tidak hanya kecepatan dan waktu tempuh yang jadi prioritas, fasilitas pada Argo Bromo Anggrek saat ini juga ditingkatkan seperti penambahan ornamen bunga pada setiap rangkaian kereta, pemisahan toilet wanita dan pria, musala, hingga live cooking di atas kereta.
Jika dahulu ada business centre dengan fasilitas fax, komputer, dan telepon pada rangkaian gendut Argo Bromo Anggrek, maka kebutuhan pada era milenial sekarang berubah jadi hadirnya co-working space di stasiun besar koridor Jakarta-Surabaya yang dilalui kereta ini dengan fasilitas ruang yang nyaman dan Wi-Fi . Jika pekerjaan belum selesai di co-working space, penumpang tidak perlu khawatir karena Argo Bromo Anggrek saat ini memiliki layanan Wi-Fi yang dapat digunakan selama perjalanan. Layanan kelas KZ yang sempat dihapus bisa dibilang kembali dengan kelas terbaru yang dihadirkan manajemen KAI, yaitu Luxury Class. Tentu dengan beragam fasilitas yang lebih mewah dan eksklusif seperti jumlah seat yang hanya 18 dalam satu gerbong, kursi yang lebih luas dan mewah, fasilitas audio video on demand (AVOD), tersedianya makanan berat dan snack ringan, serta pramugari khusus yang siap melayani kebutuhan penumpang selama dalam perjalanan.
Kita tidak bisa menuntut Argo Bromo Anggrek kembali ke masa awal kelahirannya dibawa ke masa sekarang, tentu sudah tidak relevan dan sudah banyak perubahan. Langkah manajemen KAI sekarang sudah tepat, Argo Bromo Anggrek dapat bertahan hingga saat ini karena adaptasi yang terus dilakukan menyesuaikan layanan fasilitas dengan melihat kebutuhan dan situasi pasar serta kebiasaan penumpang. Argo Bromo Anggrek menjadi romansa penghubung Jakarta-Surabaya dengan segala kemajuan yang telah dicapainya, mungkin saja ke depannya kereta satu ini akan terus ada atau bahkan berevolusi menjadi kereta cepat Indonesia di masa mendatang sesuai dengan fundamental dan cita-cita yang telah dibangun oleh B.J. Habibie.
Sumber Gambar: Dokumentasi penulis