Setiap Universitas mempunyai logonya masing-masing. Bentuk, makna, dan latarbelakangnya berbeda-beda. Kemaren, saya dikejutkan dengan pemberitahuan di grup WhatsApp perihal logo UNEJ yang mengalami perubahan. Letak perubahannya nggak terlalu menonjol sih, soal gradasi warna aja. Lidah api yang semula berwarna hitam itu di sulap menjadi merah merekah. Menurut saya, ini adalah bentuk perubahan yang bagus mengingat logo almamater saya nanti tampak lebih ciamik jika dilihat.
Ihwal merubah warna lidah api pada logo UNEJ sebenarnya bukanlah hal baru. Yapp, dulu warna lidah api itu berwarna merah, kemudian diubah menjadi hitam, dan kemarin ternyata kembali ke merah.
Menyoal latarbelakang kenapa logonya harus diubah, saya sebenernya nggak terlalu tahu. Yang pasti, tidak ada hubungannya dengan pergantian Rektor, atau karena bentar lagi lebaran—bukan cuma baju tapi logo juga harus baru. Nggak kayak gitu lah pasti.
Saya sebenarnya agak dag dig dug ser pas nulis ini, soalnya kalo ngomongin logo, pasti ada yang sensitif. Logo kan simbol yang cukup sakral.
Jangankan ngasih tafsir buat logo instansi, saya kemarin nulis muji-muji UNEJ aja masih ada yang nganggap saya kurang bersyukur jadi mahasiswa UNEJ. Tapi nggak apa-apa, semua orang bebas berpendapat, asalkan kamu juga mau menerima pendapat orang. Makanya saya nekad saja ngasih tafsir atas logo baru UNEJ ini. Bukankah itu yang dinamakan mahasiswa open minded???
Yang saya perhatikan, perubahan logo UNEJ ini bertepatan dengan viralnya Oreo Supreme. Adakah yang sudah pernah membelinya? Harganya bisa dibilang cukup songong untuk sebuah biskuit, dibanderol dengan harga 600 ribu per bungkus. Bagi saya, yang cuma anak kost, saya mungkin harus berpuasa selama dua bulan untuk bisa mencicipinya. Dan sebagai penulis Terminal Mojok, saya harus nerbitin 30 tulisan dulu biar bisa beli produk ini. Itu pun cuma bisa dilakukan kalo saya nggak stress mikirin tema tulisan.
Menyoal logo UNEJ dan Oreo Supreme ini, apakah warna merah pada logo UNEJ terinspirasi dari brand Supreme juga??? Apakah UNEJ ingin membuat citra baru sebagai universitas hypebeast???
Tentu saja tidak seperti itu. Saya yakin UNEJ itu kampusnya rakyat. Lidah api berwarna merah itu lebih cocok melambangkan semangat jiwa rakyat yang berkobar kobar (masyarakat Besuki) yang membekali terciptanya Universitas Jember.
Jadi jelas ya, UNEJ nggak disponsori Supreme apalagi partai merah yang ono. Kalian jangan ikut liar juga menafsirkan perubahan logo ini.
Eh tapi nggak apa-apa sih kalau mau liar. Tapi ya kudu totalitas, masbro! Misal, tafsir dari logo UNEJ yang baru ini adalah UNEJ sebagai kampus moderat yang mana daun tembakau berwarna Hijau mewakili HMI, lidah api berwarna merah mewakili GMNI, dan terakhir background Kuning mewakili PMII, tapi kan PMII lebih akrab disapa biru? Ini kan Cocoklogi, terserah saya dong.
Oke serius lagi.
Saya sebenarnya malah sedikit curiga kalau dipilihnya warna merah ngejreng di logo adalah pesan tersirat kampus yang ingin menyemangati mahasiswanya. Kenapa mahasiswa UNEJ harus disemangatin sama kampus? Soalnya saya yakin masa-masa sekarang ini mahasiswa UNEJ lagi loyo-loyonya. Gara-gara THR dari kampus (Tugas Hari Raya maksudnya) mereka murung, dan nampak seperti orang yang hidup segan mati nggak berani soalnya masih banyak dosa hehe.
Sebagai orang yang selalu melihat sisi baik sesuatu, saya malah senang-senang saja sih mahasiswa UNEJ dapat banyak tugas di waktu-waktu yang dekat dengan lebaran ini. Lha jadi pada kreatif. Lihat aja status WhatsApp teman saya ini, “Mendekati hari raya, bukannya ngejar Lailatul Qadar malah ngejar deadline” Alig alig alig, skill copywritingnya mendadak kayak selebtweed terkenal aja.
Jadi kawan-kawanku mahasiswa UNEJ, dengan adanya perubahan logo ini, kalian harus lebih bersemangat mengerjakan THR ya, bukan malah jadi tukang provokasi di grup WA agar yang lain tertular sambat. “Temen-temen, Pak Wati ini kok nggak berperikedosenan sekali sih kalo ngasi tugas, apalagi menjelang lebaran, masak sholat Ied sambil nugas bawa laptop“.
Begitu pun dengan dosen, warna merah selayaknya dijadikan pegangan peringatan untuk semangat berhenti memberi tugas kepada mahasiswanya. Jangan asal terobos aja bapak, nanti ditilang loh. Njleb.
Andaikan tugas mahasiswa UNEJ ditumpuk jadi satu, mungkin bisa tuh menutup lubang galian kontruksi bangunan Masjid Al-Hikmah UNEJ, yang telah lama terbengkalai.
Selain itu, UNEJ juga perlu bermuhasabah diri. Warna merah memang melambangkan semangat jiwa, tapi jangan sampai terlalu bersemangat juga dalam menerbitkan surat edaran, hingga berjilid-jilid. Kayak demo aja.
Nggak masalah, bantuan paket data yang katanya bulan April, tapi sampai di penghujung Ramadan belum juga terealisasi. Itu kan bantuan, kami juga sebagai seorang yang ingin dibantu nggak mungkin dong mendesak, terlihat kurang etis nanti. Tapi jika mahasiswa memandang itu sebagai fasilitas yang harus terpenuhi, yhaa aku no komen. Masih pengen lanjut kuliah aku om.
Harapan kami (mewakili mahasiswa yang mau aja), dengan perubahan logo UNEJ yang lebih ciamik, sejalan juga dengan sistem birokrasi kampus yang bagus.
BACA JUGA Enaknya Jadi Mahasiswa UNEJ di Tengah Pandemi atau tulisan Mohammad Hidayatullah lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.