Anya Geraldine, seorang selebtwit yang katanya lagi trending di Twitter berkat cuitannya yang katanya bikin gregetan ini membuat saya penasaran. Berkat dua artikel tentang Anya muncul di Terminal Mojok dan trending, saya jadi penasaran dengan sosok yang bersangkutan. Maklum saya bukan bani Twitter dan juga tidak menonton TV. Jadi kalau yang bersangkutan muncul di kedua media itu, seterkenal-terkenalnya dia, saya cuma tahu nama.
Menurut artikel yang muncul di Mojok, Anya sama sekali tidak takut dikatakan fakgirl dan berkat cuitan-cuitannya seorang penulis di Terminal Mojok mengatakan Anya norak. Duh, fakgirl ini masuk unit linguistik apa pula? Dibilang kata tapi kok rasanya seperti frasa, mau dibilang blend word tapi kok ejaannya menggabungkan pengejaan dua kaidah bahasa. Sebagai seorang linguist wanna be saya pusiiinngg dengan kata ini. Setidaknya saya dapat memahami kira-kira apa definisi dari kata ini. Kata ini memiliki konotasi yang sangat negatif jika dibenturkan dengan budaya kita yang sangat menjunjung norma, adat istiadat, bla bla bla….
Anya dianggap norak karena pada setiap cuitannya ia menyampaikan efek dari berbagai minuman beralkohol dari perspektif orang pertama. Dari semua reaksinya minuman beralkohol ia konsisten membuat cuitan yang mengatakan bahwa dirinya sange, sange, dan sange banget. Memangnya kenapa coba kalau setelah minum dia sange, bukannya sange adalah hak setiap warga negara? Saya tidak pernah melihat undang-undang yang mengatakan bahwa mengatakan sange di sosial media dilarang.
Rasa penasaran itu membuat saya sampai membuka Twitter yang sudah hampir 10 tahun tidak saya buka sama sekali. Saking lamanya tidak saya kunjungi Twitter saya sudah berdebu, banyak sarang laba-laba, dan ada beberapa gelandangan tertidur di sana. Setelah itu saya mencoba stalking @Anyaselalubenar dan menemukan apa yang sebenarnya membuat Anya trending. Bahkan saya berani menyimpulkan Anya tidak norak sama sekali. Justru dia cerdas mengetahui formula untuk itu.
Dari yang saya amati saya lihat Anya tidak berbeda jauh dengan selebgram yang sekarang sudah jadi aktivis itu. Justru saya melihat Anya tidak lebih hebat karena ia hanya mengaplikasikan formula sedangkan selebgram itu menemukan formula dari algoritma yang membuatnya bisa sampai di posisi teratas sebagai bad influncer. Meski sekarang katanya sudah bertobat dan memilih menjadi aktivis, tapi saya belum pernah mendengar sepak terjang keaktivisannya.
Selebritis seperti Anya ini biasa saja, tidak berbeda dengan kebanyakan influencer. Mereka menjual aktivitas yang buat kebanyakan orang cuma jadi bahan fantasi guna mendapatkan followers yang banyak. Dia menemukan bahwa ada formula untuk mendapatkan itu bahkan ketika dia masih baru di Twitter;
- Cantik bagi perempuan, ganteng bagi laki-laki. Intinya enak dilihat,
- Konsisten dalam memuaskan followers dengan selalu posting apa saja,
- Berani melakukan hal-hal yang tidak berani dilakukan kebanyakan orang,
- Melakukan hal-hal yang keluar dari norma dan dianggap tabu,
- Konsisten membuat cuitan yang menggoda follower-nya untuk ikut komentar.
Bagi saya apa yang dilakukan Anya biasa saja. Tidak ada yang berbeda dengan kebanyakan seleb-seleb lainnya. Kalau ada yang baper dan mengatakan bahwa dia norak dan bikin ilfil, mungkin saja mereka yang terlalu berimajinasi yang ketinggian soal Anya Geraldine. Ketika dibenturkan dengan realitas bahwa idolanya sama saja dengan kebanyakan selebritis yang menggunakan berbagai cara untuk meraih popularitasnya.
Kata-kata adalah komoditas itu benar adanya, karena itu cuitan juga adalah komoditas. Jika kita bicara dalam perspektif zaman now bahkan profil media sosial juga merupakan komoditas. Jadi terima saja kalau Anya mencuit hal-hal yang dianggap norak bahkan tanpa di-endorse. Tidak ada yang salah dengan itu. Lagian kalau dia ngendorse mulu follower-nya juga kabur sembari mengatakan ini selebriti favorit gue pedagang apa, kok ngendorse mulu kerjaanya?
Facebook saja algoritmanya berubah jadi 80-20. Maksudnya jika kita ingin berbisnis lewat Facebook dan mencoba untuk memasarkan dengan organik harus 80 persen dari konten Facebook kita haruslah fokus kepada meningkatkan enggagement dengan pengikutnya. Saya tidak tahu dengan Twitter tapi saya rasa tidak berbeda.
Karena itu menurut saya Anya Geraldine bukannya norak, dia cerdas karena mengetahui selera pasar dan algoritma sosial masyarakat dan memanfaatkannya. Kalau pasar suka seperti itu, kita mau apa. Mau mengubah pasar? Mau mengubah algoritma dan kognisi sosial? Kan kita tidak bisa juga.
Jika dengan itu dia populer, sudahlah biarkan saja. Ngomong-ngomong waktu saya buka Twitter saya lihat profil yang jauh lebih hebat dari Anya Geraldine, namanya Fransiska a.k.a @Siskaeee3. Saya sih lebih suka yang terakhir.
BACA JUGA Ikutan Jadi Anak Twitter, Selebgram Alih Profesi Jadi Selebtwit atau tulisan Aliurridha lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.