Antara Merekam dan Menegur: Kamu Tim yang Mana?

menegur

menegur

Kita tentu sudah tak asing dengan berbagai unggahan di media sosial mengenai keluhan-keluhan seseorang terhadap perilaku orang lain di muka umum. Unggahan semacam ini kian bertebaran seiring dengan lekatnya gawai dan media sosial dalam kehidupan sehari-hari. Keluhan yang berusaha ingin disampaikan melalui foto atau rekaman video yang lantas diunggah tersebut sangat beragam, seringnya seputar orang yang membuang sampah sembarangan, orang yang berperilaku tidak pada tempatnya di transportasi umum, hingga unggahan mengenai dua orang yang terlibat pertikaian di tempat umum.

Unggahan semacam ini entah mengapa merupakan topik yang banyak digemari oleh para pengguna media sosial, contohnya ketika beberapa waktu lalu MRT di Jakarta resmi beroperasi, tak terbendung berbagai unggahan yang menangkap momen dimana orang-orang makan di peron MRT, duduk di lantai dan sebagainya, ribuan komentar pun berdatangan. Ungahan-unggahan tersebut viral dan sukses jadi headline news selama beberapa hari. Dari sekian banyak tanggapan mengenai unggahan tersebut, tak sedikit yang menyayangkan unggahan yang demikian. Mereka yang menyayangkan unggahan tersebut umumnya beranggapan bahwa si pengunggah gambar mestinya memberikan teguran langsung ketimbang sempat-sempatnya mengambil gambar atau bahkan video dan bahkan mengunggahnya dimana hal tersebut dianggap tidak efisien sebab ada ribuan interpretasi atas satu foto dan satu video yang memungkinkan interpretasi tersebut tidak sesuai dengan kejadian yang sebenarnya atau bahkan dapat memberikan hukuman yang tidak adil bagi mereka yang tertangkap hengpon jadul.

Eits, tapi jangan disangka memberikan teguran secara langsung adalah perihal yang sederhana. Bagi beberapa orang memberi teguran secara langsung adalah hal yang sangat tidak memungkinkan lho, sebab dari banyak pengalaman lebih seringnya orang yang ditegur justru malah lebih galak bahkan balik menyerang. Berdasarkan hal-hal tersebut umumnya orang merasa malas jika harus menegur secara langsung. Alasan lain mengapa tak menegur secara langsung adalah barangkali rasa ingin menjadi pahlawan yang didapat lebih besar ketimbang harus menegur langsung, bayangkan saja kapan lagi kita bisa jadi pewarta dadakan dan menyuarakan fenomena tak lazim, saya rasa lumrah semua orang ingin jadi pahlawan.

Namun kiranya penting untuk kembali menganalisa diri. Kita ini mau jadi pahlawan seperti apa? Pahlawan yang menang karena membuat orang lain jadi buruk atau pahlawan yang menang karena mampu memperkecil hal yang seharusnya memang sederhana saja. Menegur sesuatu yang dianggap tak lazim adalah perilaku yang harus kita biasakan namun lebih penting untuk mengenalkan budaya “baik, saya memang bersalah, terimakasih telah mengingatkan” sejak dini, sejak sekarang. Penting juga mengingatkan diri sendiri untuk lebih banyak memberikan kontribusi nyata di dunia nyata ketimbang terus-terusan berupaya seolah-olah memberikan kontribusi di dunia maya, kita kan hidup di dunia nyata.

Adakalanya merekam sebuah kejadian tak lazim sangat dibutuhkan terutama jika berkenaan selanjutnya digunakan sebagai alat bukti pelaporan bila memang kejadian tersebut dianggap memberikan kerugian secara nyata pada seseorang atau kelompok. Jika bicara mengenai pelaporan tentu saja bicara pihak yang berwajib ya guys, seringnya kita salah kaprah menganggap netizen sebagai pihak berwajib itu, dari situlah ide untuk mengunggah foto atau rekaman video ke media sosial jadi marak, ada pemahaman yang bias mengenai kekuatan polisi, bahwa polisi moral dianggap lebih punya taring. Tentu hal ini tak bisa dibenarkan, jika terus dibiarkan maka tak ada bedanya kita dengan mereka yang gemar merundung seseorang melalui rekaman video. (*)

BACA JUGA Jangan Salahkan Konten yang Tak Bermoral, Tapi Salahkan Diri Kita yang Membuatnya Viral atau tulisan Syifa Ratnani Faradhiba Jane lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version