“Saya akan bertahan untuk posisi saya. Tempat saya adalah di Manchester United”
Begitu jawaban yang diberikan Andreas Pereira ketika salah seorang fans menyuruhnya untuk mencari klub baru. Sebuah pernyataan tegas dari seorang pemain yang terus menerus kena kritik oleh suporter gara-gara performanya tidak memuaskan sepanjang tahun. Tidak hanya suporter, para pundit liga Inggris juga mengutarakan kekecewaannya. Solskjaer mencoba untuk membela dengan menyatakan bahwa permainan Pereira itu justru mengalami progres yang baik apalagi pada saat itu MU kehilangan Matic, Pogba, dan McTominay karena cedera.
Menurut saya, bermain di 39 pertandingan di semua kompetisi tidaklah buruk. Tapi melihat Andreas Pereira bermain memang tidak bisa dikatakan istimewa juga. Semenjak datangnya Bruno Fernandes, slot posisi lini tengah tersisa dua. Jika formasi yang digunakan 4-3-3, partner ideal Fernandes sudah pasti Pogba dan satu lagi di antara Matic atau McTominay.
Saya masih ingat ketika ada satu pertandingan di mana MU menggunakan formasi 3-4-3 dan gelandang yang dipasang waktu itu adalah Pereira dan Fred. Bisa dibayangkan bagaimana rasa deg-deg serrr yang dialami oleh para fans. Akibat terlalu biasanya permainan Pereira, namanya masuk ke sebuah hasil poling dari salah satu media lokal di Manchester tentang siapa pemain MU yang harus segera dijual. Namanya masuk ke urutan ke-6 dari 9 pemain dan ia adalah salah satu pemain paling muda di daftar tersebut.
Wajar jika melihat nama di urutan pertama adalah Juan Mata karena umurnya sudah memasuki usia 32, atau Joel Pereira yang hampir mustahil menembus tim utama karena ada De Gea, Romero, bahkan Dean Henderson yang sedang dipinjamkan. Tapi masuknya nama Andreas Pereira dengan usia masih 24 tahun membuktikan bahwa permainannya biasa saja.
Di awal karirnya, klub pertama yang ia bela adalah Lommel United. Pada saatu umur sembilan tahun, ia pindah ke PSV Eindhoven. Bakatnya mulai terlihat ketika PSV mengikuti turnamen Manchester United Premier Cup. Beberapa klub yang tertarik dengan bakatnya pada saat itu adalah Arsenal, Chelsea, dan Liverpool. Namun akhirnya Sir Alex Ferguson lah yang berhasil membujuknya untuk bergabung ke MU saat usianya 15 tahun.
Setelah masuk akademi MU dan bermain di kompetisi U-18 serta U-21, pada musim 2014/2015 ia mendapat penampilan perdananya bersama tim senior di Piala Liga. Di musim tersebut juga Pereira terpilih sebagai Pemain Terbaik MU U-21.
Saya ingat betul ketika jaman meneer Van Gaal jadi manajer MU, begitu banyak pemain didikan akademi yang diberi kesempatan bermain di tim utama. Setidaknya ada 14 pemain yang diberi kesempatan, salah satunya Andreas Pereira. Sebatas yang saya tahu, agak jarang ada pemain akademi MU yang berasal dari Brasil.
Karena penasaran dengan kemampuannya, akhirnya saya cek di game paling terdepan dalam menilai bakat pemain, Football Manager (FM). Ternyata Pereira termasuk ke dalam kategori hot prospect dan beberapa website fandom FM merekomendasikan namanya sebagai calon rekrutan yang potensial. Hal itu ‘agak’ meyakinkan saya jika ini pemain punya bakat yang oke.
Ekspektasi saya semakin dibawa terbang ketika ia menjadi tulang punggung Brasil U-20 di Piala Dunia tahun 2015. Masuk sebagai pemain pengganti, ia mencetak gol penyeimbang melawan Serbia ketika final. Meskipun gagal membawa negaranya juara, label wonderkid mulai melekat pada dirinya. Pemain yang posisi aslinya adalah penyerang sayap kiri ini justru mulai dianggap sebagai calon pengisi lini tengah MU di masa depan karena kemampuan visinya yang baik.
Di musim pertamanya debut di tim senior, Pereira tidak terlalu banyak dipercaya untuk bermain. Van Gaal lebih percaya kepada pemain akademi lainnya seperti Jesse Lingard, Paddy McNair, bahkan Tyler Blackett. Sepengamatan saya, strategi yang diterapkan Van Gaal pada saat itu memang tidak terlalu banyak memberi peluang bagi Pereira yang dominan membuka ruang lewat dribbling. Stok gelandang yang ada pun dipenuhi oleh nama-nama yang rasanya sulit untuk digeser oleh seorang pemain debutan.
Mencari posisi yang tepat
Bergantinya kursi manajer dari Van Gaal ke Mourinho mengharuskannya mencari menit bermain sebagai pemain pinjaman. Ia dipinjamkan ke Granada pada musim 2016/2017. Di Granada, Pereira adalah sosok pemain penting. Tercatat 37 pertandingan dilakoninya dengan 23 pertandingan menempati posisi sayap (1 gol dan 3 asis) dan sisanya sebagai gelandang serang (4 gol).
Meskipun gagal menyelamatkan Granada dari posisi juru kunci pada saat itu, progres permainannya dianggap sangat baik. Di Valencia, Pereira membuat 29 penampilan dengan dominan bermain di posisi sayap kanan dan membantu timnya untuk finis di posisi empat La Liga. Mou kepincut untuk memberinya kesempatan berjuang di tim utama.
Selama berada di bawah Mou, Pereira beberapa kali dicoba di posisi gelandang bertahan dan menyerang. Tapi stok gelandang yang diisi oleh Ander Herrera, Juan Mata, dan lainnya membuatnya sulit bersaing. Di musim ini, Pereira mulai dipercaya untuk banyak bermain di posisi gelandang serang dan sesekali gelandang bertahan karena beberapa pemain mengalami cedera.
Sebenarnya posisi sayap kanan layak untuk diberikan bagi Pereira, apalagi ia punya pengalaman bermain melebar di Valencia. Dari 13 kali bermain di sisi kanan, tercatat ia mampu membukukan 4 asis. Selain itu stok di posisi tersebut cenderung kurang bahkan beberapa kali yang mengisi area tersebut adalah Greenwood yang sebenarnya adalah berposisi sebagai striker. Namun sepertinya manajemen lebih memilih untuk mencari pemain sayap kanan yang murni. Beberapa nama seperti Jadon Sancho atau Jack Grealish memang lebih terbukti dari sisi kemampuan.
Kedatangan Donny van de Beek ke MU semakin menambah banyak jumlah pemain gelandang terutama posisi gelandang serang. Tentu transfer tersebut memunculkan spekulasi siapa yang harus tersingkir dari tim dan nama yang saya bisa sebut adalah Andreas Pereira. Meskipun Ole bilang bahwa Pereira adalah pemain yang masuk rencananya di musim depan, tetap saja saya merasa pemain ini lebih baik pergi. Sebenarnya tidak buruk-buruk amat, tapi juga tidak bisa terus diandalkan.
Agak kasihan juga melihat terlalu besar ekspektasi yang dibebankan, terutama label wonderkid. Mungkin La Liga adalah tempat yang cocok karena di dua kesempatan masa peminjamannya, ia justru memperlihatkan permainan yang baik dan berpengaruh bagi tim. Sudah saatnya Pereira membuktikan bahwa dirinya bukan mas-mas biasa dan berkontribusi di klub lain.
Sumber gambar: Akun Twitter Andreas Pereira.
BACA JUGA Mari Bersepakat Bahwa Indomaret Lebih Baik Daripada Alfamart dan tulisan Terminal Mojok lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.