Beberapa waktu lalu saya membaca tulisan di Mojok berjudul Alun-Alun Wonosobo, Alun-Alun Tersepi yang Pernah Saya Kunjungi. Tanpa mengurangi rasa hormat, saya rasa tulisan itu menunjukkan penulis yang gagal paham dengan kehidupan warga Wonosobo. Maklum saja, penulis ternyata bukan berasal dari Wonosobo dan mampir dalam kesempatan yang sangat pendek. Mungkin pengamatannya memang belum komprehensif terhadap daerah dengan julukan Kota di Atas Awan ini.
Sebagai warga lokal, saya ingin menjelaskan Alun-Alun Wonosobo yang kerap disalahpahami sebagai tempat yang sepi. Sebenarnya landmark kebanggan warga ini ramai, hanya saja, memang ada beberapa momentum ruang publik ini lebih sepi dari biasanya. Bukan semata-mata warga Wonosobo tidak peduli dan mageran ya. Ada alasan yang melatarbelakanginya.
Menjelang musim panen
Asal kalian tahu saja, orang Wonosobo itu tipe yang fokus pekerjaannya. Sebagian besar orang Wonosobo itu bekerja di bidang pertanian, pariwisata, dan perdagangan. Nah, duduk-duduk atau nongkrong di alun-alun dianggap sebagai kegiatan kurang produktif. Apalagi ketika menjelang masa tanam dan panen. Periode itu adalah waktu sibuk bagi warga Wonosobo. Saya curiga, penulis mampir ke Kota di Atas Awan saat momentum itu.
Sebagai gantinya, pada hari-hari tertentu orang-orang Wonosobo akan berbondong-bondong ke pusat kota untuk berbelanja. Mereka akan menghabiskan waktu ketika pekerjaan di rumah memang telah benar-benar selesai. Nah, di saat-saat seperti inilah kota Wonosobo, termasuk alun-alunnya dipadati orang.
Seorang teman yang rumahnya kurang lebih 100 meter dari alun-alun mengonfirmasi, tanah lapang itu nggak selalu sepi kok. Di hari Minggu pagi alun-alun ini biasanya ramai oleh warga yang berolahraga seperti basket, voli, senam, dan olahraga jenis lainnya. Sementara kuliner yang berada di Taman Hasri Ainun Habibie atau di sebelah barat alun-alun juga masih dicari pengunjung.
Baca halaman selanjutnya: Suhu dan cuaca…