Kalau kita masih mencemooh dan menertawakan Aldi Taher, saya yakin kita tidak sedang jujur dengan diri sendiri.
Melihat respons netijen yang budiman, terkait hebohnya sosok Aldi Taher, saya kembali teringat dalam sebuah film Asia, Tai Chi Hero. Film yang mengisahkan lahirnya nama tai chi. Dalam sebuah adegan di film tersebut, menceritakan seorang murid yang tidak bisa benar-benar melihat dengan jujur dan teliti tentang persoalan yang ia hadapi. Singkat cerita, guru besar kemudian dawuh (mengatakan) “cobalah lihat dengan betul-betul”. Pada akhirnya sang murid pun paham, melihat semua persoalan dengan jujur, dan menemukan akar masalahnya.
Tidak, saya tidak ingin mendiskusikan secara penuh, bagaimana aliran Tai Chi itu tercipta. Tapi melalui sedikit potongan film tersebut, saya ingin mengajak kalian untuk menggunakan kacamata itu dalam melihat kasus Aldi Taher.
Bagi saya, begitu juga seharusnya kita melihat kasus ini, layaknya dawuh guru dalam film Tai Chi Hero. Coba lihatlah dengan betul-betul, Aldi Taher adalah sosok yang jujur, dan tanpa tedeng aling-aling dalam mengutarakan setiap maksud serta tujuannya. Ia adalah sosok yang pas, untuk bertengger di atas menara istana sebagai wakil rakyat, katanya.
Lantas dengan sikap yang begitu, apa kira-kira alasan yang tepat untuk mentertawakan beliau? Nggak ada. Begini lho.
Aldi Taher itu jujur!
Pertama, soal dirinya yang maju sebagai calon legislatif. Secara terang-terangan Aldi mengatakan, yakin terpilih dan menjawab tantangan dari Deddy Corbuzier, jika sampai sosoknya terpilih nanti Deddy akan pindah negara. Dari sini saja, banyak netijen yang mencibir, mengatakan niatnya udah salah lah, nggak mementingkan rakyat lah, dan lain sebagainya.
Jujurlah, cibiran kalian itu hanya emosional belaka, atau kalian terjebak dalam permainan janji-janji palsu?
Padahal, Aldi Taher itu jujur, nggak banyak janji untuk lain-lain, ia hanya pengin baca Al-Qur’an di Senayan. Ia yakin, Indonesia akan maju kalau ulil amrinya baca Al-Qur’an. Bahkan saat disinggung soal visi misi oleh salah seorang wartawan, Aldi memilih tidak menjawab, baginya akan berdosa jika berjanji kalau nanti nggak ditepati. Lho pie, luar biasa to. Terlepas tujuannya apa, tapi semangat yang di usung adalah ke-jujur-an.
Coba, selama ini kampanye pendidikan murah, biaya kesehatan murah, serta janji politis lainnya yang seolah-olah bak pahlawan untuk rakyat, Setelah terpilih, mana yang terealisasi? Ada? Mbelgedes.
Kalau seorang calon legislatif, yang jujur layaknya Aldi Taher tapi kok kemudian dicibir netijen. Saya jadi bertanya-tanya, ini netijen sebenarnya mau caleg yang penuh janji-janji perubahan gitu, tapi palsu? Atau gimana?
Jika benar demikian, lagunya Sebumi, “kalau nggak janji nggak menang” masih sangat relate hari ini. Ya karena, masyarakat kita masih senang diberi janji-janji, padahal palsu.
Baca halaman selanjutnya
Pindah-pindah partai itu biasa…