Beberapa hari belakangan, informasi soal Virgil van Dijk yang cedera saat bertanding kontra Everton sangat ramai diberitakan. Di media sosial, media online, media cetak, televisi, semua ngomongin soal Virgil van Dijk. Makanya, nggak heran kalau sebagian orang akhirnya menganggap hal ini berlebihan.
Setelah menjalani pemeriksaan, Virgil van Dijk mengalami cedera ACL. Berapa lama proses pemulihan masih menjadi rumor sampai dengan saat ini. Jurgen Klopp pun tidak ingin berspekulasi dan lebih memilih untuk memberikan dukungan penuh sampai dengan Virgil pulih kembali.
FYI, ketika seorang atlet cedera ACL, rata-rata durasi penyembuhan berkisar enam hingga dua belas bulan. Bahkan, beberapa rumor menyatakan bahwa, musim 2020/2021 sudah selesai untuk van Dijk.
Selain itu, nggak sedikit juga yang berpikir pemberitaan di media tentang van Dijk dan keputusan wasit terhadap VAR dianggap berlebihan. Harusnya biasa aja gitu. Apalagi saat cedera, van Dijk langsung diberi penanganan yang tepat oleh tim medis.
Persoalannya adalah, beberapa pemain yang sebelumnya cedera lebih parah, kok, malah hilang dari perhatian media? Bahkan terkesan biasa aja.
Salah satunya, Aaron Ramsey yang pernah mengalami patah kaki saat masih membela Arsenal pada pertandingan melawan Stoke City. Saat itu memang belum ada VAR, sih. Tapi, poinnya bukan itu. Kabar Ramsey patah kaki, kok seakan nggak ada apa-apanya buat media? Dasar pilih kasih!
Atau dari mantan rekan satu tim van Dijk di Liverpool, Nathaniel Clyne, misalnya. Kok dia nggak digubris sebegitunya, sih? Kalau Clyne merasakan kecemburuan sosial karena ternyata dulu ia tidak mendapat perhatian sebesar van Dijk, gimana?
Meski tidak bisa dimungkiri, pemberitaan tentang cedera van Dijk menjadi masif karena ia adalah poros pertahanan Liverpool yang paling diandalkan. Ditambah sikap wasit dalam penggunaan teknologi VAR yang masih labil dan amburadul.
Nggak ada Joe Gomez masih oke. Nggak ada Joel Matip masih oke. Lah nggak ada van Dijk? Bisa jadi malapetaka buat Liverpool, Bos.
Perihal pemberitaan cedera van Dijk yang terbilang masif, tentu ada alasan di balik hal tersebut, dong. Dan bisa jadi alasannya tidak terduga. Baik oleh orang awam maupun para pecinta sepak bola.
Pertama, nama Virgil van Dijk ramah SEO
Virgil van Dijk punya nama yang cukup besar di sepak bola modern saat ini. Dari nama sampai dengan permainannya di lapangan, selalu menjadi pusat perhatian banyak orang dan media di jagat internet. Dengan menuliskan atau mencantumkan nama blio, baik di media online maupun di media sosial, segala pencarian dari orang banyak akan tertuju kepada akun tertentu. Apalagi saat menjadi trending. Impresinya bisa lumayan. Walaupun, ini hanya sekadar fantasi saya, sih.
Kedua, karena Virgil van Dijk bermain di Liga Inggris
Bayangkan jika van Dijk bermain di Liga Yunani. Atau bermain untuk kesebelasan di Liga Afrika sana. Apakah akan mendapat perlakuan yang sama dalam hal pemberitaan di media, termasuk menjadi trending di media sosial? Bisa jadi iya, tapi kemungkinannya akan sangat kecil sekali.
Sulit dimungkiri, di berbagai belahan dunia mana pun, Liga Inggris menjadi sesuatu yang diminati oleh banyak kalangan dengan pertandingan yang terbilang seru dan atraktif. Mau klub mana pun yang main, akan tetap menarik untuk ditonton dan didiskusikan.
Ketika menang, seri, apalagi kalah, pasti akan jadi sorotan media. Terutama dalam hal meliput juga menganalisa performa para pemainnya.
Ketiga, penasaran dengan performa van Dijk pasca cedera
Meski sesekali melakukan blunder, van Dijk menjadi pemain yang sangat diandalkan dan terbilang konsisten di lini belakang Liverpool. Namun, apa jadinya jika van Dijk cedera? Gimana kondisi Liverpool yang sangat mengandalkan van Dijk setelah ini? Kemudian, bagaimana performa van Dijk pasca cedera? Apakah mengalami penurunan performa atau malah makin konsisten.
Berbagai pertanyaan yang membuat penasaran itu tetap harus dikawal melalui pemberitaan yang menguap di berbagai media.
Mau bagaimana pun, hingar-bingar serta hiruk pikuk informasi yang menguap di jagat internet, tidak akan terlepas dari pemberitaan di berbagai media. Termasuk orang yang punya peranan penting di media sosial dengan jumlah pengikut yang bejibun. Soal berlebihan atau tidak, pasti ada pemicu awal.
Lain halnya ketika bicara soal keputusan wasit dalam memberikan keputusan dalam suatu pertandingan. Saya rasa, tiap wasit saat ini harus diberi keterampilan lebih dalam mengelola VAR. Jika membuat suatu kekeliruan, sebaiknya beri punishment yang sepadan. Agar ke depannya nggak jadi kebiasaan yang terus terulang. Sebab, wasit sudah menjadi tumpuan dalam memberikan segala keputusan di lapangan.
Sumber gambar: Akun Twitter @VirgilvDijk
BACA JUGA 3 Kekurangan Supra Fit Edisi Pertama yang Bikin Pusing Pemiliknya dan artikel Seto Wicaksono lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.