Siapa sih yang nggak pernah ngerasain bakso? Bakso adalah makanan favorit yang udah jadi andalan semua orang untuk sekadar ngemil atau menghilangkan lapar. Cukup mengeluarkan biaya murah tetapi rasa nggak murahan. Bakso juga termasuk makanan yang pengaksesannya mudah dilakukan. Sekali jalan ke simpang rumah atau mungkin menunggu si bapak tukang bakso lewat depan rumah, kesegaran kuah dan empuknya bakso sudah bisa dinikmati.
Seiring perkembangan zaman munculah bakso-bakso jenis lain. Misalnya saja, bakso granat, bakso raksasa, bakso durian, bakso isi bola ping-pong, dan segala jenis menu bakso terbaru seakan muncul seperti versi terbaru Iphone. Dari jenis update-an bakso tersebut, yang pernah saya rasakan adalah bakso granat dan bakso raksasa. Jujur saja, bakso granat dan bakso raksasa beneran besar banget, dijamin memuaskan jiwa kelaparan Anda.
Dari sekian banyak pengalaman memakan bakso, dari bakso kojek (bakso kecil jajanan sekolah dasar), bakso mie sop, bakso kosong (bakso yang nggak ada mienya, cuma kuah doang), bakso telur, bakso granat, dan bakso raksasa di warung bakso atau restoran. Saya memiliki pendapat bahwa makan bakso di warung bakso lebih mantap sensasinya dibandingkan dengan makan bakso di restoran.
Ternyata oh ternyata, saya sadar bahwa ada beberapa alasan yang membuat sensasi makan di warung bakso dan di restoran itu berbeda.
Satu: Harganya
Kalau berbicara harga, sangat jelas bahwa harga bakso di warung bakso lebih murah dibandingkan dengan harga bakso di restoran. Salah satu hal yang sangat menonjol yaitu restoran menggunakan tarif pajak pada pelanggannya, sedangkan warung bakso tidak.
Untuk faktor lain perbedaan harga mungkin terletak di ingredients. Mungkin seperti tambahan bakso dan ayam pada satu mangkuk, atau tambahan wortel, kol, bla – bla, atau bakso yang ada pada restoran lebih enak meskipun sangat jarang ditemukan dibandingkan dengan warung bakso yang rasa enaknya sepertinya sudah melekat.
Dua: Rasanya
Kalau harga yang paling utama sebab sebelum makan kita harus memastikan berapa sisa uang di kantong. Jangan sampai karena nggak bisa bayar, malah jadi nyupir (nyuci piring). Selanjutnya, mari berbicara tentang rasa yang pernah ada….
Berbicara tentang rasa kamu dengan si dia (si bakso) memang tidak dapat didustakan lagi. Bakso yang bisa dikatakan memiliki rasa sangat enak adalah bakso yang memiliki kekenyalan ekstra, rasa kandungan (ayam/sapi) nya sangat terasa, dan kuahnya yang wajib segar di tenggorokan.
Nah, berbicara tentang kuah bakso saya sering mengalami kekecewaan. Sering saya memutuskan untuk makan bakso di restoran atau kafe dengan harga yang terkesan pricey tetapi kuah baksonya terasa pedar. Berbeda dengan warung bakso yang selalu menyajikan kuah berasa, meskipun ada juga (sedikit tapi) warung bakso yang memang kuahnya pedar.
Akan tetapi, rasa pedar yang saya dapati ketika memakan bakso di warung bakso bisa saya kurangi dengan intensitas saos, sambal hijau, kecap, atau bahkan cuka yang dapat ditambahkan sepuasnya. Cukup berbeda dengan restoran yang terkadang komponen-komponen pelengkap bakso tersebut hanya diberikan semangkok kecil atau bahkan sachet-an sehingga tidak mengurangi rasa pedar yang ada.
Tiga: Nggak Perlu Nunggu Lama
Harga? Sudah! Rasa? Apalagi! Sekarang Waktu! Pernah nggak kalian merasa bahwa melakukan order di restoran terkadang lebih lama dibandingkan dengan order bakso di warung bakso? Saya sering banget!
Emang sih, kalau warung baksonya lagi rame pembeli, jadinya orderan kita agak lama diantar. Tapi kalau berdasarkan pengalaman saya, hal semacam ini lebih sering terjadi di restoran dibanding warung bakso biasa.
Empat: Tempat Nongki yang Pas
Ini alasan yang cukup realistis di mata anak muda yang sering nongki tetapi dompet pas–pasan. Di warung bakso, cukup sering seseorang nongki sedikit lebih lama dari biasanya. Mengapa? Karena di warung bakso, kalau bakso udah habis jarang banget kita diawasi oleh si tukang bakso yang sekaligus jadi pelayan, meski udah 3 jam di situ.
Hal ini berbeda dengan nongki di restoran yang mungkin sedikit memalukan jika nongki lama–lama tetapi pesanan sudah habis di depan mata. Yang ada, kita terus–terusan diperhatiin sang pelayan dan bolak–balik mengisyaratkan untuk segera pulang. Meskipun, ya nggak semua restoran begitu.
Empat poin tersebutlah yang membuat saya lebih betah makan bakso di warung bakso dibandingkan dengan makan bakso di restoran. Hal – hal tersebut saya kutip berdasarkan pengalaman yang saya dan teman–teman saya alami.
Bukan hanya itu, mungkin sebagian besar dari kalian juga memiliki pendapat yang sama. Meskipun, ada beberapa restoran yang juga saya sukai untuk sekadar makan bakso dan nongki, tetapi tetap list nomor 1 saya yaitu makan bakso di warung bakso.
Nah, jadi gimana? Kalian lebih prefer makan bakso di restoran atau di warung bakso?
BACA JUGA Kamu Jahat tapi Enak: Pilih Bakso Rumahan Versi Ibuk atau Jalanan Versi Abang-Abang? atau tulisan Siti Muslihah lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.