“Bawa makanan sendiri ke gerbong restorasi kereta itu boleh nggak, sih?” Pertanyaan ini sampai sekarang masih saja jadi perdebatan. Ada banyak yang bilang nggak boleh, tapi nggak sedikit yang memperbolehkan. Dari pihak KAI sih nggak melarang kita bawa makanan sendiri ke dalam kereta, meskipun mereka juga nggak menyarankan untuk membawanya masuk (dan memakannya) di gerbong restorasi.
Terkait hal ini, ada salah satu akun Instagram yang menyinggung kembali isu ini. Lewat sebuah video, dia menjelaskan bahwa bawa makanan sendiri (dalam konteks video ini adalah nasi bungkus) ke gerbong restorasi kereta itu kurang baik secara etika. Ia juga menyamakan gerbong restorasi dengan restoran, dengan mengatakan “sama seperti kita ke restoran tapi bawa makanan sendiri, harusnya ya beli menu di sana.”
Ketika menonton video tersebut, saya cukup sepakat dengan beberapa hal. Betul, secara etika memang membawa makanan sendiri ke gerbong restorasi kereta itu agak kurang baik. Karena di gerbong restorasi kereta, mereka itu jual makanan. Namun, di video itu juga ada beberapa hal yang mengganggu saya, ada hal-hal besar (mungkin struktural) yang luput ditangkap.
Pertama, menyamakan gerbong restorasi dengan restoran itu agak kurang tepat. Restoran punya aturan jelas soal bawa makanan sendiri, sedangkan gerbong restorasi kereta tidak punya aturan sekuat restoran. Kedua, kita tidak tahu apa alasan orang-orang yang membawa makanan sendiri ke gerbong restorasi. Maka dari itu, saya bisa bilang bahwa untuk beberapa alasan, bawa makanan sendiri ke gerbong restorasi kereta itu boleh-boleh saja, kok.
#1 Gerbong yang terlalu ramai dan kurang kondusif
Salah satu mimpi buruk bagi penumpang kereta api (setidaknya bagi saya) adalah ketika mendapati kereta api yang terlalu penuh, dan terlalu ramai. Beberapa kali saya naik kereta (apalagi yang jarak jauh), saya selalu kurang nyaman ketika gerbong saya itu terlalu ramai, apalagi banyak anak kecil. Kondisi gerbong seperti ini bikin perjalanan saya kurang nyaman, juga bikin saya nggak bisa makan bekal saya (yang saya bawa dari rumah) di bangku penumpang.
Makanya, ketika situasi di gerbong saya itu terlalu ramai dan kurang kondusif (untuk makan di bangku), saya selalu pergi ke gerbong restorasi untuk makan bekal saya. Tentunya saya izin dulu ke petugas di sana, menjelaskan alasan saya, dan selalu diperbolehkan, kok. Daripada saya makan bekal di bangku saya, sambil mendengar anak kecil teriak-teriak, ibu-ibu ngomel, mending saya ke gerbong restorasi aja. Saya nggak mau makanan saya ini sampai mendarat keras di muka mereka.
#2 Aroma makanan yang terlalu kuat, takutnya mengganggu penumpang lain
Alasan lain tentang bolehnya bawa makanan sendiri ke gerbong restorasi kereta adalah makanan yang punya aroma terlalu kuat. Kita tahu sendiri, orang-orang yang bawa makanan sendiri ke kereta itu macam-macam makanannya. Ada yang simpel, ada yang ribet. Ada yang aromanya wajar, ada yang aromanya terlalu kuat. Dan nggak semua penumpang di gerbong ini bisa tahan dengan aroma beberapa makanan.
Bayangkan saja, kalau saya bawa bekal indomie goreng, nasi padang, atau ayam penyet dengan sambal terasi. Aroma makanan tersebut kan cukup kuat, ya, takutnya ada penumpang yang terganggu atau nggak tahan dengan aroma makanan itu. Daripada bikin “gaduh” mending bekalnya dibawa ke gerbong restorasi saja, makan di sana. Sekali lagi, jangan lupa izin sama petugas, dan usahakan beli minumnya di gerbong restorasi aja.
#3 Harga makanan yang dijual di gerbong restorasi kereta lebih mahal
Alasan paling masuk akal ya ini karena harga makanan di kereta bisa dua kali lipat dari harga normal. Buat orang-orang yang pas-pasan seperti saya, makanan di kereta api itu mahal. Sudah begitu rasanya belum tentu sepadan dengan harganya. Itu mengapa, banyak orang yang memilih untuk bawa makanan sendiri ketika naik kereta, apalagi yang jarak jauh.
“Harga makanan di kereta yang lebih mahal bukan jadi alasan untuk bawa makanan sendiri dan makan di gerbong restorasi, kan?” Lho, betul. Tapi bayangkan begini: kalian naik kereta dari Malang ke Jakarta, gerbongnya penuh, ramai, nggak kondusif. Lalu kalian lapar, tapi nggak bawa banyak uang, tapi kalian bawa bekal, dan kalian sedang lapar banget. Kalian bingung, mau makan bekal di bangku takutnya malah nggak nyaman, mau beli makan di gerbong restorasi tapi kemahalan, uangnya nggak cukup.
Jalan keluarnya, ya bawa bekalnya ke gerbong restorasi, makan di sana, minta izin ke petugas. Sudah, gitu aja. Beres kan? Orang-orang yang pas-pasan kayak saya dan banyak orang lain itu nggak punya banyak pilihan.
Intinya, orang-orang yang bawa makanan sendiri ke kereta, lalu makan di gerbong restorasi itu nggak semuanya ignorant, nggak punya etika, atau nggak tahu aturan. Banyak dari mereka yang bawa makanan sendiri di gerbong restorasi kereta ini punya alasan-alasan tersendiri yang valid. Alasan-alasan mereka juga layak kita dengar dan pertimbangkan sebelum memberikan penghakiman ini itu
Perkara bawa makanan sendiri ke gerbong restorasi kereta ini memang agak tricky. Mau dibilang nggak boleh, tapi ada banyak kasus di mana petugasnya memperbolehkan dan santai-santai saja. Mau dibilang boleh, takutnya nanti dibilang nggak punya etika, nggak tahu aturan, dan nggak menghargai yang jual makanan di sana. Ribet memang.
Pokoknya, kalau kalian mau bawa makanan ke gerbong restorasi (apalagi dengan alasan-alasan di atas), bawa aja gapapa. Dan, jangan lupa izin ke petugas kalau mau makan makanan kalian sendiri di gerbong restorasi.
Penulis: Iqbal AR
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Alasan Saya Kecewa Naik Kereta Panoramic yang Terkenal Cantik dan Unik
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















