Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Featured

Alasan Para Pengemis Online, Kadang Memang Nggak Masuk Akal!

Fariza Rizky Ananda oleh Fariza Rizky Ananda
5 November 2019
A A
Alasan Para Pengemis Online, Kadang Memang Nggak Tahu Diri!
Share on FacebookShare on Twitter

Semua orang tentu memiliki kebutuhan dan keinginan yang harus terpenuhi. Terlebih masalah finansial dan pendidikan. Pada hakikatnya, hak untuk mendapatkan pendidikan memang dimiliki oleh semua warga negara bahkan tercantum dalam UUD 1945 Pasal 31 ayat 1 yang berbunyi, “Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan”. Pendidikan mutlak dibutuhkan oleh setiap warga negara, dan negara wajib untuk memberikan fasilitas pendidikan tersebut kepada warga negaranya.

Namun, masalahnya setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Dalam aspek memenuhi haknya untuk mendapatkan pendidikan yang layak tersebut, tidak semua orang beruntung bisa terpenuhi haknya. Baik dari masalah finansial, fisik, psikologis, dan lain sebagainya. Realitanya, kesempatan mendapatkan pendidikan ini tidak merata dimiliki oleh setiap orang. Miris memang, tapi apalah daya, hidup ini tidak bisa selamanya sesuai dengan apa yang kita inginkan.

Akses Pendidikan dan Masalah Finansial

Masalah pendidikan biasanya selaras dengan masalah finansial. Lingkaran setan kemiskinan sudah lama kita ketahui sebagai penyebab masyarakat tidak bisa sejahtera. Saya yakin sekali sejak dulu hingga sekarang, lingkaran setan kemiskinan ini memilki titik tolak dari aspek pendidikan.

Masalah kemiskinan dalam sebuah keluarga ada kemungkinan bisa ditempas menggunakan pendidikan yang bisa didapat anggota keluarganya. Jika salah satu atau beberapa darinya bisa memperbaiki tingkat pendidikannya, kemungkinan besar bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik di kemudian hari, lalu mendapatkan penghasilan yang besar untuk menghidupi keluarganya. Generasi yang akan ia lahirkan selanjutnya juga bisa mendapatkan penghidupan yang lebih layak.

Mayoritas masyarakat Indonesia sudah menyadari akan pentingnya pendidikan ini. Maka tidak heran saat ini banyak yang berlomba-lomba untuk bisa masuk sekolah favorit. Tidak hanya kalangan menengah ke atas, masyarakat kalangan bawah yang sudah “melek” juga mengutamakan pendidikan anaknya. Oleh karena itu, mereka harus bekerja lebih giat untuk bisa membiayai SPP atau keperluan sekolah anaknya. Beberapa cerita mengharukan dan sarat dengan human interest muncul dari sini, seperti dulu pernah viral kisah keberhasilan seorang anak tukang becak yang lulus dengan predikat terbaik dari sebuah universitas negeri di Semarang dan bisa mendapatkan beasiswa LPDP untuk berkuliah di Inggris.

Memang kisah seperti itu sangat menginspirasi dan menyentuh hati orang yang mendengarnya. Saya pun menjadi tersadar untuk tidak malas-malasan berkuliah jika melihat keberhasilan orang-orang yang memiliki hambatan finansial dan merefleksikannya ke kehidupan saya sendiri. Sungguh saya sangat respect kepada orangtua yang banting tulang untuk membiayai pendidikan anaknya. Tapi ada satu hal yang mengganjal hati saya ketika saya mengecek media sosial saya beberapa hari ini, dan ada kaitannya dengan “ketidakberuntungan” orang yang ingin memenuhi hak pendidikannya dengan cara yang, menurut saya, kurang pantas dan kurang masuk akal.

Tren Penggalangan Dana Melalui Situs Online

Tren penggalangan dana atau fundraising melalui situs online sedang gencar-gencarnya di Indonesia saat ini. Sebut saja di situs Kita Bisa. Saya pun pernah memanfaatkan situs penggalangan dana di Kita Bisa untuk membantu seorang guru tunanetra yang mendirikan sekolah luar biasa dan saya akui situs tersebut memang memudahkan orang untuk bisa turut berdonasi. Namun sayangnya, ada beberapa campaign yang tidak masuk akal dan terlihat “memanfaatkan keadaan” untuk kepentingan pribadi yang sebenarnya tidak terlalu mendesak, hingga kemudian disebut sebagai fenomena pengemis online.

https://twitter.com/goyobodkaleng/status/1191537205866450944?s=09

Baca Juga:

Dosa Jurusan Pendidikan yang Membuat Hidup Mahasiswanya Menderita

Sekolah Swasta Gratis, Ide Gila yang Bisa Bikin Pendidikan Makin Miris

Sebut saja campaign “Bantu Novi Mewujudkan Mimpinya Berkuliah”. Saat ini sedang ramai dibicarakan di Twitter dan menuai banyak tanggapan. Mayoritas, para netizen tidak mendukungnya karena tidak ada hal yang mendesak dan penting dalam campaign tersebut. Terlebih, estimasi dana yang disajikan dalam campaign tersebut tidak sesuai dengan kalkulasi yang dilakukan secara logis oleh netizen. Selain itu, universitas tujuan Novi yang berada di negara Turki tersebut memiliki peringkat dunia yang ternyata jauh di bawah peringkat rata-rata universitas di Indonesia. Novi juga ternyata mendaftar melalui jalur mandiri dan tidak mendaftar beasiswa. Kalau kuliah di Indonesia, mau itu kampus negeri atau swasta, lebih murah dibanding berkuliah di luar negeri. Lantas, mengapa Novi harus memilih kampus di luar negeri yang peringkatnya saja tidak bagus?

Banyak sekali tanda tanya besar dari campaign tersebut. Saya dan mungkin banyak netizen yang mengetahui hal ini, melihat banyak sekali fenomena “pengemis online” yang ada di situs penggalangan dana. Dengan ditonjolkan keadaan finansial keluarga yang terlihat “kekurangan”, baik itu ayahnya seorang tukang bubur, tukang becak, atau tukang apa pun itu, tidak elok rasanya jika mereka malah mengandalkan situs penggalangan dana untuk kebutuhan yang tidak terlalu mendesak dan tidak masuk akal. Apalagi, jika campaign-nya dilakukan di lebih dari satu situs penggalangan dana.

Masih banyak campaign-campaign lain yang lebih butuh perhatian dan memang lebih mendesak dari campaign tersebut. Bisa jadi, dengan banyaknya campaign tidak jelas yang beredar di situs penggalangan dana yang ada, membuat orang yang awalnya rutin menyisihkan uangnya untuk berdonasi menjadi malas dan tidak percaya lagi. Hanya asumsi saya saja, tapi ada kemungkinan terjadi, bukan? Seperti salah satu influencer di Instagram, Andrea Gunawan (@catwomanizer), yang mengaku tiap bulannya rutin menyisihkan uang untuk berdonasi di Kita Bisa, jadi berhenti karena munculnya banyak pengemis online tersebut.

Sebenarnya, lebih banyak lagi kasus pengemis online ini selain dari ranah pendidikan. Seperti ada juga yang membuka penggalangan dana untuk membiayai tiket konser, biaya pernikahan, terlilit utang karena bisnis bangkrut, dan masih banyak lagi kasus aneh bin ajaib yang ada di berbagai macam situs penggalangan dana di Indonesia. Heran saya, apa memang tidak ada usaha nyata selain membuka penggalangan dana online? Apakah itu satu-satunya cara atau jalan keluar dari permasalahan mereka? Atau memang mereka hanya melihat kesempatan dalam kesempitan dengan memanfaatkan kebaikan hati orang-orang? Saya juga tidak tahu. Tapi, semoga mereka membuka mata dan hati mereka di kemudian hari dan menyadari bahwa apa yang mereka lakukan itu tidak benar dan tradisi semacam ini tidak boleh dilanjutkan.

BACA JUGA Transparansi Dana Sumbangan Crowdfunding atau tulisan Fariza Rizky Ananda lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 6 November 2019 oleh

Tags: kita bisaPendidikanpengemis online
Fariza Rizky Ananda

Fariza Rizky Ananda

ArtikelTerkait

Jiraiya Adalah HOS Tjokroaminoto di Konohagakure konoha terminal mojok.co

Mas Menteri, Coba Tengok Sistem Pendidikan Konoha

27 Desember 2020
Pendidikan Ideal Menurut Paulo Freire

Pendidikan Ideal Menurut Paulo Freire

4 April 2020
Informasi Bayar UKT yang Mepet Adalah Bukti Betapa Jeniusnya Birokrat Kampus perguruan tinggi negeri

Informasi Bayar UKT yang Mepet Adalah Bukti Betapa Jeniusnya Birokrat Kampus

26 Januari 2023
pendidikan indonesia mojok

Pendidikan di Indonesia Kurang Industri Bagaimana, Pak Muhajir?

9 Juli 2020
Orang Miskin Itu Boleh Meromantisasi Anaknya Kuliah, kok! terminal mojok.co

Orang Miskin Itu Boleh Meromantisasi Anaknya Kuliah, kok!

1 Juli 2021
PPPK usia senja mojok

Guru Usia Senja Ikut Ujian PPPK, Kisah Sedih yang Selalu Terulang

17 September 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

3 Alasan Saya Lebih Senang Nonton Film di Bioskop Jadul Rajawali Purwokerto daripada Bioskop Modern di Mall Mojok.co

3 Alasan Saya Lebih Senang Nonton Film di Bioskop Jadul Rajawali Purwokerto daripada Bioskop Modern di Mall

5 Desember 2025
Angka Pengangguran di Karawang Tinggi dan Menjadi ironi Industri (Unsplash) Malang

Ketika Malang Sudah Menghadirkan TransJatim, Karawang Masih Santai-santai Saja, padahal Transum Adalah Hak Warga!

29 November 2025
Sudah Saatnya Bandara di Indonesia Menjadi Ruang untuk Mempopulerkan Makanan Khas Daerah

Sudah Saatnya Bandara di Indonesia Menjadi Ruang untuk Mempopulerkan Makanan Khas Daerah

3 Desember 2025
Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi Mojok.co

Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi

29 November 2025
Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

2 Desember 2025
Menambah Berat Badan Nyatanya Nggak Sesederhana Makan Banyak. Tantangannya Nggak Kalah Susah dengan Menurunkan Berat Badan

Menambah Berat Badan Nyatanya Nggak Sesederhana Makan Banyak. Tantangannya Nggak Kalah Susah dengan Menurunkan Berat Badan

29 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.