Ketimbang pergi ke Gresik, orang Lamongan kayak saya memilih jalan-jalan ke Tuban.
Siapa pun yang tinggal di Lamongan pasti pernah merasakan keresahan ini. Yakni ketika kepala lagi mumet dan butuh rehat sebentar, kota sendiri rasanya nggak menyediakan banyak pilihan buat healing yang layak.
Memang ada pantai, tapi harus diakui kurang begitu proper. Taman kota maupun alun-alun juga sudah sangat “so yesterday”, sebab sudah lama tak ada perbaikan dan pembaruan. Serasa diam di tempat saja.
Akhirnya, banyak warga Lamongan yang harus “mengungsi” dulu kalau butuh hiburan. Pertanyaannya, larinya ke mana? Kalau dilihat sekilas, mungkin logika awal bakal mengarah ke Gresik yang ada di sebelah timur.
Selain terlihat lebih banyak kafe kalcer, di sana juga ada dua mall, serta tujuan hedon yang lebih banyak. Tapi faktanya, saat akhir pekan tiba, mobil dan motor dari Lamongan justru lebih sering mengarah ke barat. Tujuannya adalah ke Tuban.
Fenomena ini bukan isapan jempol. Dari obrolan warung kopi sampai unggahan story Instagram, Kalau sedang pusing, banyak pemuda yang memutuskan ke Tuban ketimbang Gresik. Kenapa bisa begitu? Ada alasannya. Saya akan bahas perlahan.
Jalan dari Lamongan ke Tuban lebih ramah jiwa dan mental
Rute Lamongan–Tuban itu cenderung mulus dan lapang. Truk besar memang tetap ada, tapi jumlahnya tak sebrutal jalur arah Gresik yang seperti diatur langsung oleh para megatron. Khususnya di daerah Manyar. Jan, benar-benar harus bersaing dengan kendaraan raksasa yang meleng dikit selesai sudah.
Belum lagi ditambah vibes industri yang bikin kepala makin berat, bukan makin rileks. Sedangkan kalau orang Lamongan ke Tuban, jalannya lebih santai. Masih bisa agak tenang berkendara, dan tentu saja embusan angin pesisir yang sepoi-sepoi sepanjang jalan. Sebuah kombinasi sempurna untuk menurunkan tensi sebelum sampai tempat tujuan.
Gresik sumpek dan Tuban yang lebih slow
Gresik itu kota industri. Banyak sekali pabrik. Dan tentu saja, UMR-nya cukup solid. Karena itu banyak juga yang “pindah” ke sana untuk sekadar mencari penghidupan layak.
Masalahnya, yang pindah ini jumlahnya buanyak. Jika diamati, pertumbuhan kos-kosan dan perumahan di Gresik meningkat terus. Alhasil suasananya memang terasa sumpek. Terlalu penuh.
Sementara Tuban berbeda. Kota ini yang masih punya banyak ruang bernapas. Mau nongkrong di alun-alun? Bisa. Jalan sore ke Pantai Boom? Boleh. Mau santai di gedung tengah kota tanpa pusing suara klakson? Sangat memungkinkan. Dan masih sangat masuk akal untuk mencari tempat tenang tanpa banyak orang yang berkumpul di satu area. Dan dari sisi ini, Tuban unggul jauh.
Healing di Tuban sejalan dengan kondisi dompet warga Lamongan
Untuk banyak warga Lamongan, healing tetap harus ekonomis. Bukan karena pelit, tapi karena UMP kami masih kearifan lokal banget. Jika menyoal kuliner, di Tuban memang lebih mashok. Mungkin karena UMP hampir setara, harga yang ada juga masih bisa diterima akal sehat. Pun tiket wisata juga masih aman banget. Banyak juga yang gratis.
Bandingkan dengan Gresik yang biaya hidupnya mengikuti laju industrinya yang lebih tinggi, lebih kompetitif, dan lebih bikin mikir dua kali sebelum pesan menu di kafe-kafe kalcer dan Instagram-able itu.
Pilihan hiburan Tuban makin lengkap
Dulu Tuban sering dianggap kota transit. Tapi pelan-pelan ia berbenah. Ruang publik makin banyak. Ada Rest Area Tuban Abhirama, ada Abhipraya atau taman hutan kota, bahkan alun-alun sekarang lebih oke. Kabar terbarunya, akan dibuka mall di pertengahan bulan ini. Artinya, Tuban bersiap menyajikan hiburan yang lengkap dari ujung ke ujung.
Sementara ke Gresik tidak demikian. Memang banyak pilihan juga sebenarnya, tapi sebagian besar tersebar di titik-titik yang dikelilingi kawasan industri. Dan tak ada spot yang memang vibe-nya alam banget. Sedangkan di Tuban buanyak, mulai dari pantai, gunung, goa, sampai bukit.
Jadi, wajar kalau warga Lamongan pilih kabur ke Tuban
Bukan berarti Gresik nggak layak didatangi. Hanya saja, ketika kepala lagi penuh dan hati ingin tenang, Tuban menawarkan paket yang lebih komplit bagi warga Lamongan. Perjalanan nyaman, suasana adem, harga bersahabat, dan hiburan makin variatif.
Sebab, healing itu bukan cuma soal tempat tujuan, tapi juga proses menuju ke sana. Dan bagi orang Lamongan, perjalanan ke Tuban sudah terasa seperti bagian dari liburan itu sendiri. Karena itu, kalau pada akhirnya pilihannya selalu ke Tuban, ya jangan heran. Yah, Tuban memang selalu menjadi opsi paling mashok akal.
Penulis: M. Afiqul Adib
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Sudah Saatnya Pusat Kabupaten Lamongan Dipindah, dan Babat Adalah Opsi Paling Masuk Akal.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















