#2 Harga makanan bisa naik berkali-kali lipat
Sudah menjadi rahasia umum kalau di tempat wisata harga makanan bisa lebih mahal daripada di tempat lain. Ini juga terjadi di Kawah Ijen. Harga air mineral ukuran besar, yang biasanya dijual Rp5.000, di Kawah Ijen bisa dijual hingga sampai dua kali lipatnya.
Inilah alasan kenapa saya sering menyarankan teman-teman yang hendak mengunjungi Kawah Ijen supaya membawa bekal sendiri. Untungnya di sekitar rumah saya ada begitu banyak toko-toko serba ada yang memang disediakan untuk para wisatawan. Masalah harga tentu saja lebih terjangkau. Sehingga, mereka bisa singgah sebentar untuk mempersiapkan perbekalan.
#3 Menyaksikan blue fire Kawah Ijen perlu usaha ekstra
Banyak pengunjung mengira, mereka cukup mendaki sebentar sata untuk mencapai Kawah Ijen dan menyaksikan blue fire. Kenyataannya tidak demikian, selain bersusah payah mendaki, kalian perlu bangun pagi-pagi buta, pukul 02.00 WIB. Tidak hanya sampai di situ, kalian juga perlu antre panjang untuk melakukan pembayaran. Walau pembayaran bisa juga dilakukan secara online, pengunjung tetap perlu menunjukkan bukti QRIS .
Bukan sekedar mendaki, medan perjalanan ke Kawah Ijen bisa sangat menantang apalagi untuk kalian yang tidak pernah berkegiatan alam. Asal tahu saja, ketika turun ke kawah pengunjung perlu ekstra hati-hati karena terjal dan banyak bebatuan. Ditambah asap belerang yang tiba-tiba menyerang bisa membuat dada sesak. Saya pernah menuruni kawah tersebut saat siang hari dan hasilnya membuat saya kapok untuk mengulanginya lagi. Nggak kebayang kan kalau turun ke kawah saat hari masih gelap?
#4 Kawah Ijen yang ramai
Hal selanjutnya yang membuat saya malas berwisata ke Kawah Ijen adalah keramaiannya yang sering nggak masuk akal. Setiap hari Kawah Ijen selalu saja dipenuhi pelancong. Baik lokal atau wisatawan mancanegara.
Bagi warga sekitar seperti saya, berwisata ke sini bukan menjadi pilihan tepat untuk melepas penat. Yang ada malah makin pusing melihat lautan manusia. Saran saya, jika kalian nggak suka keramaian, kalian biasa ke tempat-tempat wisata di sekitar Kawah Ijen yang lebih cocok buat slow living.
Di atas beberapa alasan yang membuat saya orang Bondowoso malas berwisata ke Kawah Ijen. Ini bukan berarti saya menghasut agar kalian nggak mencintai wisata lokal loh ya. Tapi, supaya kalian nggak berekspektasi ketinggian saat memilih Kawah Ijen sebagai tempat wisata, siapkan berbagai skenario kurang menyenangkan karena hal itu mungkin saja terjadi.
Penulis: Ahmad Dani Fauzan
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA 4 Hal Sepele yang Bisa Bikin Warga Kampung Durian Runtuh “Upin Ipin” Geram
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















