Memiliki kulit glowing menjadi cita-cita saya di usia kepala tiga ini. Mungkin terlambat, tapi tak apalah. Bukankah nggak ada kata terlambat untuk sebuah cita-cita mulia?
Waktu kecil saya sangat terobsesi memutihkan kulit. Berhubung saya punya warna kulit ciri khas Malayan Mongoloid yang kentara sekali warna gelapnya, maka menjadi putih seperti iklan sabun itu agaknya sebuah mimpi. Salah satu cara paling primitif yang pernah saya lakukan untuk memutihkan kulit adalah menggosok-gosok kulit dengan batu. Bukannya putih, saya malah bermimikri jadi merah. Yassalam!
Berdasarkan pengalaman pribadi, menjadi putih bak artis di TV atau drakor itu memang kayaknya so beautiful. Tapi, bagi saya hal tersebut seperti nggak menyayangi diri sendiri dan menolak karunia Tuhan. Jumlah pigmen kita diciptakan bukan tanpa sebab pastinya.
Ada pengetahuan umum yang kadang terlupakan. Negara kita ini terletak di Asia bagian Tenggara yang mana matahari bersinar hampir sepanjang tahun, lho! Warna kulit kita—terutama saya—yang kayak sawo matang ini mudah beradaptasi dengan paparan sinar matahari. Nggak manjalita amat laaah. Bayangkan jika warna kulit kita putih susu kayak orang Asia Timur. Yang ada meronta-ronta si kulit. Jadi, kalau masih pengin kulit putih, saya sarankan pindah negara. Biar suntik putihnya nggak mubazir.
Saya punya cerita agak mencekam sewaktu SMA, nih. Salah satu kawan saya benar-benar percaya kriteria cantik itu berkulit putih. Dia rela membeli produk-produk Cina yang hits pada zamannya sebagai whitening cream. Duh, nelangsa saya kalau ingat. Wajahnya jadi mengelupas dan kalau kena sinar matahari memerah. Itu nggak berlangsung sebentar, lho! Soalnya beberapa kali waktu jam pelajaran Penjaskes, dia nggak ikut. Ya alasannya karena kulit wajahnya nggak kuat kena sinar matahari.
Nah, setelah sadar penuh bahwa cantik tak identik dengan putih. Maka saya memutuskan untuk memiliki kulit glowing saja. Alasan simpelnya karena glowing ini cocok di hampir semua warna kulit. Dari yang gelap, agak gelap, cokelat, kuning langsat, putih, putih susu. Nanti kemilau di setiap warna kulit akan berbeda. Di situlah letak keunikan kulit glowing.
Kulit glowing nggak akan mengubah warna kulit asli, tapi justru memancarkan keindahannya. Ujung-ujungnya kita nggak perlu lagi ndempul muka pakai ina ini itu yang mana nggak semua individu mampu melakukannya. Bagi perempuan seperti saya yang kemampuan makeup-nya cethek, tentu sangat bermanfaat. Praktis, ekonomis, cantik, dan elegan. Ya nggak, sih Nampak elegan karena cantiknya itu natural, Mylov. Pas dijejeri warna kulit tangan sama muka itu 11:12 saja. Tapi berasa nyenengin saja kalau dilihat. Tetap terlihat glow up meskipun minimalis gitu, lho!
Yang paling pokok, memiliki kulit glowing itu modalnya nggak banyak-banyak amat. Karena urusan pokok kita ada pada wajah. Kalau mau menyeluruh juga bisa pake banget, kok! Rajin olahraga, minum dan makan sehat, dan menjaga pola hidup. Itu beberapa hal yang bisa memancarkan kecantikan hanya dengan modal konsisten.
Sedangkan kulit putih itu kalau mau maksimal ya harus seluruh tubuh. Treatment-nya pun butuh D-U-I-T! Intinya, kalau mau memiliki kulit putih harus maksimal. Maksimal dokunya. Sesuatu yang muskil dilakukan oleh kaum Sudra. Kalau kalian punya kulit kayak saya, terus yang putih bagian muka saja, hasilnya nanti mirip lambang Yin dan Yang itu. Naudzubillah!
Sudahlah, Mylov! Memiliki kulit glowing memang impian kita bersama supaya bisa glow up menghadapi kenyataan hidup. Bukan begitu?
BACA JUGA Panduan Kombinasi Skincare yang Bikin Kulitmu Sehat nan Glowing dan tulisan Nurul Noviyanti lainnya.