Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Alasan Makam di Kampung Saya Tidak Bisa Menerima Jenazah dari Luar Kampung

Reni Soengkunie oleh Reni Soengkunie
14 Oktober 2020
A A
ereveld makam korban perang belanda jogja sulitnya cari makam kuburan mojok

jogja sulitnya cari makam kuburan mojok

Share on FacebookShare on Twitter

Beberapa waktu lalu saya membaca artikel di Terminal Mojok tentang betapa sulitnya mencari makam di Jogja. Jujur saya merasa prihatin akan hal itu. Yah, gimana nggak prihatin coba. Bayangin aja kalau kita yang jadi jenazahnya itu, sudah meninggal tapi kok ya masih saja menemukan masalah. Tapi, sebenarnya hal ini nggak hanya terjadi di Jogja saja sih, hampir di semua kota besar yang padat penduduk banyak mengalami masalah serupa. Apalagi Jakarta, tidak hanya biaya hidup yang mahal namun biaya kematian juga cukup mahal sekali di sana.

Gara-gara artikel ini saya jadi teringat tentang pembicaraan saya dan bapak saya beberapa waktu yang lalu. Bapak cerita bahwa di kampung saya sudah diadakan musyawarah bersama dan kini makam di desa sudah memiliki aturan baru. Pertama, tidak ada yang boleh mengkeramik samping-samping nisan, soalnya ini menghabiskan tempat. Kedua, para perantau boleh dimakamkan di kuburan tersebut namun dengan catatan dia merupakan keturunan dari generasi pertama warga desa.

Generasi pertama warga desa yang dimaksud itu gini. Misal saya kan sudah merantau dan sudah ganti KTP, saya atau suami saya masih bisa dikuburkan di sana jika suatu hari nanti saya meninggal. Tapi, kalau saya punya anak, si anak ini sudah tidak bisa dikuburkan di sana, kecuali kalau saya pindah lagi ke sana.

Di desa saya itu kebetulan ada dua makam. Luasnya mungkin kalau digabung, kurang lebih seluas setengah lapangan bola. Secara sederhana sih, makam seluas itu cukup untuk menampung warga setempat untuk beberapa dekade.

Makam kampung saya itu sebelumnya bebas untuk semua orang. Tidak memandang dia orang mana, asalnya dari mana, dan agamanya apa, asal ada kerabat atau orang yang kenal saja dengan warga desa, tak masalah jika mau dikuburkan di makam tersebut. Tidak ada itu yang namanya makam keluarga. Selain itu makam di tempat saya itu tidak ada biaya administrasi. Bahkan untuk menggali kuburnya saja tidak dikenai biaya karena semua dilakukan oleh warga desa.

Kebetulan desa saya itu punya perjanjian bilateral dengan desa sebelah. Jadi kalau ada warga kami yang meninggal, tukang gali kuburnya dari warga desa sebelah. Begitu juga sebaliknya. Kalau yang meninggal warga desa sebelah, warga kami yang jadi tukang gali kuburnya di sana. Paling bayarannya cuma ngirim teh hangat sama nasi ramesan, kalau ada ya sama gorengan lah.

Desa saya itu sangat peduli sekali dengan orang yang meninggal dan jiwa gotong royongnya masih solid. Kalau ada warga yang meninggal dunia, pihak keluarga nggak perlu pusing lagi masalah biaya atau keperluan prosesi penguburan. Semua warga kompak membawakan semua kebutuhan yang ada. Dari mulai beras, sayuran, sembako, bahkan bahan untuk kenduri juga disponsori warga semua. Waktu simbah saya meninggal dulu, itu bahan pokok sampai cukup buat empat puluh hari, jadi ibu saya nggak perlu keluar rumah buat nyari kebutuhan pokok sehari-hari selama masa duka.

Makanya di sejak kecil saya selalu diwanti-wanti dengan kalimat, “Kalau kamu nggak mau guyub dan surawung sama warga, besok kalau mati dikubur sendiri loh!”

Baca Juga:

Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

4 Aturan Tak Tertulis Berwisata di Jogja agar Liburan Tetap Menyenangkan

Gara-gara makam di desa itu bebas, banyak sekali orang kota yang menguburkan sanak famili hingga kerabat jauh di makam kami. Hal ini berlangsung terus menerus karena biaya pemakaman di kota katanya mahal sekali. Rumah saya kebetulan dekat dengan makam, sehingga jika ada pemakaman tentu saya tahu. Dulu saya sering bingung, banyak orang yang tak saya kenal dikuburkan di makam tersebut. Kadang jenazah dari Jakarta, Jawa Barat, Jogja kota, dan lain-lain.

Belakangan ini warga baru sadar kalau makam di desa saya itu semakin lama sudah semakin penuh. Hanya tinggal beberapa lahan kosong yang tersedia. Oleh karenanya, sekarang dibuatlah aturan tersebut.

Orang luar yang tidak boleh dikuburkan di sini tuh, bukan berarti pendatang loh ya. Para pendatang dari luar Jogja tentu boleh saja, nggak ada patokan mau warga asli atau bukan. Hanya saja para pendatang ini tinggal di desa kami, jadi ya sudah dianggap warga sendiri. Toh, warga pendatang di kampung saya banyak juga kok yang dimakamkan di pemakaman tersebut.

Soal pemakaman kayak gini serba susah juga kan ya. Mau bebas untuk umum, tapi lahan tidak memadai. Kalau makam penuh, akhirnya warga juga yang kesulitan kalau ada yang meninggal. Padahal dari saya kecil hingga sekarang, makam di desa saya itu lahannya nggak nambah-nambah. Tapi, tiap tahunnya, jumlah batu nisan makin banyak saja.

Dulu pas saya kecil itu, saya bahkan hafal semua nisan di makam desa saya. Saya biasanya tiap minggu ditugaskan bapak untuk menyapu kuburan, jadi saya hafal siapa saja yang dikuburkan di sana. Tapi, sekarang pas pulang kampung dan datang ke kuburan, saya sudah nggak kenal makam siapa saja di sana karena saking banyaknya.

Walau kelihatannya sepele, tapi kuburan gini tuh termasuk fasilitas umum yang sangat penting. Namun, justru fasilitas pemakaman seperti ini kurang mendapat perhatian serius. Orang mungkin berpikir urusan mati bisa dipikir nanti-nanti, tapi orang lupa kalau semua yang hidup nantinya mati juga. Ini harusnya jadi perhatian dan kerjasama dari semua pihak agar tidak ada lagi cerita jenazah yang terlantar karena tidak ada tempat yang mau menerimanya.

BACA JUGA Kenapa Kita Selalu Dituntut Harus Terlihat Produktif sih? dan tulisan Reni Soengkunie lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 14 Oktober 2020 oleh

Tags: jenazahJogjakampungkuburanmakam
Reni Soengkunie

Reni Soengkunie

Manusia yang suka mainan sama kucing, suka nonton video kucing, dan hobi ngobrol sama kucing. IG/Twitter: @renisoengkunie.

ArtikelTerkait

3 Hal yang Perlu Diperhatikan Warga Jawa Timur yang Mau Merantau ke Jogja

3 Hal yang Perlu Diperhatikan Warga Jawa Timur yang Mau Merantau ke Jogja

17 Februari 2023
Jalan Godean Tembus Kulon Progo- Rute Anak Tiri (Unsplash.com)

Jalan Godean Tembus Kulon Progo: Rute Anak Tiri

25 Agustus 2022
Derita Lulusan S2 Jogja, Dikasihani dan Ditolak Puluhan Sekolah (Unsplash)

Lulusan S2 Kesulitan Cari Kerja di Jogja: Ditolak Puluhan Sekolah karena NU dan Tidak Punya KTA Muhammadiyah Sampai Nggak Tega Ngasih Gaji Kecil

3 Agustus 2025
Jalan Imogiri Timur: Jalan Panjang Penuh Pesan, Aroma Sate, dan Ujian Kesabaran Nasional

Jalan Imogiri Timur: Jalan Panjang Penuh Pesan, Aroma Sate, dan Ujian Kesabaran

1 Juli 2025
Masjid Jogokariyan, Tempat Ideal untuk Bertobat Mahasiswa Jogja (Hammam Izzuddin)

Mahasiswa Jogja yang Ingin Bertobat di Bulan Ramadan Wajib Berkunjung ke Masjid Jogokariyan

14 Maret 2025
Mie Yamin Bandung vs Jogja, kuliner mana yang lebih enak_ (Unsplash)

Mie Yamin Bandung Superior Dibanding Jogja: Ribut Kuliner yang Efektif Memecah Bangsa

16 November 2022
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

3 Sisi Lain Grobogan yang Nggak Banyak Orang Tahu

3 Sisi Lain Grobogan yang Nggak Banyak Orang Tahu

4 Desember 2025
Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

2 Desember 2025
Malang Nyaman untuk Hidup tapi Bikin Sesak Buat Bertahan Hidup (Unsplash)

Ironi Pembangunan Kota Malang: Sukses Meniru Jakarta dalam Transportasi, tapi Gagal Menghindari Banjir

5 Desember 2025
6 Hal Sepele, tapi Menyebalkan Saat Zoom Meeting Mojok

6 Hal Sepele, tapi Menyebalkan Saat Zoom Meeting

30 November 2025
3 Alasan Soto Tegal Susah Disukai Pendatang

3 Alasan Soto Tegal Susah Disukai Pendatang

30 November 2025
Ketika Warga Sleman Dihantui Jalan Rusak dan Trotoar Berbahaya (Unsplash)

Boleh Saja Menata Ulang Pedestrian, tapi Pemerintah Sleman Jangan Lupakan Jalan Rusak dan Trotoar Tidak Layak yang Membahayakan Warganya

3 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana
  • Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.