Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Mitos Angker Suatu Tempat Itu Ada agar Tempat Itu Tetap Terjaga

Rahmita Laily Muhtadini oleh Rahmita Laily Muhtadini
5 November 2020
A A
tempat angker aksara jawa orang indonesia identitas karakter merapi mojok

angker aksara jawa orang indonesia identitas karakter merapi mojok

Share on FacebookShare on Twitter

Semua orang seharusnya sadar bahwa kita hidup selalu akan berdampingan dengan alam. Makhluk hidup terdiri atas manusia, hewan, tumbuhan, juga mikroorganisme. Sejauh hidup berjalan, janganlah menjadi manusia yang egois. Hidup bukan hanya bagaimana kita bertahan sendiri, tetapi juga menjaga kehidupan makhluk hidup lainnya. Sehingga sudah seharusnya manusia peduli akan kelestarian lingkungan sekitar.

Jangan sampai masih memiliki pola pikir merusak seperti: menebang pohon seenaknya, buang sampah ke sungai sesantai itu, cari ikan pakai bom, merusak terumbu karang, bakar hutan demi membuka lahan, atau bahkan mengusik dan membunuh suatu rantai kehidupan demi kepentinganmu seorang. Giliran ada bencana alam yang disebabkan ulah manusia, pada bersedih dan mengutuk pemerintah maupun Tuhan. Woi, apa emang suka nggak sadar diri gitu ya?!

Baru-baru ini yang bikin orang gemes adalah pembangunan Pulau Komodo. Katanya sih mau membantu perekonomian dan bikin sejahtera umat manusia. Kadang sedih aja gitu, manusia mungkin akan sejahtera dan bahagia setelah pembangunan pulau komodo selesai, tetapi apakah hewan dan tumbuhan di sekitar akan benar-benar hidup tenang dan aman sentosa juga? Ya nggak tau juga sih. Hanya bisa berharap banyak, semoga pembangunannya mengikuti protokol kelestarian alam.

Terlepas dari perdebatan soal pembangunan Pulau Komodo, coba kita mundur ke masa-masa sebelumnya. Waktu kita semua masih pada kecil, kita sering mendengar orang tua atau kakek-nenek memperingatkan agar tidak berperilaku sembarangan ketika datang ke suatu tempat. Misalnya kita mau ke hutan, gunung, pantai, atau bahkan sungai, akan selalu ada pesan yang dibumbui mantap dengan cerita horor.

“Hati-hati, jangan sembarangan bicara dan buang sampah! Nanti penunggu di sana marah!”

“Jangan bikin gaduh dan merusak apapun, nanti kamu pulangnya nggak selamet!”

“Di sana angker, kalau kamu pipis sembarangan atau bikin masalah, akan sial seumur hidup!”

Gara-gara pesan orang tua yang terkesan mengancam itulah, ketika berada di lokasi, kita berupaya menjaga diri dan lingkungan sekitar. Soalnya kalau melanggar, risikonya ngeri-ngeri sedap. Meski terkesan tidak masuk akal, memberikan nasihat dengan bawa-bawa penunggu dan makhluk halus ternyata adalah hal ampuh.

Baca Juga:

Pacaran di Kebun Raya Bogor Bikin Putus? Halah, Omong Kosong!

4 Keuntungan Punya Rumah Dekat Kuburan yang Jarang Disadari Orang

Nasihat dengan membawa nama penunggu dan makhluk halus, biasanya lebih mudah ditaati daripada nasihat yang pakai logika dan data ilmiah, seperti:

“Jangan bertingkah sembarangan! Nanti kamu bisa mengganggu komodo yang butuh ketenangan”

“Kalau kamu sembarangan pipis dan buang sampah, kamu bisa merusak ekosistem di sekitar. Bikin hewan atau tumbuhan terganggu! “

“Jangan membawa pulang apapun, karena di sana ada banyak hal yang hidup di bawah perlindungan hukum dan alam.”

Dikasih nasihat semacam ini? Aduh, Bang Jago, mana mempan!

Beda sekali kalau dikasih nasihat pakai embel-embel mistis, langsung bulu kuduk berdiri dan pasang mode waspada alias takut setengah mati. Wajar sih kita lebih mudah percaya hal mistis. Mungkin karena nenek moyang kita dulu menganut kepercayaan animisme dan dinamisme. Wajar aja gitu, kita sebagai keturunannya lebih cepat mencerna informasi yang mistis daripada yang ilmiah.

Saya jadi ingat, saat SMA pernah mengikuti kegiatan sekolah untuk belajar biologi dan muatan lokal sambil liburan ke Taman Nasional Alas Purwo. Sebelum keberangkatan saya sudah mendapat banyak nasihat dari guru sekolah, bahwa di sana kita harus selalu waspada dan berhati-hati. Cerita mistis tentang seramnya Alas Purwo pun selalu membayang-bayangi.

Tetapi, begitu sampai di hutan tertua Pulau Jawa, Alas Purwo, saya terpukau dengan keindahan alamnya. Kami menjelajahi ke area sekitar, lalu menemukan mata air yang jernih, pantai yang cantik, pohon-pohon yang gagah, dan beragam hewan yang belum pernah ditemui.

Selama menjelajah tentu kami sudah diwanti tidak boleh memetik tanaman sembarangan, membawa pulang benda-benda sekitar, apalagi sampai buang sampah seenak jidat. Kami nurut bukan karena alasan menjaga alam, tapi karena ingat katanya ini tempat angker, takut aja nggak bisa pulang dan atau malah kenapa-napa.

Ketika menyusuri hutan kami selalu diingatkan untuk tidak berisik, saya pikir ini pasti karena ada banyak “penunggu” di sini. Tetapi, selama berada di hutan, akhirnya saya menemukan jawaban: mengapa tidak boleh berisik? Ya karena berisik sedikit, nyawa kami bisa melayang diterkam hewan-hewan. Ada banyak hewan buas nan langka yang hidup di Alas Purwo. Saya sempat bertemu babi hutan, burung merak, kawanan rusa, jajaran monyet, banteng, dan segenap hewan lainnya yang hidup dengan membutuhkan ketenangan.

Selain itu, Alas Purwo merupakan tempat hidup bagi tanaman dan pohon-pohon langka. Selama perjalanan kami merasakan hutan yang ramai dengan kicauan burung atau bunyi hewan-hewan yang saya pun tidak tahu apa namanya. Sampai di sini saya sadar, bahwa ketenangan adalah hal yang dibutuhkan makhluk-makhluk tersebut agar mereka tidak merasa terancam.

Berisik sedikit, mereka akan lari terbirit-birit atau malah menyerang kita. Ibarat manusia, kita lagi santai di pantai sambil merem syahdu, tiba-tiba ada suara berisik. Pasti kisa langsung marah-marah dan kesal kan? Seperti itulah yang dirasakan hewan di sana kalau ada yang berisik dan mengganggu.

Banyak tanaman langka di sana, kalau kita asal petik, sama saja kita tidak menjaga kehidupan mereka. Makanya pesan nenek moyang yang dibumbui cerita angker tentang suatu tempat, ada benarnya juga. Cerita angker dan horor itu membuat kita selalu berhati-hati, supaya saling menjaga kehidupan seluruh makhluk.

Tapi, memang cerita mistis dan angkernya Alas Purwo tak bisa diabaikan. Saat ke Alas Purwo, saya juga menemukan beberapa gua. Gua tersebut banyak digunakan untuk bersemedi. Tentu semua tahu, bahwa orang yang semedi membutuhkan ketenangan. Mungkin itulah alasan nenek moyang bilang lokasi ini angker, supaya kita juga nggak grasak-grusuk, mengusik ritual orang lain.

Hutan, gunung, laut atau lokasi alam lainnya adalah surga kehidupan bagi aneka flora dan fauna. Beberapa tempat yang sering dikatakan angker, bisa jadi karena tempat itu menyimpan sisa-sisa sejarah atau hal penting lainnya yang harus dilindungi.

Sebagai manusia yang dibekali akal dan pikiran, kita seharusnya bisa lebih berhati-hati dan turut menjaga.

“Jangan sampai meninggalkan apapun selain jejak, dan jangan mengambil apa pun selain kenangan.”

Hidup ini bukan hanya soal manusia, tapi juga alam semesta. Kalau kita sudah membuat viral suatu tempat, tugas berikutnya adalah memberi edukasi untuk menjaga kelestarian alam di sana.

Sebagai manusia kita pun selalu ingin hidup tenang, bukan? Hal yang sama pun ingin dirasakan makhluk lainnya. Jadi, sudahlah cukup bersikap egoisnya. Nanti kalau alamnya rusak, kan manusia juga yang repot.

BACA JUGA Dear Love, Jangan Pernah Takut Bilang Cukup Untuk Toxic Relationship, Kamu Berhak Bahagia dan tulisan Rahmita Laily Muhtadini lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 5 November 2020 oleh

Tags: angkerHororMitospelestarian lingkungan
Rahmita Laily Muhtadini

Rahmita Laily Muhtadini

Seorang lulusan psikologi yang senang bermain dengan kata-kata. Aktif memberi edukasi di instagram @lembarbertumbuh

ArtikelTerkait

hal mistis

Sebagian Orang Indonesia yang Seringkali Mengaitkan Segala Sesuatunya dengan Hal Mistis

7 Agustus 2019
mitos kebun raya bogor

Kebun Raya Bogor dan Salah Kaprah Tentang Mitos di Dalamnya

18 Juni 2019
Ilmu Titen dan Mitos Jawa Itu Beda, Jangan Dipukul Rata terminal mojok.co

Ilmu Titen dan Mitos Jawa Itu Beda, Jangan Dipukul Rata

11 Juli 2021
mitos jawa anak sesajen mojok

Penjelasan Ilmiah Beberapa Mitos yang Banyak Diyakini oleh Masyarakat

18 September 2021
lingsir wengi

Lagu Lingsir Wengi dan Kaitannya Terhadap Kemunculan Kuntilanak di Penginapan

19 September 2019
8 Mitos Ngawur Seputar Olahraga, Cek Faktanya Terminal Mojok

8 Mitos Ngawur Seputar Olahraga, Cek Faktanya!

4 September 2022
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Video Tukang Parkir Geledah Dasbor Motor di Parkiran Matos Malang Adalah Contoh Terbaik Betapa Problematik Profesi Ini parkir kampus tukang parkir resmi mawar preman pensiun tukang parkir kafe di malang surabaya, tukang parkir liar lahan parkir

Rebutan Lahan Parkir Itu Sama Tuanya dengan Umur Peradaban, dan Mungkin Akan Tetap Ada Hingga Kiamat

2 Desember 2025
Jalur Pansela Kebumen, Jalur Maut Perenggut Nyawa Tanpa Aba-aba

Jalur Pansela Kebumen, Jalur Maut Perenggut Nyawa Tanpa Aba-aba

2 Desember 2025
Lamongan Megilan: Slogan Kabupaten Paling Jelek yang Pernah Saya Dengar, Mending Diubah Aja Mojok.co Semarang

Dari Wingko Babat hingga belikopi, Satu per Satu yang Jadi Milik Lamongan Pada Akhirnya Akan Pindah ke Tangan Semarang

30 November 2025
Angka Pengangguran di Karawang Tinggi dan Menjadi ironi Industri (Unsplash) Malang

Ketika Malang Sudah Menghadirkan TransJatim, Karawang Masih Santai-santai Saja, padahal Transum Adalah Hak Warga!

29 November 2025
Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

1 Desember 2025
3 Sisi Lain Grobogan yang Nggak Banyak Orang Tahu

3 Sisi Lain Grobogan yang Nggak Banyak Orang Tahu

4 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.