Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Dalam Menyederhanakan dan Meningkatkan Kadar Umpatan, Orang Ngapak Lebih Orisinal

Fadlir Nyarmi Rahman oleh Fadlir Nyarmi Rahman
28 Oktober 2020
A A
ngapak umpatan misuh jogja solo banyumas mojok

ngapak umpatan misuh jogja solo banyumas mojok

Share on FacebookShare on Twitter

Mas Dicky tempo hari menulis di Terminal Mojok tentang orang Jogja-Solo yang suka menyederhanakan kata umpatan. Sebenarnya, di daerah ngapak alias lingkup Banyumas Raya, hal tersebut juga menjadi pilihan utama untuk keadaan-keadaan tertentu hingga menggunakan umpatan secara politis untuk kesopanan, sekadar menyapa, guyon, atau saat kepengin-mengumpat-saja-gitu dengan orang-orang terdekat.

Dalam kondisi tanpa ketegangan seperti itu, sejujurnya kami lebih ra mashok lagi dalam menyederhanakan umpatan. Sebab, jika di Jogja-Solo menyiasati umpatan dengan memelesetkannya, di sini kami justru hanya memotong sebagian suku kata dan mengambil selebihnya.

Pada kata umpatan “asu” misalnya, alih-alih jadi “asem” atau “hasyu” justru kami menyederhanakannya menjadi hanya “su”. Penggunaannya pun sering diletakkan saat sedang mengeluh, memprotes, atau memastikan dengan halus seperti ini; “Ya aja kaya kuwe mbok, Su,”; “Su banget koh, ya,”; “Ya ora, ya, Su,”; dan lain-lain.

Walau demikian, hal tersebut menjadi bentuk pengaplikasian misuh versi lite yang sebenar-benarnya. Mengartikan maksud “menyederhanakan” secara harfiah sehingga menjadikannya orisinal. Tapi, kalau mau mengartikan orang ngapak nggak berbakat dalam menyembunyikan atau memlesetkannya, ya nggak masalah.

Soalnya, saya pikir itu merupakan salah satu bagian dari perwujudan nyata “blakasuta” sebagai falsafah hidup kami, orang ngapak: yang terang-terangan, jujur, tersurat, tanpa mlipir dan tedeng aling-aling. Langsung gas dan ‘bress’ saja, gitu.

Ya, bagaimana tidak, wong untuk membuat umpatan agar terkesan nggak kasar, hanya dilakukan dengan memotong suku katanya macam itu, sehingga siapa pun yang mendengar atau menjadi lawan bicaranya tentu akan tahu persis bahwa itu sebuah umpatan.

Hal tersebut saya kira akan menjadi masalah jika diterapkan di luar wilayah ngapak, di daerah Jogja-Solo misal. Tentu saja, akan dikira suatu umpatan sebagaimana maksud aslinya oleh mereka. Sekalipun sudah menggunakan nada-nada yang diperhalus.

Tapi, memang begitu sial kami ini, entah karena berbeda atau karena unik. Selain logat yang kerap menjadi bahan tertawaan, omongan ngapak biasa tanpa menggunakan kata umpatan saja, nada bicara kami bagi mereka sudah seperti sedang marah-marah. Apalagi kalau menerapkan potongan-potongan umpatan seperti yang sering kami lakukan, ya bisa-bisa dikira nantangin nantinya.

Baca Juga:

4 Hal yang Membuat Orang Solo seperti Saya Kaget ketika Mampir ke Semarang

8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah

Untung saja, kata-kata dan tingkat kekasaran suatu umpatan di daerah ngapak dan Jogja-Solo begitu berbeda. Di luar daerah kami, terutama dari Purworejo-Temanggung-Pekalongan hingga ke ujung timur Pulau Jawa, tentu nggak ada kata umpatan seperti “gabér”, “gatél”, “gudal”, “celék”, dan “pej*h”. Jika pun mengerti artinya, pasti tidak digunakan sebagai umpatan.

Maka dari itu, saya nggak khawatir jika keceplosan misuh dengan kata-kata itu jika sedang di daerah Jogja atau Solo. Ya, nggak ada yang tahu ini.

Pernah kejadian suatu waktu, saat saya praktik lapangan di salah satu rumah sakit di Jogja, saya sedang bercanda dengan teman, kemudian di tengah kumpulan pegawai yang sedang istirahat, saya keceplosan, “Lah lek laaah, aja nakal, ya.” Namun, anehnya tidak ada satu pun dari mereka yang berbalik dan menatap saya.

Padahal, saya langsung pucat karena nggak sengaja mengucapkannya. Setelah saya tanya ke salah satu teman yang kuliah di Jogja, ia membenarkan bahwa di Jogja tak mengerti kata “celék”. Untunglah.

Pasalnya, jika kejadian itu saya alami di sini, tentu saya akan dipelototi dan ditegur habis-habisan. Hahaha.

Oh, iya, kelima kata umpatan di atas, ditulis berdasarkan tingkat kekasarannya menurut saya yang tiap hari tak bisa lepas dari misuh-memisuhi. Dan saking kasarnya kata yang terakhir itu, saya harus menyensor huruf “u” di dalamnya.

Hukum menyederhanakan umpatan dengan mengambil sebagian suku katanya juga berlaku pada kelimanya, loh, dan akan menjadi hanya “bér”, “tél”, “dal”, “lék”, dan “j*h”. Setelah disederhanakan, maka kadar kekasaran di dalamnya berkurang, sehingga bisa digunakan secara “sopan” dan bukan untuk mengumpat.

Maka dari itu, pernyataan Mas Dicky yang menganggap kata “asu” atau “bajingan” sebagai kata umpatan terkasar di wilayah Jateng dan DIY, tidak sepenuhnya tepat. Tanya saja orang Banyumasan, pasti masih lebih mending diumpat dengan “asu” daripada “celék” apalagi “pej*h”.

Dan kata-kata umpatan dalam bahasa Ngapak, akan bertambah damage-nya bila ditambah dengan kata “mbok” atau “lah” di belakangnya. “Celék mbok!” atau “Gatel lah!”.

Lebih nggak ada obat lagi, jika dua umpatan dijadikan satu kata seperti “pej*h” ditambah “asu” yang menjadi “pej*ngasu”. Atau, dua kata dijadikan satu menggunakan kata hubung, yang menjadikan suatu umpatan lebih tak terampuni lagi seperti “celék mbok asu” dan “celék lah pej*uh”.

Nah, begitulah ensiklopedi kata-kata umpatan di daerah ngapak. Selain untuk menanggapi tulisan Mas Dicky, saya juga ingin menyalurkan emosi pada situasi belakangan yang begitu memuakkan dengan menuliskan kata-kata umpatan di atas.

Terakhir, jika kamu mendapatkan umpatan seperti itu nantinya, bermuhasabah diri lah (jangan kaya pemerintah). Sebab, bisa jadi kamu memang menjengkelkan sehingga pantas menerimanya.

BACA JUGA Nostalgia Album ‘Hybrid Theory’, Musik Metal di Segala Mental dan tulisan Fadlir Rahman lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 28 Oktober 2020 oleh

Tags: banyumasJogjangapaksoloumpatan
Fadlir Nyarmi Rahman

Fadlir Nyarmi Rahman

Seorang radiografer yang sedikit menulis, lebih banyak menggulir lini masa medsosnya. Bisa ditemui di IG dan Twitter @fadlirnyarmir.

ArtikelTerkait

Yamaha Grand Filano Teman Setia Healing di Sudut Jogja

Skripsi, Lari, dan Yamaha Grand Filano: Teman Setia Healing di Sudut Jogja

24 November 2025
Klaten, Kota Kecil yang Terlupakan di Tengah Pesona Jogja-Solo (Unsplash)

Klaten, Kota Kecil yang Terlupakan di Tengah Pesona Jogja dan Solo

24 September 2024
Salah Kaprah Anggapan Jogja Serbamurah. Tabok Saja kalau Ada yang Protes! terminal mojok.co

Jogja: Saya Cemburu Padamu

3 Agustus 2019
Jetis Jogja dan Jetis Bantul: Dua Daerah Berbeda dengan Nama dan Nasib yang Mirip Mojok.co

Jetis Jogja dan Jetis Bantul, Dua Daerah Berbeda dengan Nama dan Nasib yang Mirip

24 Oktober 2025
UNY yang Dahulu Bukanlah yang Sekarang, Tidak Lagi Jadi Kampus Merakyat seperti yang Selama Ini Diromantisasi Mojok.co

UNY yang Dahulu Bukanlah yang Sekarang, Tidak Lagi Kampus Merakyat seperti yang Selama Ini Diromantisasi

20 Agustus 2025
Wonosobo Nggak Mungkin Ada Klitih, Geng Anak Muda Melempem dan Udara Malam Terlalu Dingin Mojok.co

Wonosobo Nggak Mungkin Ada Klitih, Geng Anak Muda Melempem dan Udara Malam Terlalu Dingin

22 April 2024
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

3 Sisi Lain Grobogan yang Nggak Banyak Orang Tahu

3 Sisi Lain Grobogan yang Nggak Banyak Orang Tahu

4 Desember 2025
5 Tips Agar Kantong Nggak Jebol Dikeroyok Diskon Natal dan Tahun Baru Mojok.co

5 Tips Agar Kantong Nggak Jebol Dikeroyok Diskon Natal dan Tahun Baru

2 Desember 2025
Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

1 Desember 2025
4 Alasan Saya Lebih Memilih Ice Americano Buatan Minimarket ketimbang Racikan Barista Coffee Shop Mojok.co

4 Alasan Saya Lebih Memilih Ice Americano Buatan Minimarket ketimbang Racikan Barista Coffee Shop

4 Desember 2025
Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

2 Desember 2025
8 Aturan Tak Tertulis Tinggal Surabaya (Unsplash)

8 Aturan Tak Tertulis di Surabaya yang Wajib Kalian Tahu Sebelum Datang ke Sana

1 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.