Akibat pandemi korona, bersepeda menjadi primadona baru di masyarakat. Masyarakat berlomba-lomba memelihara kesehatan tubuhnya dengan bersepeda. Permintaan konsumen pun meroket. Beberapa waktu lalu bahkan sempat terjadi kelangkaan sepeda kayuh, ditandai dengan harga-harga sepeda yang mulai nggak masuk akal.
Saya sendiri termasuk orang yang gemar bersepeda bahkan jauh sebelum pandemi melanda. Sebagai seseorang yang menekuni hobi ini dari lama, saya cukup paham apa-apa saja yang nggak disukai pesepeda ketika berada di jalan raya. Tentu saja hal-hal ini nggak cuma berasal dari pengalaman pribadi, tetapi juga teman-teman saya. Berikut hal-hal yang dibenci pesepeda ketika berada di jalan raya~
Mobil yang parkir di jalur khusus sepeda
Invasi para pengguna roda empat di lintasan aman bersepeda ini sungguh brengsek. Seringkali para pesepeda harus mengalah dan terpaksa mengambil risiko karena berada di jalur umum di jalan raya. Nggak jarang justru kita para pesepeda yang disalahkan karena dianggap mengambil jalur pemotor dan mobil.
Menurut saya sih kalau memang nggak bisa dijalankan sesuai fungsinya, lebih baik jalur bersepada dihapuskan saja daripada mubazir dipakai lahan parkir kendaraan roda empat. Sayang juga sama angggaran buat pengadaan jalur sepeda tersebut yang mestinya nggak sedikit.
Orang yang main belok sembarangan tanpa menyalakan lampu sein di pertigaan
Nah, sebagai seseorang yang kerap mengayuh melintasi pertigaan, orang yang belok sembarangan ini patut dibenci bahkan dimaki. Saya lebih sering menjumpai pemotor yang melakukan hal semacam ini. Misalnya ketika berada di pertigaan ketika hendak mengayuh lurus, tiba-tiba dari arah belakang ada pemotor yang main serobot belok sembarangan tanpa menyalakan lampu sen pula.
Bukan apa-apa, sebagai pesepeda, sayang aja tenaganya udah capek-capek ngayuh disuruh ngerem mendadak. Mentang-mentang kita pesepeda nggak punya lampu sein terus bisa dilancangi sembarangan gitu? Lah situ saja punya lampu sein nggak digunakan.
Lampu lalu lintas
Sebagai pesepeda yang baik, kalau lampu lalu lintas berwarna merah, saya berhenti. Yang saya benci di sini bukan saat berhenti atau disuruh tertib, tetapi saat lampu warna hijau. Kalian tahu sendiri kan kalau tempat pemberhenti pesepeda di lampu lalu lintas itu sudah ada tempatnya, yakni paling depan sendiri.
Nah di sinilah letak permasalahanya. Saat warna hijau seringkali pengendara motor atau mobil yang berada di belakang kita ini nggak sabaran. Bunyi klakson langsung ditembakkan begitu saja. Seolah-olah kami para pesepeda punya mesin yang bisa langsung gas jalan kayak mereka. Padahal kan yang namanya ngonthel itu nggak bisa langsung jalan cepat. Pahamilah kalian wahai pemotor atau pemobil !1!1!!
Jalanan berlubang
Problematika yang satu ini nggak bisa dianggap enteng dan memang layak buat dibenci. Nggak jarang jalanan yang berlubang bisa jadi pemicu terjadinya kecelakaan fatal. Saya sendiri heran kenapa sulit sekali sepertinya menemui jalan yang benar-benar bebas lubang di Indonesia, bahkan sekelas jalan provinsi sekalipun.
Waktu roda sepeda jatuh ke lubang rasanya sepeda onthel ini mau rontok. Baut-bautnya bergetar. Memang dilihat dari desain bentuk ban dan rodanya saja sepeda onthel sangat nggak direkomendasikan melewati lubang di jalan. Kadang untuk sepeda lipat bisa sampai selip dan jatuh. Bentuk velg sepeda ini kecil. Beda sama motor atau mobil yang masih bisa mentolerir kalau ada jalan berlubang.
Pemotor ngobrol di jalan
Nggak jarang saya menemui dua pengendara motor ngobrol di jalan. Kelakuan itu pastinya bikin jengkel karena dapat membahayakan pengendara lain termasuk pesepeda. Biasanya pengendara motor yang ngobrol ini memacu kecepatan kendaraanya sangat pelan.
Hal tersebut kerap kali membuat galau bagi para pesepeda untuk menyalipnya. Mau nyalip kok ngeri karena di sisi kanan sudah jalan raya bebas dan ramai, tapi mau tetap di belakang mereka kok kerasa pelan banget. Pokoknya menyebalkan sekali berada di posisi ini. Serba salah.
Asap pekat bus dan truk
Nah yang terakhir ini yang paling saya benci dari hal-hal lain yang pernah saya alami ketika bersepeda di jalan raya. Bayangkan saat nafas sudah terengah-engah mengayuh malah ditambah menghirup asap hitam pembuangan berbau bensin dan oli.
BACA JUGA Review Grup Dangdut Hasoe Angels dari Orang yang Nggak Pernah ke Klub Malam dan tulisan Fatony Royhan Darmawan lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.