Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Dilema Jadi Warga Purbalingga: Ditinggal Merantau kok Nggak Rela, tapi kalau Bertahan Nggak Bikin Kaya

Fadlir Nyarmi Rahman oleh Fadlir Nyarmi Rahman
23 Februari 2024
A A
Purbalingga, Kota Indah Tanpa Mall Gara-gara Bersebelahan dengan Purwokerto kabupaten purbalingga

Purbalingga, Kota Indah Tanpa Mall Gara-gara Bersebelahan dengan Purwokerto (Wikimedia Commons)

Share on FacebookShare on Twitter

Menjadi bagian penduduk di sebuah kabupaten kecil dan tidak terkenal seperti Purbalingga, terkadang menyusahkan juga. Akibat logat ngapak kami, hal yang paling sering ditanyakan pertama (jika sedang di luar kota) adalah ini: “Njenengan logatnya ngapak, asli mana, Mas?”

Untuk menjawab pertanyaan itu memanglah mudah. Tapi seringkali jika dijawab dengan jujur akan menimbulkan pertanyaan lanjutan. Mau buktinya? Nih, kuberi tahu jika pertanyaan mudah itu saya jawab apa adanya.

“Aku asal Kabupaten Purbalingga, Mas. Lah njenengan, si?”

Harusnya pertanyaan itu selesai dengan, “Oooh, kalau aku asli sini aja.” tapi nyatanya tidak demikian.

“Loh Purbalinggga, kok ngapak? Kan Jawa Timur?”

Saya pun harus menjelaskan jika yang di Jawa Timur itu Probolinggo, kalau Purbalingga itu Jawa Tengah. Probolingo itu dekat laut, Purbalingga dekat gunung. Probolinggo didominasi huruf vokal “o”, Purbalingga dengan huruf vokal “a”. Jelas sekali, toh, perbedaannya?

Meskipun sekarang sudah banyak yang tahu, sih, berkat bupati kami yang korupsi kemudian berpose metal saat dipotret wartawan. Tahu kan?

Itulah mengapa saya malas kalau menjawab pertanyaan itu dengan jujur. Saya mending menjawab berasal dari Purwokerto saja. Orang akan langsung paham dan lanjut ke pertanyaan lainnya dalam basa-basi.

Baca Juga:

8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah

Logat Tegal Bukan Produk Hiburan, Jadi Tolong Jangan Olok-Olok Kami ketika Lagi Ngobrolin Hal-Hal Serius!

Dan saya yakin banyak orang Purbalingga yang mengalami hal demikian. Padahal orang Purbalingga tapi ngakunya Purwokerto.

Purwokerto lebih seksi

Kota tetangga kami, Purwokerto, memang lebih terkenal. Salah satunya karena memiliki beberapa universitas. Dan yang paling ternama tentu Universitas Jenderal Soedirman.

Hal tersebut berakibat pada munculnya pusat perbelanjaan sekelas supermall dan mengundang banyak perhatian investor di berbagai bidang untuk melebarkan sayap waralabanya.

Adanya kampus, berefek juga pada bisnis lebih kecil yang menguntungkan penduduk setempat, seperti indekos, rumah makan, dan UMKM lain. Daya serap pasar dari mahasiswa/pendatang yang berasal dari daerah lain mendatangkan keuntungan sendiri. Apalagi pada produk khas lokal.

Kesulitan lain jadi warga Purbalingga yaitu meskipun sekarang sudah ada kampus juga di sini, namun tidak membawa pengaruh besar seperti di Purwokerto. Khususnya pada sektor ekonomi masyarakat, karena sekarang masih didominasi oleh buruh pabrik. Mulai dari pabrik rambut dan alis palsu hingga pabrik kayu lapis. Yang perusahaannya berjejer dan membuat Purbalingga menjadi salah satu kawasan industri di Jawa Tengah.

Meskipun sebagai kawasan industri yang terus berkembang, bukan berarti juga diikuti dengan perkembangan ekonomi seperti UMKM. Kecenderungan masyarakat yang memilih menjadi karyawan pabrik adalah  penyebabnya, di samping daya serap pasar yang kurang. Ya, daripada bikin usaha yang penghasilan belum jelas, mending di pabrik dapet gajian. Memang, sih, UMK kota ini dua juta lebih, terbilang besar untuk hidup di sini.

Memilih menjadi karyawan pabrik mungkin hanya itulah pilihan paling logis yang bisa diakses. Pasalnya jika mau menjadi bagian dari suatu instansi/dinas daerah, kesempatannya begitu kecil. Hal ini saya kira ada kaitannya dengan privelese sosial.

Kabupaten Purbalingga dinodai tenaga orang dalam

Di daerah yang kecil ini, power yang besar hanya dimiliki segelintir orang yang biasa kami sebut “Penggede Purbalingga”. Power yang mampu melakukan praktik “masuk pakai orang dalem”.

Dan akses terhadap power tersebut, hanya bisa didapatkan oleh orang terdekat beliau-beliau. Sudah menjadi rahasia umum bahwa “masuk pakai orang dalem” sangat berlaku di sini.

Mungkin istilah yang tepat adalah krisis transparansi–untuk tidak menyebut nepotisme. Maka dari itu, kami ini kaum-kaum penginyongan yang lahir dari kelas sosial biasa, tidak bisa berbuat banyak.

Dari kesulitan identitas, ekonomi, hingga transparansi, bukan berarti kami tidak bisa bertahan hidup. Justru semakin tangguh, alih-alih cuma mengeluh. Daya juang pun semakin besar.

Ada kedamaian tersendiri hidup di sini. Di daerah kecil ini, mendapatkan kenalan atau teman baru begitu mudah, apalagi bagi muda-mudinya. Tanpa terduga, pasti ada saja penghubungnya. Entah karena lingkar pertemanan lain, pekerjaan, bahkan lingkar alumni suatu sekolah mampu menyatukan.

Kami jarang kesepian. Gampangnya, tinggal keluar rumah, pasti nanti di jalan ketemu orang yang kita kenal. Wong di luar kota saja ketemunya orang Purbalingga. Neng ndi bae, maning-maning ketemune wonge dewek. Di mana pun lagi-lagi ketemunya orang sendiri.

Mirip Jogja, mirip doang

Secara geografis, Purbalingga sebenarnya hampir seperti Yogyakarta. Jika di utara Yogya ada Gunung Merapi, di sini ada Gunung Slamet. Hal tersebut menyebabkan Purbalingga memiliki tempat wisata yang banyak dan beragam. Jadinya nggak perlu bingung saat merasa suntuk di rumah. Dengan udara sejuk pegunungan, membuat nongkrong semakin nyaman.

Selain kedamaian seperti itu, ada juga yang lainnya. Beberapa tahun lalu, Cak Nun pernah diundang untuk acara sinau bareng di Purbalingga. Beliau mengatakan yang kira-kira begini, “Kalian beruntung tinggal di sini, soalnya Purbalingga tidak dilalui jalur kapitalis nasional.”

Saya kurang begitu paham dengan jalur kapitalis nasional yang dimaksud beliau. Mungkin karena jika dilihat di peta atau google maps, kota ini memang tidak dilewati oleh jalur yang menghubungkan kota-kota besar. Jakarta-Semarang lewat pantura, Jakarta-Yogya lewat jalur selatan. Ada, sih, jalur provinsi, tapi itu pun jalur alternatif.  Keuntungan dari letak geografis seperti itu yang saya rasakan, paling tidak pernah mengalami macet, lah.

Knalpot Purbalingga, berkah bikin gundah

Sebenarnya ada juga keresahan namun sekaligus kemudahan yang dirasakan warga Kabupaten Purbalingga. Yaitu dari bisnis knalpot. Kabupaten Purbalingga memang dikenal dengan kota knalpot, karena banyak produsen knalpot di sini.

Keresahan dari hal tersebut adalah banyak kendaraan terutama sepeda motor yang knalpotnya diganti dengan knalpot buatan karena murah harganya. Bunyinya itu, loh, yang nggak ramah di telinga. Jika sedang nongkrong di angkringan  atau tempat lain di pinggir jalan, minimal 15 menit sekali pembicaraan harus terpotong untuk mempersilakan berisik knapot itu lewat dan menghilang.

Tapi hal tersebut sudah menjadi maklum. Pasalnya dari knalpot produk lokal juga, ekonomi masyarakat ikut terangkat. Selain sumber daya manusia teserap untuk pengrajin knalpot, ada juga yang terbantu dengan ikut menjadi reseller online produk ini. Bahkan produknya bukan hanya laku di pasar nasional, melainkan hingga mancanegara.

Hidup di mana pun memang tetap ada kesulitan dan kemudahan. Beberapa ada yang bertahan dengan segala konsekuensinya. Beberapa lagi memilih untuk merantau dengan harapan mendapat kualitas hidup yang lebih baik. Apapun pilihannya, Purbalingga adalah tempat kembali kami yang terbaik.

Kami sering berujar begini: Purbalingga, detinggal ngrantau ngangeni nek ditunggoni ora kasil apa-apa.

Penulis: Fadlir Rahman
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Purbalingga, Kota Indah Tanpa Mall Gara-gara Bersebelahan dengan Purwokerto

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 23 Februari 2024 oleh

Tags: knalpotngapakpurbalingga
Fadlir Nyarmi Rahman

Fadlir Nyarmi Rahman

Seorang radiografer yang sedikit menulis, lebih banyak menggulir lini masa medsosnya. Bisa ditemui di IG dan Twitter @fadlirnyarmir.

ArtikelTerkait

Apa Persamaan Bandara Jenderal Soedirman Purbalingga dengan Hati Jomblo? Betul, Sama-sama Sepi!

Apa Persamaan Bandara Jenderal Soedirman Purbalingga dengan Hati Jomblo? Betul, Sama-sama Sepi!

5 April 2023
Wong Alas Carang: Mitos Manusia Pedalaman Purbalingga yang Misterius

Wong Alas Carang: Mitos Manusia Pedalaman Purbalingga yang Misterius

24 Oktober 2022
Kecamatan Mandiraja, "Surga" yang Diabaikan oleh Banjarnegara, padahal Potensinya Tanpa Batas!

Kecamatan Mandiraja, “Surga” yang Diabaikan oleh Banjarnegara, padahal Potensinya Tanpa Batas!

12 Juli 2024
5 Alasan Orang Banyumas Susah Bikin Move On terminal mojok.co

5 Alasan Orang Banyumas Susah Bikin Move On

1 Juli 2023
Selamat Datang di Purwokerto, Kota Tanpa Ojol di Stasiun

Purwokerto Punya Fenomena Baru, yaitu Paksel alias Ngapak Jaksel: Logat Ngapak, Gaya Jaksel

27 Juli 2025
5 Cara Memahami Pengguna Knalpot Brong yang Berisik di Jalanan terminal mojok.co

5 Cara Memahami Pengguna Knalpot Brong yang Berisik di Jalanan

5 November 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Toyota Corolla Altis, Sedan Tua Terbaik yang Masih Sulit Dikalahkan di Harga Kurang dari Rp100 Juta

Toyota Corolla Altis, Sedan Tua Terbaik yang Masih Sulit Dikalahkan di Harga Kurang dari Rp100 Juta

17 Desember 2025
Selo, Jalur Favorit Saya untuk Pulang ke Magelang dari Solo Mojok.co

Selo, Jalur Favorit Saya untuk Pulang ke Magelang dari Solo

14 Desember 2025
Dosen Bukan Dewa, tapi Cuma di Indonesia Mereka Disembah

4 Hal yang Perlu Kalian Ketahui Sebelum Bercita-cita Menjadi Dosen (dan Menyesal)

17 Desember 2025
Perbaikan Jalan di Lamongan Selatan Memang Layak Diapresiasi, tapi Jangan Selebrasi Dulu, Wahai Pemerintah Daerah!

Perbaikan Jalan di Lamongan Selatan Memang Layak Diapresiasi, tapi Jangan Selebrasi Dulu, Wahai Pemerintah Daerah!

13 Desember 2025
Niat Hati Beli Mobil Honda Civic Genio buat Nostalgia, Malah Berujung Sengsara

Kenangan Civic Genio 1992, Mobil Pertama yang Datang di Waktu Tepat, Pergi di Waktu Sulit

15 Desember 2025
3 Kebiasaan Pengendara Motor di Solo yang Dibenci Banyak Orang

3 Kebiasaan Pengendara Motor di Solo yang Dibenci Banyak Orang

16 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Universitas di Indonesia Ada 4.000 Lebih tapi Cuma 5% Berorientasi Riset, Pengabdian Masyarakat Mandek di Laporan
  • Katanya Bagian Terberat bagi Bapak Baru saat Hadapi New Born adalah Jam Tidur Tak Teratur. Ternyata Sepele, Yang Berat Itu Rasa Tak Tega
  • Mempertaruhkan Nasib Sang Garuda di Sisa Hutan Purba
  • Keresahan Pemuda Berdarah Biru Keturunan Keraton Yogyakarta yang Dituduh Bisa Terbang, Malah Pengin Jadi Rakyat Jelata Jogja pada Umumnya
  • Pontang-panting Membangun Klub Panahan di Raja Ampat. Banyak Kendala, tapi Temukan Bibit-bibit Emas dari Timur
  • Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.