Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Makan Gorengan Kustini Sambil Nyeplus Lombok Rawit

Muhammad Damar Muslim oleh Muhammad Damar Muslim
22 Juli 2020
A A
Makan Gorengan Kustini Sambil Nyeplus Lombok Rawit dinasti politik MOJOK.CO

Makan Gorengan Kustini Sambil Nyeplus Lombok Rawit dinasti politik MOJOK.CO

Share on FacebookShare on Twitter

Kata orang, power tends to corrupt. Kalimat itu mulai sering dipakai untuk mengkritisi majunya Kustini Sri Purnomo sebagai calon bupati Sleman. Majunya Ibu Kustini, dikaitkan sama berbagai “kemudahan” yang akan didapat karena istrinya Pak Sri Purnomo, Bupati Sleman sekarang ini.

Yang kayak gini, nih, kebiasaan netizen. Mau nyinyir tapi nggak lengkap. Cuma dicuplik, dipilih bagian paling wenak buat menjatuhkan seseorang, yang sebetulnya, kenal saja belum.

Belum kenal saja sudah jahat, gimana kalau udah kenal? Bisa-bisa minjem duit, tapi kalau ditagih malah lebih galak ketimbang yang minjemin duit.

Jadi, kalimat “power tends to corrupt” itu nggak lengkap. Lengkapnya itu begini: “Power tends to corrupt; absolute power corrupts absolutely.” Intinya, kekuasaan berpotensi menjadi disalahgunakan, misalnya korup. Sementara itu, di dalam kekuasaan penuh (absolut), sudah pasti terjadi penyalahgunaan, korupnya pol natap tembok.

Buat memahami konteks majunya Ibu Kustini, sebaiknya istilah itu jangan dipotong-potong. Masak lagi enak baca, eh bagian akhir dipotong. Udah kayak ditinggal pas lagi sayang-sayang e. Ambyar. Ambyar, karena banyak orang lalu gagal memahami “bagaimana”, tidak menghargai proses dan kualitas diri seseorang.

Sejauh yang saya tahu, Ibu Kustini adalah kader PAN. Beliau nggak ada niatan untuk maju sebagai calon bupati Sleman, kata Pak Sri ini. Namun, PDIP, mungkin ya ini, melihat potensi di dalam diri Ibu Kustini. Ya kalau nggak punya potensi, bisa juga kamu sebut sebagai kualitas, nggak mungkin PDIP “meminang” Ibu Kustini untuk dipasangkan dengan Danang Mahersa.

Kok ya ndilalah, Ibu Kustini ini istri dari Pak Sri Purnomo. Mau nggak mau, kalau ngomongin Ibu Kustini, nama “Purnomo” akan selalu ngintili. Klayu. Makanya, di sini, muncul serangan soal dinasti politik. Sebuah istilah yang ramai lagi setelah PDIP mengusung Gibran Rakabuming sebagai calon Wali Kota Solo.

Jadi, posisinya jelas, ya. Ibu Kustini maju karena dipinang dan disokong oleh PDIP. Bukan karena dibujuki sama Pak Sri. Saya jadi membayangkan percakapan dua orang ini.

Baca Juga:

Boleh Saja Menata Ulang Pedestrian, tapi Pemerintah Sleman Jangan Lupakan Jalan Rusak dan Trotoar Tidak Layak yang Membahayakan Warganya

Orang Bantul Kalau ke Sleman Rasanya Dekat, tapi Orang Sleman ke Bantul Rasanya Jauh Banget: Penderitaan Mahasiswa Nglaju PP

Pak Sri: “Bu, besok maju nyalon, ya. Ngganteni aku.”

Ibu Kus: “Wegah, Pak. Penak njangan bobor ning omah.”

Ketika PDIP memutuskan meminang Ibu Kustini, bukankah artinya tidak ada paksaan untuk meneruskan “trah Purnomo”? Namanya proses politik, ketika kualitas diri seseorang dianggap pantas untuk memimpin sebuah daerah. Bukankah proses yang demikian yang kita inginkan? Proses demokrasi di mana seseorang bisa dan berhak untuk maju ketika “didawuhi” oleh perwakilan sebagian aspirasi Sleman yaitu PDIP?

Oleh sebab itu, karena prosesnya demokratis tanpa paksaan, istilah “absolute power corrupts absolutely” menjadi runtuh. Kenapa? Karena saya, kamu, kita semua, bisa mengontrol dan mengawasi Ibu Kustini, jika kelak menang Pilbup Sleman. Kalau memang Ibu Kustini ternyata “manut” sama Pak Sri, alih-alih sama warga Sleman, ya tinggal kantornya digrudug, didemo, dilaporkan, dimintai pertanggungjawabannya.

Tapi gini, Lur. Keberadaan Pak Sri di belakang Ibu Kustini memang tidak bisa disingkirkan begitu saja. Namun, selama 15 tahun mengemban aspirasi rakyat, apakah Pak Sri pernah nakal? Orang besar, di belakangnya, selalu wanita yang luar biasa. Kalau Ibu Kustini biasa mendorong Pak Sri, bukankah Ibu Kustini paham betul beratnya jadi pemimpin daerah?

Kalau nggak paham atau dianggap “tidak berpengalaman”, kenapa PDIP mau melamar Ibu Kustini? Karena mau jualan sosok saja? Waduh, hmm, bukankah kalah dibandingkan Wakil Bupati yang sekarang, Ibu Kustini justru lebih jarang tampil di “panggung politik”? Sosok yang bagaimana yang mau dijual? Apakah strategi jualan sosok yang digincu tebal masih berhasil?

Nggak, lah. Rakyat Sleman tahu mana yang genuine, orisinil.

Gorengan Kustini dan lombok rawit

Yah, yang namanya “politik dinasti” pasti bikin “ora jenak ati”. Hal itu juga saya rasakan, kok. Apalagi di Indonesia ini, rekam jejak politik dinasti itu selalu jelek. Misalnya, rentetan kasus di Banten. Apalagi ada serangan pakai kalimat nggak utuh tadi: power tends to corrupt. Penyeragaman kayak gini jadi bikin susah politikus, yang sebetulnya baik, tapi berasal dari keluarga politik.

Ibu Kustini misalnya, dengan suami Pak Sri dan puteranya, Raudi Akmal, anggota DPRD dari PAN. Setiap keluarga punya corak masing-masing. Ada yang jadi keluarga pengusaha, keluarga atlet, ada juga keluarga politikus. Terkadang, kita tidak bisa menyalahkan jalur Tuhan yang sudah ditentukan itu. Sebagai manusia, onone ming nerimo ing pandum. Nggih, mboten?

Tapi kalau berasal dari keluarga politik, mau bener pun pasti disalahkan. Kalau salah, dijatuhkan sampai ambyar. Padahal, banyak dari pembaca yang belum mengenal dan memahami sosok Ibu Kustini.

Serangan dinasti politik ini, di mata saya seperti gorengan yang masih panas. Nyampeng tenan kalau langsung dicokot panas-panas. Sambil nyeplus lombok rawit. Pedes, seger. Ngombene teh nasgitel. Kemepyar, lali sak kabehe.

Tapi, yang namanya gorengan, ada saatnya menjadi dingin. Jadi kurang nikmat lagi untuk jadi teman teh nasgitel. Ketika dipanasin lagi di minyak jlantah, kenikmatannya pasti berkurang. Nanti cari lagi bahan (baca: isu) lain yang bisa digoreng. Panas sebentar, lalu anyep. Koyo wasapmu sing ming di-read, thok, tapi ora dibales.

Isu Ibu Kustini ini memang lagi panas dan enak banget untuk jadi bahan gosip. Makin nikmat, ketika kelak ditambah nyeplus rawit semacam fitnah dan hoaks. Oh jangan salah, yang kayak gini tinggal nunggu waktu saja. Dan ketika hoaks muncul, rakyat Sleman pasti cerdas untuk menampiknya.

Isu dinasti politik Ibu Kustini boleh “digoreng” begitu rupa. Namun, sebagai orang yang akan mencoba mengenal beliau, saya mengajak panjenengan sedaya untuk husnuzan, berprasangka baik dulu. Jangan-jangan, Sleman memang bakal semakin cerdas ketika Ibu Kustini meneruskan Pak Sri. Mengajak husnuzan itu baik, to?

Matur nuwun.

Sumber gambar: Facebook Kustini Sri Purnomo.

BACA JUGA Alasan Mengapa Politik Dinasti Banten Begitu Digemari Warganya atau tulisan lainnya di Terminal Mojok.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 22 Juli 2020 oleh

Tags: Bupati Slemandinasti politikKSPKustiniKustini Sri Purnomopilbup SlemanSleman
Muhammad Damar Muslim

Muhammad Damar Muslim

Mahasiswa paruh waktu. Waktu penuhnya buat kamu.

ArtikelTerkait

pilkada monarki incumbent keluarga dinasti politik mojok

Ikut Pilkada kok Nebeng Nama Besar Keluarga, Ora Mashok

28 Oktober 2020
5 Masjid di Sleman yang Bisa Dikunjungi sehabis Ngabuburit

Seperti Bantul, Sleman Berhati Nyaman pun Penuh dengan Kejadian Aneh yang Mengherankan

3 Agustus 2023
Nasib Warga Prambanan Sleman, Terasing dari Kabupatennya Sendiri Mojok.co

Nasib Warga Prambanan Sleman, Terasing dari Kabupatennya Sendiri

10 September 2024
3 Jalan di Sleman yang Makin Berbahaya ketika Musim Hujan (Unsplash)

3 Jalan di Sleman yang Makin Berbahaya ketika Musim Hujan

1 November 2024
Pertigaan Kanisius Deresan Jogja Titik Kebencian Baru Bagi Warga (Pexels)

Pertigaan Kanisius Deresan Jogja Titik Kebencian Baru bagi Warga: Pak Ogah Saja Udah Ogah Mengatur Jalan di Situ

3 Maret 2025
4 Alasan Pakem Menjadi Sebaik-baiknya Tempat Tinggal di Sleman

4 Alasan Pakem Menjadi Sebaik-baiknya Tempat Tinggal di Sleman

18 Mei 2024
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

5 Tips Agar Kantong Nggak Jebol Dikeroyok Diskon Natal dan Tahun Baru Mojok.co

5 Tips Agar Kantong Nggak Jebol Dikeroyok Diskon Natal dan Tahun Baru

2 Desember 2025
Lamongan Megilan: Slogan Kabupaten Paling Jelek yang Pernah Saya Dengar, Mending Diubah Aja Mojok.co Semarang

Dari Wingko Babat hingga belikopi, Satu per Satu yang Jadi Milik Lamongan Pada Akhirnya Akan Pindah ke Tangan Semarang

30 November 2025
Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

2 Desember 2025
Suka Duka Pengusaha Kecil Jualan Live di TikTok: Nggak Ada yang Nonton, Sekalinya Ada yang Nonton Malah PHP

Suka Duka Pengusaha Kecil Jualan Live di TikTok: Nggak Ada yang Nonton, Sekalinya Ada yang Nonton Malah PHP

3 Desember 2025
Dosen yang Cancel Kelas Dadakan Itu Sungguh Kekanak-kanakan dan Harus Segera Bertobat!

Dosen yang Cancel Kelas Dadakan Itu Sungguh Kekanak-kanakan dan Harus Segera Bertobat!

3 Desember 2025
Feeder Batik Solo Trans, Angkutan yang Bikin Iri Orang Magelang Mojok.co

Feeder Batik Solo Trans, Angkutan yang Bikin Iri Orang Magelang

2 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.