Dulu hanya para superhero yang pake masker buat membasmi kejahatan. Hal itu agar identitas mereka nggak diketahui sama musuh-musuhnya. Pun masker yang para superhero pake kebanyakan full nutupin wajah. Hanya segelintir superhero saja yang berani pake masker setengah wajah atau malah nggak pake masker sama sekali.
Nah, beberapa bulan terakhir ini nggak cuma superhero yang pake masker, tetapi hampir sebagian manusia di planet ini beramai-ramai memakai masker, terutama kalo lagi pergi ke luar. Ya iya, ngapain di kos pake masker?.
Hal itu tentu berimbas dengan semakin banyaknya penjual masker. Nggak hanya jual masker biasa, banyak penjual yang melakukan inovasi dengan menjual berbagai jenis masker. Ada yang biasa saja, ada yang bermotif, ada pula yang gambarnya mulut-mulut lucu. Semua itu agar menarik datangnya pembeli, dan benar saja, banyak yang kemudian memiliki masker dengan aneka rupa.
Berdasarkan fenomena tersebut, maka karakter dari berbagai orang juga sedikit banyak bisa ditebak berdasarkan jenis masker yang dikenakan mereka. Berikut ini adalah karakter orang dari pilihan masker yang dipake.
Pake masker Sensi
Kemaren-kemaren sih kalo pake masker sensi ya wajar-wajar saja, tetapi semakin ke sini dan semakin berkembangnya inovasi masker, maka kalo ada orang yang ke mana-mana pake masker ini, sudah ketebak kalo karakternya pasti grusa-grusu dan kurang persiapan. Iya, soalnya biasanya kalo pake masker sensi itu dia beli dadakan—soalnya udah nggak langka lagi. Buktinya kalo jenis ini punya persiapan, mereka pasti sudah niat bawa masker kain mereka dari awal.
Mengetahui nggak boleh isi bensin kalo nggak pake masker, ya lari dulu ke apotek. Mengetahui nggak boleh ke McD tanpa masker, ya melipir dulu ke warung. Bahkan pas nggak boleh masuk ke bank tanpa masker, rela minjem masker milik satpamnya.
Pokoknya sungguh, tiada yang lebih grusa-grusu daripada para pemakai masker sensi saat beraktivitas di luar ruangan. Kemungkinan lainnya ada? Iya ada. Mereka adalah kaum penimbun masker sensi yang merugi dan nggak bisa jual untung timbunan mereka. Jadi ya dipake aja daripada mubajir.
Pake masker polosan
Kalo pake jenis masker polosan gini biasanya orangnya simpel. Nggak pemilih. Mengutamakan fungsi daripada penampilan. Ya iya, buat apa menunjukkan penampilan—khususnya wajah—kalo ujung-ujungnya ditutupin masker juga.
Pokoknya tipe ini sangat mengutamakan kepraktisan dan nggak ribet sama sekali. Enggak grusa grusu juga soalnya udah niat bawa masker dari awal.
Pake masker ada logo brand-nya
Bagi pemuja brand dan sudah cinta mati sama brand itu, kalo brandnya ngeluarin produk masker, pasti diborong sama yang tipe ini. Iya, berbeda dengan pemakai masker polosan, pemakai masker dengan logo brand sangat mengutamakan penampilan. Nggak apa-apa wajah ketutup—soalnya nggak bagus-bagus amat barangkali—yang penting masker harus matching sama pakaian.
Penampilan adalah segalanya. Dunia harus tau kalo mereka adalah pemuja sebuah brand. Masker yang notabennya dipake di wajah akan menjadi tempat yang strategis untuk nampilin logo brand kesukaan, jadi orang yang ketemu pasti langsung ngeh kalo mereka ini tergolong anak muda yang punya selera dalam berpakaian.
Padahal yang ketemu mereka juga boro-boro ngerti itu brand apaan di masker. Lagian ngapain ada logo brand di masker yak? Kayak… kudu banget ditaroh di situ, gitu? Di area mulut?
Pake masker gambar mulut
Sungguh, jenis masker yang ini bikin saya trauma. Bayangkan, saya sedang bermotoran sore-sore di jalan selokan mataram Yogyakarta, tetiba pas noleh ke spion, eh ada mas-mas yang senyum lebar sampe mulutnya nganga di belakang saya. Siapa yang nggak syok coba? Setelah saya perhatikan baik-baik, eh ternyata itu gambar di maskernya.
Bedebah betul siapa saja yang menambahkan gambar senyum di masker. Iya, niatnya baik biar mulut yang ketutup tetep masih bisa keliatan meski palsu. Tetapi mohon maap, kalo warna mulut di gambar masker sama kayak warna kulit sih nggak masalah. Lha kalo kulit wajah agak item dan gambar mulut di masker warnanya putih kan malah kayak orang dengan kelainan kulit?
Terlepas dari trauma saya, biasanya orang-orang yang memakai masker jenis ini adalah mereka yang humoris dan ingin berbagi tawa—dalam kasus saya mereka malah berbagi ketakutan. Ingin mengajak dunia tertawa di tengah masa-masa keruh kayak gini. Pokoknya mereka ingin membagikan tawa deh.
Tetapi saya jadi bertanya-tanya, ekspresi mas-masa di balik maskernya itu gimana ya? Apa ekspresi biasa aja dengan mulut mingkem, atau jangan-jangan ekspresi mereka menyesuaikan gambar di masker? Ya… kalo gambar mulut di masker mulutnya nganga lebar, ya jangan-jangan masnya juga lagi mangap. Biar totalitas gitu matching-matchingin sama masker.
Pake masker wajah
Yang ini… mohon maap, Mas, Mbak, kalo mau perawatan wajah jangan di luar ruangan ya. Sana ke salon aja.
BACA JUGA Benda-benda yang Sering Menghilang Secara Ghoib dan tulisan Riyanto lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.