Diam belum tentu bijaksana dan sederhana belum tentu ia miskin, ini pemikiran yang salah. Mendengar perkataan Cak Lontong—yang terkenal sebagai seorang comic Indonesia—mengatakan bahwa sederhana dan miskin itu tidak sejalan, tetapi sederhana sejalan dengan bijaksana. Jika dipikir-pikir juga sangat benar apa yang dikatakan beliau ini. Memang pemikiran Cak Lontong ini walaupun sebagai pelawak tetapi isi yang disampaikan sangat berkesan dan penuh dengan pesan di manapun beliau ini manggung tidak mengurangi esensi sebagai pelawak yang akhir-akhir ini banyak yang kurang etis.
Kita bisa melihat juga hubungan antara orang kaya belum tentu bahagia tetapi orang miskin juga belum tentu tidak bahagia. Karena ini hanya saling memandang saja sebab-akibat yang sering muncul di masyarakat karena kebiasaan. Miskin belum tentu sederhana. Contoh yang paling riil di lapangan atau masyarakat adalah orang yang pintar dan bisa masuk ke perguruan tinggi terkenal belum tentu ia berasal dari orang kaya yang bisa les dan bimbel sana-sini. Tetapi orang yang bijaksana dalam menentukan jalan hidupnya, karena banyak juga anak orang kaya yang malah ambyar dalam kehidupannya.
Begitupun orang miskin belum tentu juga bijaksana dimana ketika mereka misalnya salah pergaulan di lingkungannya yang seharusnya bisa bekerja dengan baik dan menyimpan uang malah tidak bijaksana dalam mengelola uang yang diperolehnya selama bekerja. Akan tetapi, jika kita lihat lagi secara umum memang sederhana kebanyakan diterapkan orang-orang yang kurang mampu dalam finansial. Karena mereka berusaha lebih keras untuk terjauh dari nasib keturuan yang melanda sehingga berusaha dan bijak dalam setiap pengambilan keputusan dan bertingkah.
“Kita harus siap apabila menjadi orang sukses nantinya supaya jiwa bijak dan sederhana tetap tertanam dalam diri kita yang paling dalam.”
Orang yang sukses kebanyakan juga dari orang yang kurang mampu ataupun punya latar belakang yang tidak mulus sehingga mereka lebih bijaksana. Tetapi banyak juga orang yang memang awalnya sudah kaya dan tetap sederhana karena didikan utama oleh orang tua dan lingkungan. Contoh yang diberikan Cak Lontong juga sangat gamblang sekali, ketika ada orang yang kaya yang naik angkutan umum yang hanya membayar 5000 rupiah saja sekali trayek. Kemudian ada orang yang menanggapi dengan bilang “Bapak orang miskin ya, naik angkot.”
Nah kalo begini kan beda perkara kan. Memang orang kaya ini sederhana dan bijak. Bisa saja memilih angkutan umum untuk mendukung program pemerintah dalam mengurai kemacetan sekaligus penghematan dalam penggunaan BBM. Selain hemat juga bijaksana dalam memilih pilihan. Oh ya, hemat juga belum tentu bisa dikatakan pelit atau orang miskin karena orang yang tidak punya harta. Akan tetapi tentang kematangan dalam manajemen keuangan supaya tidak boros. Hal ini juga berkaitan dengan bijaksana dan keserhanaan yang tidak membuang-buang uang untuk hal yang tidak diprioritaskan.
Di kasus lain yang umum dalam masyarakat, dalam suatu rapat RT atau desa, orang yang kurang mampu banyak yang diam dan tidak melakukan pengajuan pendapat. Mungkin karena dianggap tidak ada sumbangsih dan kurang dalam hal pendidikan (ilmu). Padahal tidak semua begitu dan malah yang mengetahui masalah sesungguhnya adalah masyarakat yang seperti ini.
Akan tetapi karena sudah kebiasaan dan pandangan umum hal inilah yang merusak arti kata sederhan yang berhubungan dalam bijaksana. Sebenarnya dalam setiap pemikiran terdapat kebijaksanaan sang pengusul. Dominasi orang kaya dalam “usul” membuat yang miskin jadi bijaksana dalam menempatkan diri dan yang kaya tidak merasa salah dengan budaya ini. Pemikiran seperti harus dirubah dan mulai dirintis dalam msyarakat dimana terutama orang yang kaya dalam menempatkan posisi. Jangan karena anda punya harta dan pengetahuan banyak (pendidikan yang lebih) menjadi sok benar dan paling penting dan paling mengetahui penyelesaian dalam suatu masalah.
Jadi, bisa disimpulkan bahwa sederhana bukan ciri orang miskin tetapi orang yang bijaksana dalam segala hal yang dapat merubah dirinya serta tercermin dalam visual dan perilakunya. Mulai dari hemat, tidak glamor, sesuai kebutuhan, menyesuaikan kondisi dan lain-lain.