Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Pasang Surut Sentimen Sipil vs Militer di Balik Fenomena Video ‘Pacar Kamu Ganteng? Bisa Gini Ga?’

Rofii Zuhdi Kurniawan oleh Rofii Zuhdi Kurniawan
20 Mei 2020
A A
5 Sosok yang Cocok Melatih Pendidikan Militer jika Wibu yang Menentukan

5 Sosok yang Cocok Melatih Pendidikan Militer jika Wibu yang Menentukan

Share on FacebookShare on Twitter

Video viral “Pacar kamu ganteng? Bisa gini ga?” sembari mengokang senjata menarik dibahas lebih lanjut. Kemunculan dan kontroversialnya video tersebut tidak bisa dianggap sebagai suatu hal yang tiba-tiba. Ada gambaran tentang realitas di masyarakat saat ini ketika melihat perdebatan pada kolom komentar dan trendingnya video yang sebenarnya cuma mengulang debat lama supremasi sipil vs militer.

Apabila kita kembali melirik sejarah, perdebatan antara supremasi sipil vs militer merupakan sejarah panjang tentang pertentangan politik antara keduanya yang sudah terjadi sejak puluhan tahun lalu. Salah satu tonggak sejarahnya ketika Jenderal A.H. Nasution yang pada 17 Oktober 1952 mendesak Presiden Sukarno untuk membubarkan parlemen dan tak suka politisi sipil mencampuri urusan militer. Di sinilah Sukarno sebagai representasi sipil dan Nasution sebagai representasi militer saling berseteru. Tercatat, karena perbuatannya Nasution akhirnya dipecat dari KSAD. Tiga tahun berselang hubungan Nasution dan Sukarno membaik karena Sukarno membutuhkan kekuatan TNI AD untuk memberantas pemberontakan di daerah.

Puncak keharmonisan hubungan Sukarno dengan Nasution terjadi tahun 1957 sebagai akibat dari jengahnya Sukarno terhadap parlemen yang tak kunjung menghasilkan konstitusi negara dan sibuk berkonflik kepentingan golongan. Di situlah Nasution mulai memiliki konsepsi bernama “jalan tengah ABRI” yang kemudian dikenal dengan Dwifungsi ABRI. Nasution menyarankan Sukarno untuk membubarkan parlemen dan mengubah sistem demokrasi parlementer menjadi demokrasi terpimpin. Melihat dukungan penuh dari militer, Sukarno berani mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959.

Setelah Dekrit Presiden diberlakukan, keterlibatan militer beserta wakil-wakilnya dalam politik dan lembaga politik meluas dengan cepat. Kabinet Sukarno kala itu bahkan sepertiganya berasal dari militer. Tentara bahkan ulai merambah bidang-bidang nonmiliter, seperti ekonomi dan sosial. Mereka dapat merangkap politisi sipil, memegang kedudukan sipil, hingga menertibkan pers yang dianggap bertentangan dengan pemerintah. Sayangnya, Sukarno sebagai sipil merasa terancam dengan semakin kuatnya militer di politik kala itu. Hal itu membuat Sukarno membuka ruang politik bagi PKI dan membuat renggang hubungan Sukarno dengan beberapa jenderal termasuk Nasution. Kontestasi sipil vs militer ini sangat kuat terjadi antara PKI dan para jenderal selama masa demokrasi terpimpin.

Puncak ketegangan PKI yang merupakan sipil melawan militer terjadi pada 1965 ketika terjadi peristiwa Gerakan Satu Oktober (Gestok) atau sering juga disebut Gerakan 30 September yang menyudahi kontestasi sipil vs militer di kancah politik nasional. PKI dibabat habis oleh militer dan lawan politiknya selama 1965-1967, membuat militer menjadi pemenang dalam kontestasi politik sipil vs militer. Sukarno juga tersingkirkan dari kursi presiden lewat drama Supersemar dan sidang istimewa MPR. Praktis tak ada kekuatan sipil seperti PKI dan Sukarno yang bisa menandingi kekuatan militer di ranah politik. Militer relatif berhasil menguasai jalannya politik nasional selama Orde Baru diikuti oleh doktrin-doktrin nasionalisme ala kemiliteran kepada sipil seperti “NKRI harga mati”, “militer paling berjasa bagi negara sehingga ia selalu bertindak demi kebaikan bangsa”, dll. yang sulit dihapus hingga masa kini.

Setelah 32 tahun mencicipi nikmatnya berkuasa penuh secara politik, kekuatan politik militer mulai digoyah oleh tuntutan Reformasi 1998 yang salah satu poinnya adalah menghapus Dwifungsi ABRI. Penghapusan itu diartikan sebagai mengembalikan militer ke barak agar fokus pada isu pertahanan dan keamanan negara saja. Pergulatan di internal militer cukup rumit dan seru karena terdapat jenderal yang pro-Reformasi seperti SBY dan kontra seperti Wiranto serta Ryamizard Ryacudu. Kuatnya kekuatan massa sipil pada awal Reformasi membuat mau tidak mau membuat militer harus berbenah. Kemenangan politik sipil atas militer akhirnya terjadi pada periode awal Reformasi.

Puncak kemenangan politik sipil atas militer terjadi ketika Presiden Gus Dur merombak habis internal militer lewat pemisahan TNI-Polri, pencabutan Dwifungsi ABRI, anggota TNI tidak boleh lagi mencalonkan diri dalam kontestasi politik kecuali sudah pensiun, mengubah tradisi panglima TNI tidak dari AD, dan untuk pertama kali sejak 1950, menteri pertahanan diduduki oleh sipil. Pemerintahan Gus Dur juga membubarkan (1) Direktorat Sosial Politik dalam tubuh Departemen Dalam Negeri, dan (2) Badan Koordinasi Bantuan Pemantapan Stabilitas Nasional (Bakorstanas), organisasi perpanjangan tangan militer ke kehidupan sipil yang sebelum tahun 1988 bernama Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib).

Demiliterisasi yang dilakukan oleh Gus Dur dianggap oleh militer sudah keterlaluan karena mencampuri internal militer begitu dalam. Puncaknya terjadi ketika Gus Dur diimpit oleh banyak lawan politiknya di parlemen hingga banyak kubu bersatu menjatuhkan Gus Dur. Puncaknya ketika panglima TNI menyatakan secara resmi menolak pemberlakuan Dekrit Presiden dan mendukung rencana percepatan SI-MPR, serta panglima Kostrad yang mengeragkan pasukannya berkumpul di Monas untuk menunjukkan pembangkangan.

Baca Juga:

Konten “5 Ribu di Tangan Istri yang Tepat” Adalah Bentuk Pembodohan

Bahaya Trauma “Anak Nakal” Jawa Barat yang Dikirim Gubernur Dedi Mulyadi ke Barak Militer

Di era selanjutnya, dari Presiden Megawati hingga Presiden SBY, relative tidak ada konflik politik sipil vs militer yang sengit. Hingga pada saat rezim Jokowi, sentimen politik sipil vs militer kembali menguat terutama pada periode kedua. Semakin kuatnya peran militer dalam politik nasional membuat sebagian masyarakat sipil jengah karena dianggap mencerminkan stagnasi bahkan kemunduran demokrasi pasca Reformasi. Terbukti terbitnya UU ITE dan permintaan Panglima TNI Hadi Tjahjanto untuk merevisi UU 34/2004 tentang TNI direspons Jokowi dengan memberikan 289 jabatan baru bagi perwira TNI lewat Perpres 66 tahun 2019.

Gelombang protes sipil mulai terlihat dengan sempat trendinya film Sexy Killer yang menggambarkan begitu berkuasanya para jenderal militer secara materi. Puncaknya ketika sipil yang dipelopori mahasiswa dan aktivis bersatu padu melakukan protes massa pada bulan September-oktober. Sentimen ini terus menguat diiringi oleh gerakan bebaskan Ananda Badudu, Ravio Patra, hingga kerap trendingnya Menteri Luhut Panjaitan karena pengaruhnya yang begitu besar dalam pemerintahan. Di sisi lain, doktrin militer dan Dwifungsi ABRI masih mengakar kuat dalam tubuh beberapa masyarakat sipil terutama mereka yang memiliki romansa cinta terhadap Orba. Buktinya, survei LIPI menunjukkan hanya 52 persen responden yang menganggap militer tak perlu berpolitik.

Pertarungan ini menggambarkan bahwa supremasi sipil masih menjadi harapan banyak kalangan, begitu pun Dwifungsi ABRI dengan doktrinnya yang masih tersisa di benak banyak kalangan.

BACA JUGA Yang Terjadi Kalau Darurat Sipil Betulan Dilakukan dan tulisan Rofi’i Zuhdi Kurniawan lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 20 Mei 2020 oleh

Tags: militersipilvideo viral
Rofii Zuhdi Kurniawan

Rofii Zuhdi Kurniawan

Mahasiswa lajon Jogja-Wonosari saban akhir pekan.

ArtikelTerkait

Mal Lebih Ramai dari Sekolah Adalah Bukti Nyata Pendidikan di Indonesia Nomor Dua terminal mojok

Mal Lebih Ramai dari Sekolah Adalah Bukti Nyata Pendidikan di Indonesia Nomor Dua

3 Mei 2021
Bahaya Trauma “Anak Nakal” Jawa Barat yang Dikirim Dedi Mulyadi ke Barak (Unsplash)

Bahaya Trauma “Anak Nakal” Jawa Barat yang Dikirim Gubernur Dedi Mulyadi ke Barak Militer

5 Mei 2025
EXO-L Sedih Ditinggal Chanyeol Wamil, Ketahui Hal-hal Soal Wajib Militer di Korea Selatan terminal mojok

EXO-L Sedih Ditinggal Chanyeol Wamil, Berikut Hal-hal yang Perlu Diketahui Soal Wajib Militer di Korea Selatan

30 Maret 2021
Berhenti Bilang Anak TikTok Alay! Bikin Kontennya Sulit Tauk!

Berhenti Bilang Anak TikTok Alay! Bikin Kontennya Sulit Tauk!

18 Januari 2020
pakai masker di masjid terminal mojok

Video Viral Pengurus Masjid di Bekasi yang Usir Bapak-bapak Salat Pakai Masker Bikin Saya Terkagum-kagum

3 Mei 2021
wajib militer mojok

Mau Bersaing dengan K-Pop? Dukung Industri Kreatif, Bukan Bikin Wajib Militer

23 Agustus 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Pengalaman Nonton di CGV J-Walk Jogja: Murah tapi Bikin Capek

Pengalaman Nonton di CGV J-Walk Jogja: Murah tapi Bikin Capek

4 Desember 2025
Menengok Bagaimana Penjaga Palang Kereta Api Bekerja, Termasuk Berapa Gajinya dan Gimana Cara Mendaftarnya  

Menengok Bagaimana Penjaga Palang Kereta Api Bekerja, Termasuk Berapa Gajinya dan Gimana Cara Mendaftarnya  

1 Desember 2025
Jalur Pansela Kebumen, Jalur Maut Perenggut Nyawa Tanpa Aba-aba

Jalur Pansela Kebumen, Jalur Maut Perenggut Nyawa Tanpa Aba-aba

2 Desember 2025
Lamongan Megilan: Slogan Kabupaten Paling Jelek yang Pernah Saya Dengar, Mending Diubah Aja Mojok.co Semarang

Dari Wingko Babat hingga belikopi, Satu per Satu yang Jadi Milik Lamongan Pada Akhirnya Akan Pindah ke Tangan Semarang

30 November 2025
3 Alasan Saya Lebih Senang Nonton Film di Bioskop Jadul Rajawali Purwokerto daripada Bioskop Modern di Mall Mojok.co

3 Alasan Saya Lebih Senang Nonton Film di Bioskop Jadul Rajawali Purwokerto daripada Bioskop Modern di Mall

5 Desember 2025
Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

2 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.