Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Tradisi Hari Raya Ketupat di Kota Bitung Sebagai Solusi Mempersatukan Masyarakat

Novianto Topit oleh Novianto Topit
21 Juni 2019
A A
Hari Raya Ketupat

Hari Raya Ketupat

Share on FacebookShare on Twitter

Di hari ke-7 dan seterusnya di bulan Syawal, semua masyarakat Kota Bitung, Provinsi Sulawesi Utara akan menyelenggarakan hari besar yang dinamakan Hari Raya Ketupat. Sebuah tradisi yang sudah lama di laksanakan oleh seluruh masyarakat Kota Bitung. Kalau ditanya, kenapa dinamakan Hari Raya Ketupat? Jelas, karena di hari itu ketupat menjadi makanan pokok yang sering kali disajikan. Kalaupun ada yang merayakan dan tidak menyajikan ketupat, mereka akan mengatakan “Apalah arti sebuah nama yang penting tujuannya.”

Berbeda dengan daerah yang lain, di Kota Bitung, Pemerintah mengambil kebijakan untuk menjadwalkan pelaksanaan Hari Raya Ketupat. Contohnya di hari pertama pelaksanaan diperuntukkan untuk Kelurahan A, B, C dan D, begitu seterusnya sampai berakhirnya bulan Syawal.

Hari Raya Ketupat adalah sebuah tradisi yang baik. Meskipun melelahkan, kami tetap merasa Hari Raya Ketupat adalah hari yang menyenangkan. Kami dengan senang hati menyiapkan tenaga dan stamina yang prima untuk menyusuri lorong demi lorong suatu perkampungan yang telah dijadwalkan Pemerintah untuk melaksanakan Hari Raya Ketupat ini. Selain mendapatkan pelayanan berupa konsumsi makanan yang nikmat di setiap rumah yang kami kunjungi, hal menyenangkan lainnya adalah kami bisa bercanda lepas dengan orang-orang yang telah lama kami kenal, ataupun yang baru kami kenal.

Hanya saja kami harus bersedia untuk mengontrol porsi makanan yang harus diambil. Karena setiap rumah akan menyodorkan konsumsi makanan dan akan terkesan sangat tidak sopan apabila kita hanya menganggurkan makanan yang telah disediakan oleh pemilik rumah. Konsekuensi lainnya, sebagaimana jadwal yang telah ditentukan oleh Pemerintah, maka kita juga harus mempersiapkan segalah macam hidangan yang relatif sama dengan kampung-kampung yang telah melaksanakan sebelumnya.

Mungkin inilah People Power yang sebenarnya. Di mana, kita melihat bagaimana kekuatan orang dari mayoritas kelurahan yang ada di Kota Bitung menyerang rumah-rumah yang ada di maksimal tiga atau empat kelurahan yang telah dijadwalkan.

Jika ada hal yang buruk yang bisa kita temui adalah kebiasaan sebagian masyarakat Kota Bitung yang mengkonsumsi minuman keras pada saat hari suci itu dilaksanakan. Ya sudahlah, itu memang kebiasaan mereka. Bukan karena perayaan ini kemudian mereka mengkonsumsi minuman keras. Setiap hari atau minimal setiap minggu mereka juga biasanya mengkonsumsi minuman keras.

Meskipun demikian, tidak ada sejarahnya orang yang mabuk itu menyebabkan kekacauan pada saat mereka mengkonsumsinya pada Hari Raya Ketupat—berbeda dengan hari-hari lainnya.

 

Baca Juga:

Curhatan Santri: Kami Juga Manusia, Jangan Memasang Ekspektasi Ketinggian

Menunda Resign Demi THR Sah-sah Aja, Itu Siasat Karyawan Memaksimalkan Haknya

Solusi Mempersatukan Masyarakat

Kalau kita lihat tradisi Hari Raya Ketupat ini, merupakan budaya yang baiknya kita rawat. Meskipun ada sedikit kelompok Islam Salafi yang mengatakan bahwa tradisi ini bid’ah. Namun rasanya tidak akan seimbang jika sebuah tradisi yang berdampak baik ini di katakan sebagai bid’ah yang bisa menjerumuskan ke neraka.

Setidaknya orang seperti saya tidak goblok-goblok amat untuk memperdebatkan hal yang demikian. Setahu saya di dalam hukum syariat, ada yang dinamakan Al-Urf sebuah hukum Islam yang terbentuk berdasarkan budaya setempat. Sebagaimana kaidah muamalah, Al-Urf juga pada dasarnya diperbolehkan kecuali ada dalil yang melarang. Jangan hanya karena tidak ada di zaman Rasulullah Muhammad SAW, terus kita main bid’ah mem-bid’ah-kan, haram mengharamkan, kafir mengkafirkan.

Tanpa di sadari, ketika terjadi Hari Raya Ketupat kita bisa mempersatukan kembali ukhuwah masyarakat, tidak peduli agamanya apa. Bahkan kami yang ada di daerah minoritas agama Islam bisa seleluasa ini melaksanakan Hari Raya Ketupat. Dan tamu yang berdatangan juga tidak sedikit yang non Muslim.

Rasanya fenomena semacam tarkam pun bisa diminimalisir dengan adanya Hari Raya Ketupat ini. Sederhananya orang-orang yang dulu berkonflik antar kampung akan berdamai dengan sendirinya, ketika melihat anak-anaknya pergi ke kampung-kampung bekas penjajahan orang tuanya, atau yang menjajah kampung orang tuanya. Sangat berfaedah, bukan?

Tradisi ini kiranya harus terus dirawat oleh masyarakat kota Bitung.  Kalau tidak lancang—saya juga ingin merekomendasikan kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk mencontohi tradisi yang ada di kota Bitung ini. Atau mMungkin, Cebong dan Kampret bisa menurunkan tradisi ini—bergantian menyajikan konsumsi makanan. Misalnya jadwal pertama Cebong dan seluruh Kampret bertamu dan sebaliknya. Kalau itu terjadi, insyaAllah Indonesia damai, aman, dan tentram.

Terakhir diperbarui pada 14 Januari 2022 oleh

Tags: agamaBudaya IndonesiaHari RayaHari Raya KetupatKearifan Lokal
Novianto Topit

Novianto Topit

ArtikelTerkait

kemeja batik

Pemakaian Batik yang Selalu Dihubungkan dengan Pergi Kondangan Itu Menyebalkan

29 Agustus 2019
orang padang

Kenapa Orang Padang Ada Dimana-Mana?

11 Juni 2019
musik wakatobi

Terstruktur Sistematis Dan Masif : Ketika Musik Wakatobi Berjaya di Negerinya Sendiri

28 Juni 2019
Kata Sains Ruh, Jin, dan Tuhan Itu Tidak Ada

Kata Sains, Ruh, Jin, dan Tuhan Itu Tidak Ada

30 November 2019
agama sebagai obat bius

Ketika Agama Dijadikan Obat Bius untuk Kasus Dosen Predator

21 Mei 2019
jenis kelamin

Tebak-tebakan Jenis Kelamin Bayi Lewat Mitos yang Mashok Ramashok Kudu Mashok!

13 Agustus 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

1 Desember 2025
Rekomendasi 8 Drama Korea yang Wajib Ditonton sebelum 2025 Berakhir

Rekomendasi 8 Drama Korea yang Wajib Ditonton sebelum 2025 Berakhir

2 Desember 2025
Logika Aneh di Balik Es Teh Solo yang Bikin Kaget (Unsplash)

Logika Ekonomi yang Aneh di Balik Es Teh Solo, Membuat Pendatang dari Klaten Heran Sekaligus Bahagia

30 November 2025
4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

1 Desember 2025
Jalur Pansela Kebumen, Jalur Maut Perenggut Nyawa Tanpa Aba-aba

Jalur Pansela Kebumen, Jalur Maut Perenggut Nyawa Tanpa Aba-aba

2 Desember 2025
Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

2 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.