Hampir semua sales yang kerjanya setiap hari keliling ke list toko langganan dengan mengendarai sepeda motor, pasti pernah berkendara dengan wajah mbesengut sambil mbatin “duh gusti paringono kuat atiku”.
Sambat dengan sesama sales saat jeda turun minum di warung kopi pinggir jalan yang biasanya cuma menjual kopi dan gorengan itu sudah biasa. Jadi sesekali lah, sambat ke pembaca yang berbeda latar belakang kesibukan, biar pada tau aja gimana suatu produk itu bisa ada di rak-rak toko/ritel kecil.
Jadi guys, setelah suatu produk makanan, minuman atau snack selesai diproduksi oleh pabrik, produk tersebut akan dikirimkan ke masing-masing kantor distributor produknya (yang biasanya ada di masing-masing Kabupaten)
Di sudut lain, ada satu tim yang biasanya berisikan delapan anggota yang bertugas untuk berkunjung ke list toko yang sudah menjadi langganan untuk mencatat (sekaligus menggoda pemilik) untuk membeli produk-produk yang ada, ya, tentu, sekaligus menarik pembayaran dari orderan yang sudah dikirim pada periode sebelumnya.
Tim tersebut, biasa disebut dengan SALES. Tukang jualan, ujung tombak perusahaan, atau bebas lah mau disebut apa.
Setelah orderan baru selesai dicatat dan pembayaran periode silam di semua toko langganan telah beres, masing-masing anggota tim lalu pulang ke kantor (yang lebih sering disebut dengan Gudang).
Setelah itu, mekanisme pekerjaan berjalan lagi dengan bermuara pada siapnya orderan hari ini untuk dikirim oleh armada di hari berikutnya.
Terlihat simpel dan sederhana, tapi, simaklah beberapa sambatan yang akan saya paparkan. Seperti kata Bung Karno, semata-mata, tujuan menulis seperti ini adalah untuk memberi pemahaman yang baik tentang apa yang telah dikerjakan.
Pertama, kami, para Sales, berkeliling ke minimal 20 toko selama satu hari. Artinya, minimal, kami nyetandar dan nyetater motor sehari itu 40 kali. Itu belum termasuk jika kami berhenti di Warkop untuk istirahat, ngisi bensin atau salah masuk toko!
Bayangkan, betapa letihnya sepeda motor yang kami tunggangi. Betapa Aki sepeda motor kami sangat cepat habis dan standar motor kami cepat rusak!
Kedua, tidak semua toko yang kami kunjungi akan menghasilkan transaksi. Biasanya, ada toko yang memang langsung minta order ketika kami datang, tapi ogah untuk membayar orderan sebelumnya. Ini merupakan problem akut di toko kelontong atau ritel kecil di desa-desa.
Yang lebih menyebalkan adalah, jika ada pemilik toko yang sudah diberi bukti pengiriman barang periode lalu yang belum dibayarkan, dengan entengnya pemilik toko justru berkelit “Loh, itu sudah saya bayarkan minggu kemarin” sungguh, itu adalah kalimat paling menyeramkan yang paling ditakuti oleh para sales, selain juga kalimat “Mas, saya mau order lagi tapi tagihan yang kemarin dibayarkan periode selanjutnya sekalian boleh?”
Maksudnya, Bapak atau Ibu pemilik toko yang terhormat, biasanya dengan jelas kami melihat bahwa produk kami itu sudah terjual habis, tidak ada sisa di rak jualan.
Sebenarnya, kami memaklumi, memang perputaran uang di toko kecil yang bukan grosir tidak cepat dan besar, tapi, Pak, Bu, dengan habisnya produk yang di order di periode lalu, kan itu ada selisih keuntungan, nah selisih keuntungannya saja yang harusnya digunakan untuk memutar produk dagangan lain, ya ya ya?
Hal ini, sepertinya perlu menjadi perhatian Kementerian Perdagangan untuk membuat pelatihan manajemen keuangan untuk para pedagang, ya, agar supaya Sales seperti kami ini agak teringankan bebannya.
Ketiga, pembaca yang budiman, bahwa menjadi Sales memang sudah menjadi jalan hidup yang harus kami syukuri, termasuk apabila tiba-tiba kami kehabisan bahan bakar di tengah jalan, itu pun harus tetap kami syukuri, tentu, sambil mbatin “duh gusti paringono kuat ati”
Begitulah, kerja kami, para Sales, ujung tombak sekaligus ujung tombok bekerja untuk memastikan agar produk-produk kesayangan pembaca bisa tersedia di toko terdekat.
BACA JUGA Potensi Kebaikan Sales Penyebar Brosur di Depan Konter Hape untuk Pengendara atau tulisan Yudha Pratama lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pengin gabung grup WhatsApp Terminal Mojok? Kamu bisa klik link-nya di sini.