Jogja dan angkringan memang sudah seperti satu paket wajib yang nggak terpisahkan. Bagi mahasiswa rantau, angkringan adalah penyelamat di tanggal tua. Sementara bagi wisatawan, melahap nasi kucing di pinggir jalan bisa jadi kenangan nggak terlupakan.
Namun kalau boleh jujur, nggak semua angkringan diciptakan setara. Di balik segala cerita dan popularitasnya, ada beberapa jenis angkringan yang sebenarnya patut dihindari. Bukan cuma soal rasa yang zonk, melainkan lebih ke nilai yang nggak sebanding. Jadi, ketimbang menyesal dan merusak citra malam romantis di Jogja, sederet angkringan model berikut nggak perlu disambangi.
#1 Angkringan dengan display panganan terbuka pantas dicoret dari daftar langganan
Angkringan memang street food. Namun, nggak lantas urusan kebersihan boleh dikesampingkan. Angkringan yang membiarkan semua dagangannya terbuka tanpa tutup plastik bening, sudah semestinya dihapus dari destinasi.
Makanan yang nggak tertutup, apalagi di tepi jalan, sangat rentan dihinggapi lalat atau kena debu dan polusi dari kendaraan yang lalu-lalang. Absennya faktor higienis ini bisa jadi patokan bahwa standar kebersihan lainnya juga diabaikan. Bukan nggak mungkin, peralatan saji atau masak yang dipakai juga kotor. Kalau sudah begitu, niat cari nikmat malah berujung adegan perut melilit.
Baca halaman selanjutnya: Angkringan yang tidak sediakan pencapit…




















