Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kampus

12 Tipe Dosen yang Dibenci Mahasiswa: Mulai dari Berlagak seperti Tuhan, sampai Kehadirannya cuma Mitos

Marselinus Eligius Kurniawan Dua oleh Marselinus Eligius Kurniawan Dua
27 September 2025
A A
12 Tipe Dosen yang Dibenci Mahasiswa Apalagi yang Sok Tuhan (Unsplash)

12 Tipe Dosen yang Dibenci Mahasiswa Apalagi yang Sok Tuhan (Unsplash)

Share on FacebookShare on Twitter

Kampus katanya tempat mencerdaskan, berpikir kritis, dan tempat lahirnya perubahan. Tapi siapa sangka, di balik jargon pendidikan tinggi yang megah itu, tersimpan tabiat-tabiat buruk para dosen yang bikin mahasiswa jengah, muak, bahkan trauma.

Mari kita buka satu per satu.

#1 Dosen seperti Tuhan: Selalu benar, tak pernah salah

Jenis dosen paling menjengkelkan. Salah dikit, mahasiswa langsung kena semprot. Tapi kalau dirinya yang salah, semua harus maklum. Kalau mahasiswa protes, dibilang kurang ajar. Kalau mahasiswa diam, dibilang pasif. Pokoknya, semua harus tunduk. 

Padahal kadang bukan karena pengalaman, tapi ego. Ego yang lebih besar dari ruang kelas. Ego yang menuntut tunduk, bukan berdiskusi. Dosen jenis ini nggak suka mahasiswa cerdas. Mereka lebih suka mahasiswa manut. Mahasiswa yang mencatat tanpa bertanya.

#2 Dosen bayangan: Ada di jadwal, hilang di dunia nyata

Nama tertera di KRS, tapi wajahnya kayak legenda. Sering diceritakan, jarang terlihat. Setiap kali ditanya, “Belum bisa hadir, ya, ada rapat.” Dosen ini lebih sibuk dengan proyek, seminar, dan jabatan di luar kampus ketimbang ngajar di kelasnya sendiri.

Mahasiswa cuma kebagian tugas. Dosen hilang, tapi nilai tetap dituntut. Lucunya, waktu sidang, mereka muncul, sok tahu progress mahasiswa. Padahal, wajah mahasiswanya pun lupa.

#3 Dosen penguji kesabaran: Suka telat, tapi nggak toleran

Dosen datang 30 menit telat, ah biasa. Mahasiswa datang 5 menit telat, langsung diceramahin soal disiplin. Ironi yang hidup subur di ruang kelas. Kalau mahasiswa izin, ditolak. Kalau dosen lupa, dimaklumi.

Mereka hidup dengan standar ganda. Satu buat mahasiswa, satu buat dirinya sendiri. Mahasiswa harus sempurna. Dosen boleh manusiawi. Padahal, keduanya sama-sama manusia. Tapi ego akademik itu keras kepala.

Baca Juga:

Dosen yang Cancel Kelas Dadakan Itu Sungguh Kekanak-kanakan dan Harus Segera Bertobat!

4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

#4 Yang kayak mikrofon: Ngomong tanpa arah

Dosen jenis ini cinta banget sama suaranya sendiri. Ngajar bukan buat ngasih ilmu, tapi buat pamer isi kepala. Ngomong muter-muter kayak kipas angin, tapi isinya kosong. Mahasiswa kebingungan, tapi takut nanya. Karena setiap pertanyaan dibalas, “Itu sudah saya jelaskan tadi.”

Padahal nggak ada yang jelas. Yang ada cuma kalimat panjang tanpa makna. Tapi di akhir kelas, mahasiswa dipaksa paham. Kalau nggak paham, salah sendiri. “Kamu kurang baca, kurang fokus.” Padahal, fokusnya justru rusak karena kebanyakan dengar ocehan.

#5 Yang suka ngasih nilai berdasarkan mood

Tugas dikumpul tepat waktu, nilai C. Tugas ngaret, malah A. Semua tergantung suasana hati dosen. Kalau lagi senang, semua bagus. Kalau lagi bete, semua jelek. Keadilan akademik hanya mitos.

Dosen jenis ini sering ngomong, “Nilai bukan segalanya.” Tapi mereka juga yang bikin nilai jadi segalanya. Mahasiswa takut nilai jelek, bukan karena malas, tapi karena penilaiannya absurd.

Dan jangan harap tanya alasan nilai. Jawabannya klasik, “Nilai itu hak prerogatif dosen.” Kalimat sakti yang dipakai buat bungkam mahasiswa.

#6 Pemburu formalitas: Suka aturan, benci akal sehat

Segalanya harus sesuai format. Salah spasi, margin, sampai font, nilai bisa turun. Padahal isinya bagus. Tapi siapa peduli isi? Yang penting tampilan. Mereka lupa, kampus itu tempat mikir, bukan percetakan. Tapi bagi dosen ini, isi kepala nggak penting, yang penting sesuai template.

Mahasiswa yang kreatif dianggap melawan aturan. Mahasiswa yang patuh dianggap pintar. Begitulah sistem yang membunuh ide di ruang kelas.

#7 Dosen raja tugas: Tiap minggu harus ada “persembahan”

Jenis dosen yang mengira tugas adalah jalan menuju pencerahan. Setiap pertemuan, pasti ada tugas. Tiap tugas, pasti berat. Tapi nilainya? Kadang nggak diperiksa, cuma dilihat cover, sampai malah hilang entah ke mana.

Mahasiswa dibebani kerja tanpa arah. Saking seringnya tugas, mereka lupa belajar. Yang penting kumpul. Dosen senang, mahasiswa sengsara.

#8 Dosen mood swing: Baik hari ini, meledak besok

Hari ini ramah. Besok murka. Lusa diam. Lain waktu ketawa sendiri. Mahasiswa bingung harus bersikap. Salah dikit, bisa kena semprot.

Dosen jenis ini lebih cocok ngajar emosi, bukan ilmu. Karena tiap masuk kelas, suasana kayak ladang ranjau. Semua harus hati-hati. Semua harus siap mental. Kadang bukan ilmu yang didapat, tapi trauma akademik.

#9 Dosen birokrat: Lebih suka surat daripada suara

Ngurus izin harus surat. Ngumpul tugas harus lewat form. Nanya pun harus pakai prosedur. Semua serba administratif. Padahal masalahnya kecil. Tapi dibikin ribet. Mahasiswa kelelahan, dosen tersenyum.

Karena bagi mereka, kedisiplinan bukan soal ketepatan waktu, tapi ketepatan format. Padahal, kadang yang dibutuhkan cuma komunikasi. Tapi komunikasi mati di tangan birokrasi.

#10 Yang sukanya membandingkan

“Mahasiswa zaman dulu lebih rajin.” “Angkatan kemarin lebih sopan.” “Teman kamu bisa, kenapa kamu nggak?” Kalimat penghancur mental yang dilontarkan seolah biasa. 

Padahal, tiap mahasiswa beda situasi, beda kemampuan. Tapi di mata mereka, semua harus sama. Semua harus seperti “angkatan emas” yang entah siapa. Mereka lupa, pendidikan itu bukan lomba banding-bandingan. Tapi ya, siapa yang mau dengar?

#11 Dosen intelektual setengah hati

Sok ilmiah, tapi malas riset. Lagaknya ilmuwan, tapi referensinya Wikipedia. Mencoba bijak, tapi komentar asal. Mereka pakai istilah asing, padahal artinya pun nggak paham. Kelas jadi tempat pamer kata sulit.

Mahasiswa bengong. Tapi kalau ditanya, “Apa maksudnya, Pak?” Jawabnya, “Cari sendiri. Mahasiswa harus aktif.” Aktif mencari, tapi bukan belajar. Aktif menebak, biar kelihatan bodoh.

#12 Si paling sibuk di dunia

Dosen ini punya 1.000 alasan buat nggak hadir. Tapi nggak punya satu alasan buat paham mahasiswa. Semua dijalani setengah hati.

Ngajar cuma formalitas. Tugas numpuk di meja. Nilai nggak keluar-keluar. Tapi wajahnya selalu muncul di baliho, seminar, dan podcast. Mereka ingin terlihat hebat di luar, tapi kosong di dalam.

Itulah 12 tipe dosen yang dibenci para mahasiswa. Ironinya, semua ini dianggap wajar. Karena sudah jadi budaya. Dosen dianggap dewa. Mahasiswa dianggap umat.

Padahal, kampus bukan kerajaan. Tapi entah sejak kapan, ruang kelas berubah jadi ruang kekuasaan. Ilmu jadi alat tekan. Nilai jadi alat ancaman. Di atas kertas, mencerdaskan bangsa. Di ruang kelas, menumpuk keresahan.

Penulis: Marselinus Eligius Kurniawan Dua

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA Dosen yang Jadi Pejabat Kampus Itu Harusnya Tidak Wajib Mengajar, Kasihan Mahasiswanya Terlantar karena Kesibukan Birokratis

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 27 September 2025 oleh

Tags: Dosendosen dibenciDosen KillerMahasiswatugas kampus
Marselinus Eligius Kurniawan Dua

Marselinus Eligius Kurniawan Dua

Guru yang baru terjun di dunia menulis. Gemar main game, jalan-jalan, dan kulineran. Suka membahas tentang daerah, sosial, ekonomi, pendidikan, otomotif, seni, budaya, kuliner, pariwisata, dan hiburan.

ArtikelTerkait

Membayangkan Upin Ipin dan Anak Kampung Durian Runtuh Jadi Mahasiswa Jurusan PGSD. Jelas Mail yang Paling Lama Lulus karena Jualan Mulu Mojok.co

Membayangkan Upin Ipin dan Anak Kampung Durian Runtuh Jadi Mahasiswa Jurusan PGSD. Jelas Mail yang Paling Lama Lulus karena Jualan Mulu

20 Mei 2024

3 Ormek yang Sering Dianggap Underbow Partai, Meski Sering Deklarasi Independen

12 September 2021
4 Warung Ayam Penyet Favorit Mahasiswa UNS Terminal Mojok

4 Warung Ayam Penyet Favorit Mahasiswa UNS

15 Desember 2022
Tips Menjadi Mahasiswa dengan Keuangan yang Stabil terminal mojok

Tips Menjadi Mahasiswa dengan Keuangan yang Stabil

6 Juni 2021
Derita Jadi Sarjana Jurusan Ilmu Komunikasi, Sering Dikira Sarjana Komputer Gara-gara Gelarnya Mirip Mojok.co

Derita Jadi Sarjana Jurusan Ilmu Komunikasi, Sering Dikira Sarjana Komputer Gara-gara Gelarnya Mirip

30 Januari 2024
Jangan Lakukan 4 Hal Ini Saat Kuliah S2, Sudah Bukan Waktunya Lagi

Jangan Lakukan 4 Hal Ini Saat Kuliah S2, Sudah Bukan Waktunya Lagi

13 Oktober 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

QRIS Dianggap sebagai Puncak Peradaban Kaum Mager, tapi Sukses Bikin Pedagang Kecil Bingung

Surat untuk Pedagang yang Masih Minta Biaya Admin QRIS, Bertobatlah Kalian, Cari Untung Nggak Gini-gini Amat!

5 Desember 2025
7 Fakta Surabaya yang Bikin Kota Lain Cuma Bisa Gigit Jari

7 Fakta Surabaya yang Bikin Kota Lain Cuma Bisa Gigit Jari

30 November 2025
Ketika Warga Sleman Dihantui Jalan Rusak dan Trotoar Berbahaya (Unsplash)

Boleh Saja Menata Ulang Pedestrian, tapi Pemerintah Sleman Jangan Lupakan Jalan Rusak dan Trotoar Tidak Layak yang Membahayakan Warganya

3 Desember 2025
Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

30 November 2025
Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

2 Desember 2025
4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

1 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana
  • Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih
  • Cerita Relawan WVI Kesulitan Menembus Jalanan Sumatera Utara demi Beri Bantuan kepada Anak-anak yang Terdampak Banjir dan Longsor


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.