Saat saya duduk di bangku SMA, sekitar 2007-2010, jurusan-jurusan kuliah yang bersinggungan dengan Information Technology (IT) jadi primadona. Sebut saja, Jurusan Teknik Informatika, Teknik Komputer, Sistem Informasi, dan sejenisnya. Banyak lulusan SMA berlomba-lomba diterima di jurusan itu, apapun perguruan tingginya.
Saya amati, di lingkungan saya, begitu banyak teman yang daftar di Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung (STEI ITB), Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia (Fasilkom UI), hingga Computer ScienceBina Nusantara (Binus).
Pada masa itu, ahli IT memang lagi seksi-seksinya. Banyak orang terinspirasi Bill Gates (pendiri Microsoft), Steve Jobs (pendiri Apple), hingga Andrew Darwis (pendiri Kaskus). Selain itu, bermunculan film-film dengan tokoh ahli IT yang keren. Contohnya, Swordfish (2001) hingga Die Hard 4.0 (2007) yang bisa nge-hack sistem keamanan nasional bermodal keyboard dan mouse saja. Film-film inilah yang semakin memantapkan saya memilih Jurusan Teknologi Informatika
Akan tetapi, setelah benar-benar menjalani kelas demi kelas perkuliahan, Saya ternyata keliru. Jurusan Teknik Informatika nyatanya lebih rumit dari itu.
Tahu banyak soal komputer belum tentu survive di Jurusan Teknik Informatika
Ketika saya duduk di bangku SMA, informasi jurusan kuliah yang bersinggungan dengan IT masih sangat terbatas. Saat itu, patokan saya cuma dari kakak-kakak tingkat yang kuliah IT di ITB atau kampus lainnya di Kota Bandung. Sejauh pengamatan saya, mereka punya kesamaan yakni jago main game DotA atau Point Blank. Kebanyakan dari mereka juga ahli mengotak-atik komputer atau HP, bisa ngerakit komputer. Tidak ketinggalan, mereka punya pengetahuan mumpuni tentang gadget, baik software maupun hardware.
Di lingkungan saya, saya terkenal ahli di bidang-bidang di atas. Hampir tiap hari saya main game. Saya juga dipercaya teman/sanak saudara kalau ada komputer atau HP yang error/rusak. Saya juga sering dimintai saran kalau ada yang mau beli komputer, HP, atau elektronik lainnya. Alasan-alasan inilah yang membuat saya percaya diri mendaftar di Jurusan Teknik Informatika.
Nyatanya, bekal itu saja belum cukup. Saya benar-benar kewalahan ketika kuliah Teknik Informatika. Bekal tersebut tidak membuat saya otomatis jago coding/programing. Keahlian yang satu ini perlu penalaran logika yang baik serta mendalam.
Saya harus memahami kompleksitas mata kuliah kalkulus. Saya sampai ambil mata kuliah tersebut 2 kali karena nggak lulus. Selain itu, ada mata kuliah matematika diskret yang terlihat sederhana, tapi rumitnya minta ampun. Belum lagi mata kuliah basis data (database) hingga algoritma dan struktur data (ASD) yang membuat satu angkatan menangis.
Kuliah Jurusan Teknik Informatika bak lari marathon perlu daya tahan
Tantangan kuliah Jurusan Teknik Informatika tidak hanya di mata kuliahnya, ada banyak hal lain. Bisa dibilang, kuliah jurusan ini seperti lari maraton. Perjalanannya panjang, perlu ketahanan fisik dan mental agar bisa lulus atau jadi sosok yang diharapkan. Jadi, jangan harap hanya dalam 1 atau 2 tahun kalian bisa bikin super apps kayak Gojek atau Tokopedia. Apalagi jadi hacker macam Edward Snowden. Kuliah IT itu marathon yang sangat panjang, melelahkan, penuh teori yang bikin banyak orang menyerah, termasuk saya.
Seringkali, saya stuck berhari-hari ngoding tanpa hasil, hanya karena satu tanda titik koma yang salah. Ada jokes yang lumrah di kalangan anak IT, “My code doesn’t, I don’t know why. Yet, my code working, I don’t know why.”
Ternyata harus berdamai dengan matematika
Selama SMA kalian tidak suka matematika? Sebaiknya jangan masuk Jurusan Teknik Informatika atau jurusan lain terkait IT. Sebab, di jurusan ini kalian bakal banyak berjumpa dengan mata kuliah yang bersinggungan dengan matematika. Sebut saja, kalkulus, aljabar, matematika diskret, probabilitas, hingga statistika. Semua itu demi melatih logika yang sangat dibutuhkan untuk kemampuan codingmu.
Inilah kesalahan terbesar saya. Saat duduk di bangku SMA, saya sering remedial matematika. Dulu saya belum tahu kalau Jurusan Teknik Informatika perlu kemampuan matematika yang kuat. Saya pikir, hanya bermodalkan “computer geek” yang tiap hari main gim, nonton anime dan baca manga, serta rajin browsing depan laptop bakal bikin saya jago coding. Itu salah besar!
Selain itu, saya juga baru itu, jurusan yang bersinggungan dengan IT itu nggak melulu jadi programmer. Ada percabangan seperti cyber security, data science, hingga tentu saja ahli Artificial Intelligence (AI). Kuliah IT cuma ngasih kamu pondasi doang, sisanya bagaimana keputusan kalian. Tapi, sekali lagi, kalau pondasinya aja nggak paham, kalian nggak akan bisa masuk ke cabang-cabang itu.
Pertimbangkan baik-baik, jangan seperti saya
Saya sih berharap, kalian memilih Jurusan Teknik Informatika atau jurusan-jurusan lain yang bersinggungan dengan IT karena pertimbangan matang. Jangan cuma ikut-ikutan teman atau biar terlihat keren. Belajar dari kesalahan saya. Kuliah IT itu penuh dengan logika, matematika problem solving yang bikin stress. Kalau hanya karena “jago komputer”, suka main gim atau pingin jadi hacker kayak di film action Hollywood, kalian bakal kecewa seperti saya.
Jadi, sebelum daftar kuliah IT, tanya ke diri sendiri dulu deh, “Ini beneran bidang kamu? Ini beneran keahlian kamu? Kamu beneran jago matematika apa nggak?” Biar kamu gak buang-buang waktu, tenaga, dan biaya seperti yang saya alami, yang membuat saya cabut dari jurusan ini dan memilih jurusan lain.
Penulis: Raden Muhammad Wisnu
Editor: Kenia Intan
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















